Puisi: Sandiwara Kampungku (Karya A.A. Navis)

Puisi "Sandiwara Kampungku" karya A.A. Navis memberikan gambaran tentang kehidupan kampung yang penuh dengan sandiwara atau pertunjukan hidup yang ...
Sandiwara Kampungku
(Kepada anggota DPR Sumatera Tengah)

Setelah lampu ruangan padam
layar dan tirai pun terbuka
musik pengiring nyaring bergema
gegap gempita suara seragam.

Berkat pengantar pembawa acara
penonton berkarcis jiwa raga
duduk tertib lela bersandar
menanti acara yang dijanji benar.

Lama kata pengantar selesai sudah
sambil menunggu waktu berlalu
alunan musik telah ulang berulang
sampai di luar birama.

Penonton tertanya riuh rendah
apa musik yang palsu
atau lagu yang sumbang
atau memangnya bersandiwara.

Naskah cerita sudah benar
namun pelaku lagi bertengkar
ingin pertama di depan layar
membawa peran di luar adegan
seperti pahlawan perjuangan
yang tak dan telah kesiangan.

Lalu ada suara bertanya
dari penonton berkarcis cuma-cuma
— sudahkah tiba waktu yang pantas
untuk penonton naik pentas? —

17 Agustus 1950

Analisis Puisi:

Puisi "Sandiwara Kampungku" karya A.A. Navis memberikan gambaran tentang kehidupan kampung yang penuh dengan sandiwara atau pertunjukan hidup yang kadang kala rumit dan sulit dipahami. Dalam puisi ini, Navis mengeksplorasi realitas sosial masyarakat kampung dengan sentuhan puitisnya.

Atmosfer Pertunjukan: Puisi dimulai dengan deskripsi atmosfer pertunjukan yang menciptakan gambaran tentang ruangan yang gelap ketika lampu padam, layar dan tirai terbuka, dan musik pengiring yang bergema. Semua ini menciptakan suasana gembira dan meriah, seolah-olah menampilkan sandiwara kehidupan yang diiringi oleh gegap gempita seragam.

Antusiasme Penonton: Navis menunjukkan antusiasme penonton yang memiliki tiket (karcis jiwa raga) dan duduk tertib menunggu acara dimulai. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana masyarakat menanti-nantikan hiburan dan peristiwa yang dijanjikan oleh sandiwara kampung.

Tertanya-tanya di Tengah Pertunjukan: Pada bait berikutnya, puisi menciptakan ketegangan di tengah pertunjukan. Meskipun naskah cerita sudah benar, pelaku atau aktor sandiwara kampung terlibat dalam pertengkaran. Ini mencerminkan konflik dan perangkat kehidupan sehari-hari yang terjadi di belakang layar.

Pergulatan Manusia di Balik Layar: Penyair merinci pergulatan manusia di balik layar yang ingin tampil pertama di depan layar dan membawa peran di luar adegan. Ini menciptakan gambaran tentang ambisi dan persaingan di antara anggota masyarakat yang ingin menonjol dan mendapatkan perhatian.

Pertanyaan yang Menyentuh: Puisi ditutup dengan pertanyaan dari penonton yang memiliki tiket cuma-cuma, yang bertanya apakah sudah tiba waktunya bagi penonton untuk naik pentas. Pertanyaan ini menyiratkan perasaan rasa ingin tahu dan kerinduan untuk ikut serta dalam pertunjukan kehidupan.

Melalui puisi "Sandiwara Kampungku," A.A. Navis berhasil menggambarkan kehidupan masyarakat kampung dengan cara yang unik dan puitis. Puisi ini menyentuh aspek-aspek universal dalam kehidupan manusia, seperti ambisi, persaingan, dan pertanyaan tentang peran masing-masing individu dalam sandiwara kehidupan. Dengan kata-kata yang kuat dan gambaran yang hidup, Navis menyajikan potret kehidupan yang memikat dan merangsang pembaca untuk merenung tentang makna sebenarnya di balik sandiwara kehidupan.

A.A. Navis
Puisi: Sandiwara Kampungku
Karya: A.A. Navis

Biodata A.A. Navis:
  • A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
  • A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
  • A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.