Puisi: Sajak Hitam (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Sajak Hitam" karya Idrus Tintin mengeksplorasi perasaan manusia yang sering kali tersembunyi di balik rutinitas sehari-hari, mengajak ...
Sajak Hitam

Tak ada lagi sesuatu yang berharga
pagi
        petang
                siang
                        malam
                                hanya
burung tak bersarang
                        tanpa arah
                                dan
hingga sekejap
                        dengan cerita
                                yang
s a m a.

Kulihat perempuan menyusui anaknya
hingga kering dirinya

mimpi tumbuh
        bagai kembang
                hitam

mimpi tumbuh bagai kembang
hitam warnanya

Sumber: Luput (1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Hitam" karya Idrus Tintin merupakan sebuah karya yang menggambarkan perasaan kehampaan dan keputusasaan dalam kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang minimalis namun penuh makna, puisi ini menciptakan gambaran mendalam tentang kondisi manusia yang terjebak dalam rutinitas dan kehilangan harapan. Melalui visualisasi yang kuat, Idrus mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup dalam kegelapan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini disusun dalam bentuk bebas dengan penggunaan pembagian bait yang tidak konvensional. Dengan menyusun bait yang terpisah dan diatur secara bertahap, Idrus menciptakan nuansa yang lamban dan tertegun, sesuai dengan tema keputusasaan yang diusung. Frasa "Tak ada lagi sesuatu yang berharga" langsung membuka puisi ini dengan kesedihan dan kehilangan, mengisyaratkan bahwa semua nilai dan makna telah hilang.

Penggunaan kata-kata seperti "pagi," "petang," "siang," dan "malam" menunjukkan siklus waktu yang terus berjalan, namun di dalamnya tidak ada arti atau nilai. Kesadaran bahwa waktu berlalu tanpa tujuan ini menjadi tema sentral yang menekankan betapa hampa kehidupan dapat dirasakan.

Simbol Burung dan Kehilangan

Gambaran burung yang "tak bersarang" dan "tanpa arah" melambangkan kehilangan harapan dan arah hidup. Burung, yang biasanya diasosiasikan dengan kebebasan dan kehidupan, di sini justru merepresentasikan ketiadaan makna. Dalam puisi ini, burung tidak memiliki tempat untuk kembali, menciptakan kesan tragis bahwa hidup tanpa tujuan bisa sama dengan hidup tanpa harapan.

Kehidupan Perempuan dan Kelelahan

Selanjutnya, Idrus menyoroti gambaran seorang perempuan yang "menyusui anaknya / hingga kering dirinya." Ini mencerminkan pengorbanan yang sering dilakukan oleh perempuan, tetapi juga menekankan kelemahan dan keletihan yang dialami. Dalam konteks ini, meskipun perempuan tersebut melakukan tindakan yang mulia, dia mengalami kehabisan tenaga dan kehilangan diri. Ini bisa diinterpretasikan sebagai gambaran peran perempuan dalam masyarakat yang tidak pernah dihargai.

Mimpi yang Kelam

Puncak dari puisi ini adalah gambaran "mimpi tumbuh / bagai kembang / hitam." Di sini, kembang hitam berfungsi sebagai simbol dari mimpi dan harapan yang tidak terwujud. Kembang yang biasanya diasosiasikan dengan keindahan dan kehidupan, di sini menjadi simbol kegelapan dan keputusasaan. Idrus dengan cerdas mengontraskan harapan dan kenyataan, menunjukkan bahwa meskipun mimpi ada, ia tetap berwarna hitam, mencerminkan kekecewaan dan kepahitan.

Puisi "Sajak Hitam" karya Idrus Tintin adalah sebuah karya yang kuat dalam menyampaikan tema keputusasaan dan kehilangan harapan. Dengan struktur yang sederhana namun penuh makna, serta penggunaan simbol-simbol yang mendalam, puisi ini menggambarkan betapa hidup bisa terasa hampa dan berat. Idrus berhasil mengeksplorasi perasaan manusia yang sering kali tersembunyi di balik rutinitas sehari-hari, mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai dan makna dalam kehidupan yang mungkin sering terabaikan. Dengan demikian, "Sajak Hitam" menjadi sebuah refleksi mendalam tentang keadaan manusia dalam dunia yang gelap.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Sajak Hitam
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.