Puisi: Saniyem (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Saniyem" karya Sabar Anantaguna menyoroti kehidupan seorang perempuan desa yang meskipun menghadapi kesulitan, tetap mampu menyimpan harapan ..

Saniyem


Saniyem bawa bunga di gunung kapur
rasanya tandus dan tanahnya juga tandus
tetapi di hati tumbuh bunga dan mimpinya sangat cerah.

Saniyem punya senyum mengulum di padi ranum
kalinya kosong dan tanahnya juga kosong
tetapi di hati lahir kepastian dan bayangannya kebenaran.

Saniyem di pinggir desa bekerja di tepi lereng
hidupnya sulit dan tanahnya juga sulit
tetapi di hati gairah berlawan dan harapannya kemenangan.

Saniyem bawa bunga di gunung kapur
wajahnya putih dan tanahnya juga putih
tetapi di hati gairah menyanyi dan lagunya kehidupan.

Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)

Analisis Puisi:

Puisi "Saniyem" karya Sabar Anantaguna menyoroti kehidupan seorang perempuan desa yang meskipun menghadapi kesulitan, tetap mampu menyimpan harapan dan impian. Melalui citra yang kuat dan penggunaan bahasa yang puitis, puisi ini menggambarkan ketahanan dan keberanian seorang tokoh yang berjuang dalam kondisi yang keras.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini dimulai dengan penggambaran Saniyem yang "bawa bunga di gunung kapur." Metafora bunga yang tumbuh di tanah tandus menunjukkan bahwa meskipun lingkungan sekitar tidak mendukung, ada potensi dan keindahan yang dapat muncul. Hal ini mencerminkan semangat Saniyem yang optimis, meskipun ia berada dalam situasi yang sulit.

Bait selanjutnya, “rasanya tandus dan tanahnya juga tandus tetapi di hati tumbuh bunga dan mimpinya sangat cerah,” menunjukkan kontras yang kuat antara kenyataan eksternal dan harapan internal. Kata “tandus” mencerminkan kesulitan hidup, namun “tumbuh bunga” menunjukkan bahwa di dalam hati Saniyem terdapat keyakinan dan impian yang cerah.

Tema Ketahanan dan Harapan

Puisi ini menggarisbawahi tema ketahanan. Dalam bait kedua, “Saniyem punya senyum mengulum di padi ranum,” senyumnya yang manis menjadi simbol harapan di tengah kesulitan. Meskipun “kalinya kosong dan tanahnya juga kosong,” ada “kepastian” yang lahir dalam hatinya. Ini mencerminkan bagaimana keyakinan dan kebenaran dapat memberi kekuatan untuk menghadapi realitas yang keras.

Pengulangan nama “Saniyem” di setiap bait menegaskan keberadaannya sebagai pusat cerita. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya individu ini dalam komunitasnya, meskipun kehidupannya sulit. Di sini, Saniyem tidak hanya menjadi representasi dari seorang perempuan desa, tetapi juga simbol ketahanan wanita yang berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.

Simbolisme dan Keberanian

Di bait ketiga, ketika dikatakan bahwa “Saniyem di pinggir desa bekerja di tepi lereng,” terdapat penggambaran tentang kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan. Namun, ungkapan “tetapi di hati gairah berlawan dan harapannya kemenangan” menunjukkan semangat juang yang tak kunjung padam. Gairah dan harapan menjadi kekuatan untuk melawan segala rintangan yang ada.

Di akhir puisi, penulis kembali menghadirkan gambaran Saniyem dengan “wajahnya putih dan tanahnya juga putih.” Ini menciptakan citra yang cerah dan bersih, tetapi diimbangi dengan “gairah menyanyi dan lagunya kehidupan.” Lagu menjadi simbol dari kebahagiaan dan keindahan hidup yang tetap bisa ditemukan meskipun dalam kesulitan.

Puisi "Saniyem" karya Sabar Anantaguna adalah karya yang menginspirasi dan menggugah perasaan tentang ketahanan dan harapan. Melalui citra yang kuat dan penggunaan bahasa yang puitis, puisi ini menyoroti kekuatan individu dalam menghadapi tantangan hidup. Anantaguna berhasil menyampaikan pesan bahwa meskipun lingkungan dan kondisi hidup mungkin tidak mendukung, semangat dan impian tetap dapat tumbuh dalam hati. "Saniyem" adalah representasi dari banyak perempuan yang berjuang dalam kesederhanaan, membuktikan bahwa dengan keberanian dan harapan, kehidupan dapat ditemukan keindahannya meskipun dalam situasi yang sulit.

Sabar Anantaguna
Puisi: Saniyem
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.