Puisi: Sehabis Sembahyang (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Sehabis Sembahyang" karya Joko Pinurbo adalah refleksi yang tajam dan menyentuh tentang bagaimana kita sering kali mengaitkan spiritualitas ...
Sehabis Sembahyang

Aku datang menghadap-Mu dalam doa sujudku.
Terima kasih atas segala pemberian-Mu,
Mohon lagi kemurahan-Mu: sekadar mobil baru
Yang lebih lembut dan lebih kencang lajunya
Agar aku bisa lebih cepat mencapai-Mu.

2005

Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Sehabis Sembahyang" karya Joko Pinurbo adalah karya yang penuh makna dengan sentuhan humor dan kritikan halus terhadap perilaku materialistis dalam konteks spiritualitas.

Tema dan Makna

  • Tema Doa dan Materialisme: Tema utama puisi ini adalah doa dan bagaimana keinginan materialistis sering kali mempengaruhi praktik spiritual. Penulis mengajukan permohonan kepada Tuhan setelah melakukan sembahyang, yang menunjukkan bahwa meskipun doa adalah bentuk komunikasi spiritual, sering kali keinginan materialistis seperti mobil baru masih mendominasi pikiran. Puisi ini menggambarkan ketidaksesuaian antara spiritualitas yang murni dan keinginan duniawi.
  • Tema Ironi dalam Permohonan: Puisi ini mengandung unsur ironi yang kuat. Di satu sisi, si tokoh puisi datang dengan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan, namun di sisi lain, permohonan tersebut sangat materialistis. Hal ini menciptakan kontras yang tajam antara tujuan doa dan permintaan yang disampaikan, yang mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana banyak orang mengaitkan praktik spiritual dengan keinginan duniawi.

Karakter dan Peran

  • Tokoh Dalam Puisi: Tokoh puisi adalah seorang individu yang sedang melakukan doa atau sembahyang. Karakter ini mewakili banyak orang yang mungkin datang ke hadapan Tuhan dengan rasa syukur dan permohonan, tetapi permohonan mereka sering kali lebih terfokus pada kebutuhan material daripada pada pertumbuhan spiritual atau pengabdian yang lebih dalam.
  • Tuhan: Dalam puisi ini, Tuhan adalah entitas yang menerima doa dan permohonan dari tokoh puisi. Tuhan berfungsi sebagai simbol dari sumber segala sesuatu dan kebaikan, yang permintaannya menunjukkan ketidakmampuan tokoh untuk benar-benar memfokuskan doa pada hal-hal spiritual yang lebih tinggi.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Gaya Bahasa dan Ironi: Joko Pinurbo menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun efektif untuk menyampaikan pesan puisi ini. Ironi terletak pada permohonan tokoh puisi untuk sesuatu yang sangat materialistik setelah melakukan sembahyang, yang biasanya dianggap sebagai tindakan spiritual murni. Ironi ini membuat puisi ini terasa lebih tajam dan menyentuh, memperlihatkan perbedaan antara ideal spiritual dan realitas keinginan duniawi.
  • Kesederhanaan dan Keterusterangan: Puisi ini menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, mencerminkan cara kita sering kali menyampaikan permohonan kepada Tuhan dengan cara yang sangat praktis dan duniawi. Struktur puisi yang singkat namun padat ini membuat pesan lebih jelas dan mudah dicerna oleh pembaca.

Makna Kontekstual

  • Refleksi tentang Praktik Spiritual: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana praktik spiritual sering kali terjebak dalam keinginan materialistis. Hal ini mencerminkan realitas bahwa meskipun banyak orang melakukan sembahyang dan doa, keinginan untuk memiliki barang-barang duniawi masih sangat kuat dan sering kali mendominasi doa mereka.
  • Kritik terhadap Materialisme: Dengan permohonan untuk "mobil baru" yang lebih lembut dan lebih cepat, puisi ini memberikan kritik halus terhadap materialisme dalam praktik spiritual. Ini menggarisbawahi bagaimana keinginan untuk kekayaan dan kemewahan sering kali mengalihkan perhatian dari tujuan spiritual yang lebih murni.
  • Kesadaran dan Penerimaan: Puisi ini mungkin juga mendorong pembaca untuk lebih sadar tentang motivasi mereka ketika melakukan praktik spiritual. Ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan apakah doa dan permohonan mereka benar-benar mencerminkan kebutuhan spiritual mereka atau hanya cerminan dari keinginan duniawi mereka.
Puisi "Sehabis Sembahyang" karya Joko Pinurbo adalah puisi yang menawarkan pandangan kritis dan humoris mengenai doa dan materialisme. Dengan menggambarkan permohonan materialistis setelah sembahyang, puisi ini mengeksplorasi ketidaksesuaian antara praktik spiritual dan keinginan duniawi. Ironi dan kesederhanaan dalam gaya bahasa puisi ini menambah kekuatan pesan, mengundang pembaca untuk merenungkan tujuan sebenarnya dari doa dan keinginan mereka. Puisi ini adalah refleksi yang tajam dan menyentuh tentang bagaimana kita sering kali mengaitkan spiritualitas dengan keinginan materialistik, memberikan pandangan yang mendalam tentang praktik spiritual di dunia modern.

"Puisi: Sehabis Sembahyang (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Sehabis Sembahyang
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.