Puisi: Sumbawa (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi "Sumbawa" karya Rachmat Djoko Pradopo menyoroti kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Sumbawa sambil memikat pembaca dengan keindahan alamnya.
Sumbawa
kepada Umbu Landu

kudengar ringkik kudamu, padang rumput
pegunungan gersang dan kesunyian
inilah setitik air mata dan senyum
di sudut tanah yang mengerang

orang-orang telah memasang jalan rata lurus dan panjang
tapi pedatimu masih tersuruk-suruk di jalan sempit berlubang
orang-orang telah membentang lapangan terbang
tapi kau cuma bisa memandang jet dari jauhan

mungkin cuma kehijauan padang rumput
bisa kaupasang dalam senyum dan kenangan
tapi matahari kemarau terbaring di tanah kering
dan di atas punggung nasib anak negeri yang lusuh sepanjang zaman

16 Agustus 1967

Sumber: Aubade (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Sumbawa" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran tentang kehidupan di Sumbawa, sebuah pulau yang kaya akan keindahan alam namun juga penuh dengan tantangan dan penderitaan. Dalam puisi ini, Pradopo menggambarkan kontras antara keindahan alam dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Deskripsi Alam yang Memikat: Puisi ini dibuka dengan gambaran alam Sumbawa yang memikat, dengan ringkikan kuda, padang rumput, dan pegunungan yang gersang. Penggambaran alam yang kuat menciptakan suasana yang hidup dan memikat pembaca untuk merasakan keindahan alam Sumbawa.

Tantangan dan Penderitaan: Meskipun alamnya indah, puisi ini juga menggambarkan tantangan dan penderitaan yang dihadapi oleh masyarakat Sumbawa. Meskipun ada jalan raya dan lapangan terbang, masih banyak kendala dan keterbatasan yang dihadapi, seperti kondisi jalan yang buruk dan keterbatasan akses terhadap fasilitas modern.

Kontras dan Ironi: Puisi ini menyoroti kontras antara kehidupan yang keras dan kondisi alam yang indah. Meskipun alamnya subur dan hijau, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat masih sulit. Ada ironi dalam pemandangan jet yang melintas di atas, mengingat akses masyarakat lokal yang terbatas terhadap teknologi modern.

Refleksi tentang Kehidupan: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang kehidupan di daerah pedesaan yang mungkin terisolasi dan kurang berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun alamnya indah, masyarakat Sumbawa masih menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang nyata.

Puisi "Sumbawa" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah sebuah karya yang menggambarkan kontras antara keindahan alam dan tantangan kehidupan di daerah Sumbawa. Dengan bahasa yang deskriptif dan kuat, Pradopo berhasil menyoroti kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Sumbawa sambil memikat pembaca dengan keindahan alamnya. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang hubungan antara manusia dan alam serta tantangan kehidupan di daerah pedesaan yang kurang berkembang.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Sumbawa
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Sajak BiruMalam kembali dari benuaMengambil matahari. Mengambil tanganmuTerlenaTapi kenapa tak kau lihat?Senja yang berlayar ke pelabuhan jauhKetika itu seorang pelaut menyusupkan …
  • Sajak KemarauLampu-lampu. Serta kawat-kawat tilponLalu sepi pun mengalir ke pohon-pohonAku dan Umbu. Masih menginginkanMalam larut perlahanBeberapa diam masih bersitegang dengan ko…
  • Hotel SanurSekarang, kitapun kembali di lobbiKau dan aku. Bercakap-cakap sesudah matahariAngin yang ditiup bulan, Adalah ombakRombongan buih yang mulai bergerakSilhuet kini padaku.…
  • Saat-Saat Terakhir Seorang Filosof dalam PenjaraQur'anmalam yang lintas perlahanpintu besi yang berlumutbulan pun menutup muluttengtengtengtiga kali loncengmengucap doadan sunyileb…
  • Berita PertamaBerita pertama yang sampaiAdalah Adam. Dengan kecewa menyusuri pantaiMenyongsong katamu. Mengembara terus orang asing!Adam bertanya: Dimana Hawa terbaring?1967Sumber:…
  • Kalianget Bulan gerimis kembali Seorang kelasi berbisik dalam nyanyi Tinggal ngungun ngangap ombak Tinggal kapal-kapal. Kapan bertolak. …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.