Seorang Buangan
Daun nyiur melentur di kampung kaki gunung
air jernih dari bukit kayu putih
Kembang ilalang bergoyang angin bermain
hutan sagu menderu gemuruh jauh
Sudah berubah hutan jadi sawah
apa yang tidak berubah?
Hati sunyi menangkap bumi
hidup bukan antri mati
Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Buangan" karya Sabar Anantaguna menggambarkan perjalanan batin seorang tokoh yang terasing dari lingkungan sekitarnya. Melalui deskripsi yang puitis dan simbolis, puisi ini menciptakan nuansa melankolis yang mendalam, sekaligus mencerminkan perubahan lingkungan dan perasaan kehilangan.
Latar Alam yang Puitis
Pembukaan puisi dengan gambaran "Daun nyiur melentur di kampung kaki gunung / air jernih dari bukit kayu putih" menciptakan visual yang indah dan damai. Elemen alam seperti daun, air, dan bukit memberikan kesan ketenangan, tetapi sekaligus menandakan keterasingan. Meskipun ada keindahan di sekelilingnya, tokoh puisi merasa tidak terhubung dengan alam tersebut.
Gema Perubahan
Deskripsi "Kembang ilalang bergoyang angin bermain / hutan sagu menderu gemuruh jauh" menambahkan dimensi suara ke dalam puisi. Angin yang bermain dan suara gemuruh hutan menciptakan atmosfer yang hidup, tetapi juga mengisyaratkan perubahan. Dengan menyebutkan "Sudah berubah hutan jadi sawah", Anantaguna menyoroti transformasi lingkungan yang tidak hanya fisik tetapi juga emosional. Ada kerinduan akan masa lalu yang lebih alami dan tak tersentuh.
Pertanyaan Existensial
Ketika puisi beralih ke "apa yang tidak berubah? / Hati sunyi menangkap bumi / hidup bukan antri mati", pembaca diajak untuk merenungkan pertanyaan mendasar tentang eksistensi. Perubahan di alam dapat merefleksikan perubahan dalam jiwa manusia. Tokoh puisi merasa sunyi, dan meskipun banyak yang berubah di sekitarnya, ada aspek yang tetap, yaitu rasa kehilangan dan ketidakpuasan.
Frasa "hidup bukan antri mati" memberikan pernyataan yang kuat. Ini menunjukkan bahwa hidup seharusnya memiliki makna dan tujuan, bukan hanya sekadar menunggu akhir. Ada desakan untuk merasakan kehidupan secara lebih mendalam, meskipun situasi di sekelilingnya tidak ideal.
Puisi "Seorang Buangan" adalah refleksi mendalam tentang perubahan, keterasingan, dan pencarian makna dalam hidup. Sabar Anantaguna menggunakan elemen alam untuk menggambarkan perasaan tokoh, menciptakan rasa melankolis yang kuat. Dalam dunia yang terus berubah, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan apa yang benar-benar berarti dan bagaimana kita terhubung dengan lingkungan dan diri kita sendiri. Dengan pesannya yang mendalam, puisi ini tetap relevan dalam konteks kehidupan manusia yang kompleks dan terus berkembang.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.