Puisi: Sahabat (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Sahabat" karya Idrus Tintin menyoroti sifat kompleks dari persahabatan. Melalui simbol-simbol seperti perca, wajah yang hilang arah, dan ...
Sahabat

Dari perca
kubangun sebuah persahabatan
lama
lebih lama dari layaknya orang bersahabat
dibuhul mufakat saling mengerti
benar-benar bersahabat
pada titik
atau koma.

Kami pun membuat lukisan bersama
sebagai pernyataan
wajah kami
wajah perca.

hari dan waktu bertimpa
lukisan guram kehidupan
selesai juga.

Tapi wajah itu ke mana arahnya?
Tak tentu letak
Saling tak bersua wajah kita.

Asyik mencari kita jadinya
terus mencari kerinduan-kerinduan kita
yang makin panjang.

Sumber: Idrus Tintin (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Sahabat" karya Idrus Tintin menggambarkan esensi persahabatan yang mendalam dan kompleks. Melalui simbol-simbol yang kuat dan bahasa yang penuh perasaan, Idrus menyoroti bagaimana persahabatan dibangun, bagaimana ia berkembang, dan bagaimana ia juga bisa menghilang atau mengalami kebingungan arah. Persahabatan dalam puisi ini dilukiskan sebagai sesuatu yang rapuh namun bertahan, penuh dengan dinamika waktu dan perubahan, namun tetap memiliki esensi kerinduan yang terus berlanjut.

Perca sebagai Simbol Persahabatan

Dalam puisi ini, Idrus Tintin menggunakan “perca” sebagai simbol utama untuk menggambarkan persahabatan. Perca, yang secara harfiah berarti potongan kain yang kecil dan biasanya tak beraturan, melambangkan persahabatan yang dibangun dari bagian-bagian kecil, dari potongan-potongan pengalaman hidup yang diikat menjadi satu. "Dari perca kubangun sebuah persahabatan" menegaskan bahwa persahabatan tidak selalu berasal dari hal-hal besar, tetapi dari momen-momen kecil yang terhubung, membentuk sesuatu yang utuh dan bermakna.

Perca juga bisa menjadi simbol ketidaksempurnaan. Dalam persahabatan, sering kali ada kesalahpahaman, kekurangan, dan ketidaksempurnaan. Namun, perca-perca ini dijahit bersama untuk membangun hubungan yang tahan lama, seperti yang diungkapkan dalam “lama, lebih lama dari layaknya orang bersahabat.” Penggunaan kata “dibuhul mufakat saling mengerti” menunjukkan bahwa meskipun persahabatan mungkin terdiri dari bagian-bagian yang berbeda, kekuatan dari persetujuan, saling pengertian, dan komitmen membuatnya tetap kokoh.

Wajah Perca dan Ketidaktentuan Arah

Puisi ini melanjutkan dengan metafora tentang “wajah perca”—sebuah gambaran wajah yang dibangun dari potongan-potongan kecil. Ini melambangkan identitas persahabatan yang dibentuk dari banyak momen dan pengalaman bersama. Namun, seiring waktu, wajah itu mulai kabur, dan arah atau letak dari wajah tersebut menjadi tidak pasti. “Tapi wajah itu ke mana arahnya? Tak tentu letak.” Pertanyaan ini mencerminkan ketidakpastian dalam hubungan, mungkin karena perubahan dalam hidup atau perpisahan yang terjadi secara fisik atau emosional.

Puisi ini dengan halus mengangkat persoalan tentang bagaimana persahabatan, meskipun kuat dan mendalam, bisa tersesat di tengah perjalanan hidup. Kehidupan yang terus bergerak dan berubah dapat mengaburkan arah atau tujuan persahabatan, meninggalkan rasa ketidaktentuan di mana hubungan itu berdiri. Ini tercermin dalam kalimat “Saling tak bersua wajah kita”, yang menyiratkan jarak emosional atau fisik antara sahabat yang dulu dekat namun kini terpisah.

Pencarian Kerinduan

Salah satu aspek paling kuat dalam puisi ini adalah penggambaran kerinduan yang muncul seiring waktu. “Asyik mencari kita jadinya, terus mencari kerinduan-kerinduan kita yang makin panjang” mengisyaratkan bahwa meskipun persahabatan mungkin berubah atau menjadi tidak jelas, kerinduan untuk kembali pada momen-momen indah bersama tetap ada dan bahkan semakin dalam. Kerinduan ini seolah menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, meskipun arah atau bentuk persahabatan sudah tidak sejelas sebelumnya.

Puisi ini menggambarkan bagaimana persahabatan bisa memasuki fase pencarian, di mana para sahabat mencoba untuk menemukan kembali makna dan esensi dari hubungan mereka. Ada rasa kehilangan, namun juga ada harapan dan keinginan untuk menemukan kembali kehangatan dan kebersamaan yang pernah ada.

Persahabatan yang Kompleks dan Dinamis

Puisi "Sahabat" karya Idrus Tintin menyoroti sifat kompleks dari persahabatan. Melalui simbol-simbol seperti perca, wajah yang hilang arah, dan kerinduan yang memanjang, Idrus menggambarkan bagaimana persahabatan tidak selalu berjalan mulus atau sederhana. Persahabatan adalah hubungan yang dinamis, penuh dengan perubahan dan ketidakpastian, namun juga penuh dengan kerinduan dan harapan.

Puisi ini mencerminkan realitas banyak hubungan persahabatan di kehidupan nyata—dimulai dari hal-hal kecil, berkembang dengan waktu, dan kadang-kadang tersesat di tengah jalan. Namun, persahabatan sejati selalu menyimpan kerinduan untuk kembali, mencari makna dalam hubungan yang pernah begitu berharga.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Sahabat
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.