Puisi: Siapa Penjahat? (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Siapa Penjahat?" karya Sabar Anantaguna menyajikan refleksi mendalam tentang ketidakadilan, kemanusiaan, dan kondisi kehidupan yang ...

Siapa Penjahat?


Satu
Satu
Setiap hari
ada yang mati

Satu
Satu
Setiap hari  
bertanya diri

Apakah giliran akan datang?

Jatah 150 butir jagung
kaki‐kaki gembung
Enam sendok nasi
diurap beling dan besi

Kalau napi lebih kenyang
mereka tak dituduh berjuang
segalanya menjadi terang

Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Siapa Penjahat?" karya Sabar Anantaguna menyajikan refleksi mendalam tentang ketidakadilan, kemanusiaan, dan kondisi kehidupan yang menyedihkan. Dengan struktur yang sederhana namun kuat, puisi ini menggambarkan realitas pahit yang dihadapi oleh individu yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Tema Kematian dan Ketidakpastian

Pembukaan puisi yang berulang dengan frasa "Satu, Satu" menciptakan ritme yang menekankan kesedihan dan keseriusan situasi. Pernyataan "Setiap hari ada yang mati" menggambarkan kehidupan yang penuh dengan ancaman dan ketidakpastian. Pengulangan ini juga menciptakan perasaan monoton, seolah-olah kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Pertanyaan "Apakah giliran akan datang?" mencerminkan rasa cemas dan ketidakpastian yang mendalam, seolah-olah setiap individu hidup dalam bayang-bayang kematian.

Simbol Jagung dan Nasi

Penggunaan simbol "150 butir jagung" dan "Enam sendok nasi" dalam puisi ini menciptakan gambaran jelas tentang kelangkaan dan kekurangan yang dialami. Jagung dan nasi sebagai makanan pokok merepresentasikan kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Kalimat "kaki-kaki gembung" menunjukkan dampak dari kekurangan gizi, menggambarkan penderitaan fisik yang dialami oleh mereka yang terpinggirkan. Kontras antara jumlah makanan yang sedikit dan kebutuhan yang banyak menciptakan rasa ketidakadilan yang mendalam.

Kritik terhadap Sistem

Pernyataan "Kalau napi lebih kenyang mereka tak dituduh berjuang" menunjukkan kritik tajam terhadap sistem yang ada. Di sini, Anantaguna menggambarkan bagaimana mereka yang berjuang untuk keadilan dan hak-hak mereka sering kali dianggap sebagai penjahat. Ada kesenjangan yang mencolok antara kenyataan kehidupan napi yang mungkin lebih terjamin makannya dibandingkan dengan mereka yang berjuang di luar penjara. Ini menciptakan pertanyaan moral tentang siapa yang sebenarnya menjadi penjahat dalam konteks ketidakadilan sosial.

Puisi "Siapa Penjahat?" adalah panggilan untuk merenungkan kondisi manusia yang terpinggirkan dan memperjuangkan keadilan. Melalui simbol-simbol sederhana namun kuat, Sabar Anantaguna berhasil mengangkat isu ketidakadilan yang sering kali terabaikan. Pesan ini menjadi lebih mendalam ketika kita menyadari bahwa kemanusiaan kita diukur dari bagaimana kita memperlakukan mereka yang paling rentan. Dengan menggugah kesadaran pembaca, puisi ini tidak hanya menggambarkan penderitaan tetapi juga mengajak kita untuk bertindak dalam memperjuangkan keadilan sosial.

Sabar Anantaguna
Puisi: Siapa Penjahat?
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.