Puisi: Sampah Serapah (Karya Melani Jamilah)

Puisi "Sampah Serapah" karya Melani Jamilah mengangkat tema lingkungan dan kritik terhadap ketidakpedulian terhadap kebersihan.

Sampah Serapah


di sini plastik bekas serupa teman
membaur
ikut nimbrung di halaman
di tiap belokan
di jengkal selokan
sialan!

entahlah
rasanya aku melihat keresahan
pada air yang menggenang di lengkungan pembuangan
pada pekatnya yang legam

di dalamnya
jentik-jentik lihai menari
cacing merah pura-pura terdiam
sampah serapah tertidur di sembarang penantian
menunggu arus
tapi bukan akhir dari sebuah kematian

sisa-sisa bekas pantat menggelembung
gel-nya menyerap hebat
sekumpulan lalat hinggap di tai dan pesing
popok yang ditumbalkan orang-orang anti pusing
modernisasi, tak perlu cuci-cuci

"jagalah lingkungan"
"jagalah kebersihan"
ck, omong doang
ganti saja semboyannya
"buanglah sampah ke tengah empang"!

Garut, 5 Juli 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Sampah Serapah" karya Melani Jamilah mengangkat tema lingkungan dan kritik terhadap ketidakpedulian terhadap kebersihan. Melalui deskripsi yang kuat dan teknik bahasa yang efektif, Jamilah mengeksplorasi dampak sampah terhadap lingkungan dan ketidakberdayaan dalam menghadapinya.

Tema Sentral

Tema utama puisi ini adalah kritik terhadap penanganan sampah dan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Melani Jamilah menggunakan gambaran yang kuat tentang sampah dan polusi untuk mengungkapkan frustrasi terhadap kebijakan dan perilaku yang tidak efektif dalam menjaga kebersihan.

Struktur Puisi

Puisi ini memiliki struktur yang tidak terikat pada pola tertentu, mencerminkan kekacauan dan ketidakaturan yang disebabkan oleh sampah. Strukturnya mendukung tema utama puisi dengan menyoroti betapa tidak teraturnya pengelolaan sampah dan dampaknya.

"di sini plastik bekas serupa teman / membaur / ikut nimbrung di halaman / di tiap belokan / di jengkal selokan / sialan!"

Bagian ini menggambarkan bagaimana sampah plastik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan dianggap sebagai "teman" yang tidak diinginkan. Frasa "sialan" menunjukkan kemarahan dan frustrasi penulis terhadap keadaan ini.

"entahlah / rasanya aku melihat keresahan / pada air yang menggenang di lengkungan pembuangan / pada pekatnya yang legam"

Di sini, penulis menyoroti dampak visual dari sampah, yaitu air yang menggenang dan menjadi kotor. "Keresahan" pada air ini menggambarkan dampak emosional dan lingkungan dari pencemaran.

"di dalamnya / jentik-jentik lihai menari / cacing merah pura-pura terdiam / sampah serapah tertidur di sembarang penantian / menunggu arus / tapi bukan akhir dari sebuah kematian"

Bagian ini menggambarkan ekosistem kecil yang terbentuk dari sampah, dengan "jentik-jentik" dan "cacing merah" sebagai bagian dari siklus hidup yang terus berlangsung meskipun dalam kondisi yang tidak ideal. "Bukan akhir dari sebuah kematian" menunjukkan bahwa meskipun sampah tidak menghilang begitu saja, dampaknya tetap berlanjut.

"sisa-sisa bekas pantat menggelembung / gel-nya menyerap hebat / sekumpulan lalat hinggap di tai dan pesing / popok yang ditumbalkan orang-orang anti pusing / modernisasi, tak perlu cuci-cuci"

Bagian ini menggambarkan sampah rumah tangga, seperti popok dan sisa makanan, yang menyebabkan masalah kebersihan. Penulis mengkritik kemajuan teknologi yang malah memperburuk masalah dengan mengurangi kesadaran tentang kebersihan.

""jagalah lingkungan" / "jagalah kebersihan" / ck, omong doang / ganti saja semboyannya / "buanglah sampah ke tengah empang"!"

Bagian ini merupakan kritik langsung terhadap slogan-slogan lingkungan yang dianggap tidak efektif. Penulis menyarankan agar semboyan tersebut diganti dengan sesuatu yang lebih realistis, seperti "buanglah sampah ke tengah empang", yang mencerminkan ketidakpedulian terhadap pengelolaan sampah.

Simbolisme

  • Sampah Plastik: Plastik bekas simbol dari masalah lingkungan yang terus berlanjut dan semakin buruk. Ia juga melambangkan ketidakpedulian dan kekacauan dalam pengelolaan sampah.
  • Air yang Menggenang: Air kotor yang menggenang mencerminkan polusi dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan.

Teknik Bahasa

  • Metafora dan Personifikasi: Sampah yang "serupa teman" dan "tertidur di sembarang penantian" memberikan karakter dan kehidupan pada benda mati, menggambarkan seolah-olah sampah memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari.
  • Deskripsi Visual: Penggunaan deskripsi detail tentang sampah, seperti "sisa-sisa bekas pantat menggelembung" dan "gel-nya menyerap hebat", menciptakan gambaran visual yang kuat tentang kondisi lingkungan.
  • Ironi: Ironi terdapat dalam kritik terhadap slogan lingkungan yang dianggap tidak efektif dan hanya sebagai bentuk "omong doang". Ini menunjukkan ketidakpuasan penulis terhadap tindakan simbolis yang tidak diikuti dengan perubahan nyata.
Puisi "Sampah Serapah" karya Melani Jamilah merupakan kritik tajam terhadap penanganan sampah dan dampaknya terhadap lingkungan. Melalui deskripsi yang kuat dan teknik bahasa yang efektif, puisi ini mengungkapkan frustrasi penulis terhadap ketidakpedulian masyarakat dan kebijakan yang tidak memadai. Karya ini memaksa pembaca untuk merenung dan mempertanyakan bagaimana kita mengelola sampah dan dampak nyata dari tindakan kita terhadap lingkungan.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Sampah Serapah
Karya: Melani Jamilah
© Sepenuhnya. All rights reserved.