Puisi: Sidaguri (Karya Dyah Budiarsih)

Puisi "Sidaguri" karya Dyah Budiarsih mengajak pembaca untuk melihat keindahan sederhana yang ada di sekitar kita dan untuk menghargai siklus alami ..

Sidaguri


Bunga sidaguri
kelopakmu kuning kemilau
daunmu berwarna hijau
membuat orang terpukau
hingga lupa sedang galau.

Bunga sidaguri
layu di sore hari
mengisap air di malam hari
tuk bersiap di esok hari
mekar memukau di pagi hari.

Bunga sidaguri
kau disukai orang dan binatang
lebah dan kupu-kupu datang bertandang
berkunjung juga kumbang-kumbang
dijamu madu jika sedang lengang.

Sumber: Surat dari Samudra (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Sidaguri" karya Dyah Budiarsih adalah sebuah puisi yang sederhana namun penuh makna, yang menggambarkan keindahan bunga sidaguri dan pesonanya terhadap alam sekitar. Dalam puisi ini, Dyah Budiarsih menggunakan bunga sidaguri sebagai simbol untuk mengekspresikan tema tentang ketenangan, keindahan alam, dan kehidupan yang berputar dalam siklus alami.

Tema dan Makna

  • Keindahan dan Pesona Alam: Puisi ini menekankan keindahan sederhana dari bunga sidaguri, sebuah bunga liar yang sering diabaikan namun memiliki pesona tersendiri. Bait pertama, "Bunga sidaguri / kelopakmu kuning kemilau / daunmu berwarna hijau," menggambarkan keindahan bunga sidaguri dengan detail visual yang menarik. Penggambaran warna kuning dan hijau pada bunga ini memberikan kesan keindahan alami yang menenangkan dan menyejukkan. Bunga ini menjadi simbol dari bagaimana hal-hal kecil dan sederhana di alam dapat memberikan ketenangan dan keindahan bagi siapa pun yang melihatnya.
  • Siklus Kehidupan: Puisi ini juga berbicara tentang siklus kehidupan. Bait kedua, "Bunga sidaguri / layu di sore hari / mengisap air di malam hari / tuk bersiap di esok hari / mekar memukau di pagi hari," menggambarkan proses bunga yang layu dan kembali segar keesokan harinya. Siklus ini mencerminkan proses alami kehidupan yang terus berjalan, di mana setiap makhluk mengalami fase kejatuhan dan kebangkitan. Ini juga mengajarkan kita tentang keteguhan dan kemampuan untuk bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan.
  • Hubungan Harmonis antara Alam dan Makhluk Hidup: Bait ketiga dari puisi ini, "kau disukai orang dan binatang / lebah dan kupu-kupu datang bertandang," menunjukkan hubungan harmonis antara bunga sidaguri dan makhluk hidup di sekitarnya, seperti lebah, kupu-kupu, dan kumbang. Hubungan ini menggambarkan bagaimana alam menyediakan kehidupan dan kenyamanan bagi makhluk hidup lainnya, mencerminkan keseimbangan ekosistem yang indah dan saling tergantung.

Gaya Bahasa dan Teknik Puitis

  • Imaji Visual: Dyah Budiarsih menggunakan imaji visual yang kaya untuk menggambarkan keindahan bunga sidaguri. Frasa seperti "kelopakmu kuning kemilau" dan "daunmu berwarna hijau" memberikan gambaran yang jelas tentang penampilan bunga tersebut. Imaji ini tidak hanya menciptakan gambaran yang indah tetapi juga membantu pembaca untuk merasakan ketenangan yang dihadirkan oleh bunga sidaguri.
  • Penggunaan Rima dan Ritme: Puisi ini memiliki pola rima yang ringan dan ritme yang mengalir dengan lembut, seperti pada baris "mengisap air di malam hari / tuk bersiap di esok hari." Pola ini mencerminkan kesederhanaan dan ketenangan yang dimiliki bunga sidaguri, membuat puisi ini mudah dinikmati dan diingat.
  • Personifikasi: Dyah Budiarsih menggunakan personifikasi untuk memberikan karakter pada bunga sidaguri, seperti pada baris "kau disukai orang dan binatang / lebah dan kupu-kupu datang bertandang." Dalam baris ini, bunga digambarkan seperti tuan rumah yang menyambut tamu, menunjukkan bagaimana alam memiliki daya tarik dan kemampuan untuk berinteraksi dengan kehidupan lain di sekitarnya.
  • Kontras dan Siklus Waktu: Penggunaan kontras antara waktu pagi, siang, sore, dan malam menciptakan efek siklus yang menggambarkan kehidupan sehari-hari bunga sidaguri. Siklus ini menambahkan kedalaman pada puisi dengan menunjukkan perubahan waktu dan bagaimana bunga tersebut menyesuaikan diri dengan siklus alam.
Puisi "Sidaguri" karya Dyah Budiarsih mengajak pembaca untuk melihat keindahan sederhana yang ada di sekitar kita dan untuk menghargai siklus alami kehidupan. Dengan menggunakan imaji visual yang indah, rima yang lembut, dan personifikasi, puisi ini berhasil menggambarkan bunga sidaguri sebagai simbol ketenangan, keteguhan, dan hubungan harmonis dengan alam.

Puisi ini juga mengingatkan kita untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup yang sering kali diabaikan namun memiliki makna yang mendalam. Bunga sidaguri yang tumbuh liar menjadi metafora bagi kekuatan, keindahan, dan ketenangan yang bisa ditemukan di alam. Dengan cara ini, puisi ini menyentuh hati pembaca dan menginspirasi kita untuk selalu melihat keindahan di setiap aspek kehidupan, tidak peduli seberapa kecil atau sederhana.

Dyah Budiarsih
Puisi: Sidaguri
Karya: Dyah Budiarsih

Biodata Dyah Budiarsih:
  • Dra. Dyah Budiarsih, M.Pd. lahir pada tanggal 6 Desember 1958 di Purbalingga.
© Sepenuhnya. All rights reserved.