Puisi: Sajak tak Bernama (Karya Adi Sidharta)

Puisi "Sajak tak Bernama" karya Adi Sidharta menyuguhkan gambaran yang mendalam tentang perjalanan seorang prajurit dalam konteks revolusi.
Sajak tak Bernama

pada senja revolusi suatu pagi mengantar kapal
mencium pantai lama dikenang
dan turun seorang prajurit
bibir berbunga melodi cinta.

pada senja revolusi suatu pagi merobek jarak
ketegangan dan kekerdilan
dan melangkah seorang prajurit
dada berdarah setia cita.

pada senja revolusi suatu pagi
kejatuhan dan kebangunan
dan terkapar prajurit perkasa
hati hangus dicinta ketika.

pada senja revolusi suatu pagi
tentang kapal tinggalkan pantai
dan prajurit yang cium gelombang
menatap fajar daerah kelahiran cinta.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak tak Bernama" karya Adi Sidharta menyuguhkan gambaran yang mendalam tentang perjalanan seorang prajurit dalam konteks revolusi. Melalui nuansa romantis dan patriotik, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti perjuangan, cinta, dan pengorbanan. Dalam setiap bait, terdapat lapisan makna yang menyentuh perasaan dan membangkitkan semangat nasionalisme.

Tema Sentral

Tema utama puisi ini berfokus pada perjalanan seorang prajurit yang melambangkan semangat perjuangan dalam konteks revolusi. Penggunaan frasa “senja revolusi” menandakan bahwa peristiwa yang terjadi di dalam puisi ini adalah bagian dari momen penting dalam sejarah, di mana perubahan besar sedang terjadi. Senja melambangkan transisi, sebuah periode di antara kegelapan dan cahaya, mencerminkan harapan yang muncul dari perjuangan.

Simbolisme Kapal

Kapal dalam puisi ini menjadi simbol perjalanan dan pengorbanan. Di bait pertama, “mencium pantai lama dikenang” menunjukkan bahwa kapal tersebut membawa kenangan, mungkin kenangan akan rumah dan perjuangan masa lalu. Kapal ini bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga representasi dari harapan dan impian yang akan datang. Keberangkatan prajurit dari pantai melambangkan keberanian untuk meninggalkan zona nyaman demi sebuah tujuan yang lebih besar.

Cinta dan Pengorbanan

Salah satu elemen kuat dalam puisi ini adalah penggambaran cinta yang mengikat antara prajurit dan tanah airnya. Pada bait kedua, frasa “dada berdarah setia cita” menunjukkan bahwa cinta dan pengorbanan berjalan beriringan. Prajurit tidak hanya bertempur untuk kebebasan, tetapi juga untuk cinta yang mendalam terhadap tanah air. Ini menegaskan bahwa perjuangan untuk kemerdekaan sering kali disertai dengan rasa sakit dan pengorbanan yang mendalam.

Kejatuhan dan Kebangkitan

Bait ketiga mencerminkan dualitas kehidupan prajurit. “Kejatuhan dan kebangunan” menunjukkan bahwa dalam perjuangan, ada saat-saat kehilangan dan kemenangan. Teks “terkapar prajurit perkasa” mencerminkan fragmen ketidakberdayaan di tengah pertempuran, sementara “hati hangus dicinta ketika” menunjukkan bahwa cinta tetap menjadi kekuatan pendorong meskipun menghadapi kesulitan. Pengorbanan prajurit tidak sia-sia, karena cinta dan semangat kebangkitan akan selalu ada.

Harapan dan Identitas

Di bait terakhir, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari perjalanan yang telah dilalui. “Tentang kapal tinggalkan pantai” menandakan transisi menuju fajar baru, melambangkan harapan dan kebangkitan yang akan datang. Prajurit yang “cium gelombang” menggambarkan penerimaan terhadap apa yang akan terjadi, sambil tetap menatap ke arah “fajar daerah kelahiran cinta,” sebuah simbol dari masa depan yang penuh harapan.

Puisi "Sajak tak Bernama" karya Adi Sidharta merupakan karya yang kaya makna, menyajikan gambaran mendalam tentang perjalanan seorang prajurit yang terlibat dalam revolusi. Dengan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kuat, puisi ini berhasil menyampaikan pesan tentang cinta, pengorbanan, dan harapan. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenungkan betapa pentingnya cinta terhadap tanah air dalam setiap perjuangan, serta menyadari bahwa setiap langkah yang diambil dalam perjalanan hidup selalu memiliki arti dan tujuan.

Adi Sidharta
Puisi: Sajak tak Bernama
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.