Puisi: Sarang (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Sarang" karya D. Zawawi Imron menggambarkan momen perang atau konflik yang dihubungkan dengan agama, tetapi dengan bahasa yang kaya akan ...
Sarang

Cahaya senja yang merah
Sampai juga ke dalam kamar
Menjagakan kelewang yang tidur
Dari mesjid terdengar zikirmu
Maka perang pun mulai
Bayang-bayang yang kabur pada dinding
Melarikan berita ke ombak gasing
Aku hanyalah kegelapan
Yang mendesah ke hutan-hutan
Oleh bercak-bercak darah
Dalam sarang
Yang kau buat dari kabut
Kelewang itu diam
Menikmati madu di hati danau.

Sumber: Haluan Kepri (24 Juli 2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Sarang" karya D. Zawawi Imron adalah karya sastra yang penuh dengan makna simbolis dan puitis. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan momen perang atau konflik yang dihubungkan dengan agama, tetapi dengan bahasa yang kaya akan metafora dan simbolisme.

Cahaya Senja yang Merah: Puisi ini dimulai dengan deskripsi cahaya senja yang merah yang masuk ke dalam kamar. Cahaya senja sering kali menjadi simbol transisi, perubahan, atau bahkan akhir sesuatu. Di sini, cahaya senja yang merah dapat diartikan sebagai awal dari peristiwa atau konflik yang akan datang.

Kelewang yang Tidur: Kelewang dalam puisi ini mungkin menggambarkan senjata atau simbol kekuatan yang sedang "tidur" atau tidak aktif. Ini bisa merujuk pada ketegangan yang menunggu untuk meledak atau simbol kekuatan yang tertahan.

Zikir Mesjid: Kata "zikirmu" yang terdengar dari mesjid dapat menciptakan gambaran tentang suara ibadah atau peribadatan yang kontras dengan suasana perang yang akan datang. Ini mungkin menggarisbawahi konflik antara spiritualitas dan kekerasan.

Bayang-Bayang Kabur dan Berita: Bayang-bayang yang kabur di dinding mungkin menggambarkan ketidakpastian dan ketidakjelasan dalam situasi perang. "Berita" yang dibawa oleh bayang-bayang ini mungkin mengacu pada penyebaran informasi atau propaganda selama konflik.

Kelewang yang Diam: Kelewang yang diam, menikmati madu di hati danau, mungkin merupakan gambaran tentang konflik atau kekerasan yang bersifat sementara, sementara alam dan kehidupan tetap eksis dalam kedamaian dan keindahan alam.

Sarang yang Dibuat dari Kabut: Sarang yang dibuat dari kabut bisa diartikan sebagai sesuatu yang rapuh atau sementara. Kabut sering digunakan sebagai simbol ketidakjelasan atau ketidakpastian. Dalam konteks ini, sarang ini bisa menggambarkan tempat perlindungan sementara atau ilusi.

Desah ke Hutan-Hutan: "Desah ke hutan-hutan" mungkin merujuk pada pelarian dari kekerasan atau konflik. Hutan sering kali dianggap sebagai tempat pelarian atau perlindungan dari dunia luar.

Secara keseluruhan, puisi ini menciptakan gambaran yang kompleks dan gelap tentang konflik, agama, dan ketidakpastian. Penggunaan bahasa yang kaya akan simbolisme dan metafora memberikan kedalaman pada puisi ini dan memungkinkan berbagai interpretasi tentang maknanya.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Sarang
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.