Analisis Puisi:
Puisi "Sabana" karya Umbu Landu Paranggi menghadirkan gambaran alam yang luas dan penuh makna.
Pencarian dan Penantian: Puisi dimulai dengan gambaran tentang pemburu fajar yang mencoba mengusir bayang-bayangnya dan menantikan kehadiran senja yang memanggil petualang. Ini menciptakan suasana perjalanan atau pencarian yang tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual.
Kehidupan di Sabana: Sabana digambarkan sebagai tempat di mana hidup penyair terjadi. Gambaran tentang gitar tua, lelaki yang berkuda, gitar tua, dan gembala berpacu menciptakan suasana kesendirian dan keheningan yang khas dari alam terbuka.
Kehadiran Alam dan Kehidupan: Di sabana, kehidupan mengalir dalam irama alam. Ada gitar yang dimainkan, harum napas bunda, dan gambaran tentang kehidupan yang sederhana namun kaya makna. Sabana menjadi saksi kehidupan yang terus berlangsung di tengah kekeringan dan kesunyian.
Kehausan Spiritual dan Keharuan Alam: Gambaran lapar, dahaga, dan kemarau menciptakan rasa haus dan kegelisahan yang lebih dalam, tidak hanya secara fisik tetapi juga spiritual. Penulis merindukan lebih banyak cinta dan keharuan dari alam dan kehidupan.
Pencarian Keabadian dan Kebahagiaan: Di baris terakhir, penulis menyatakan keinginannya untuk tenggelam lebih dalam dalam keharuan alam, menyelami keabadian dan keindahan yang ada di sekitarnya. Ini mencerminkan keinginan manusia untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki.
Dengan demikian, puisi "Sabana" bukan hanya tentang gambaran alam yang luas, tetapi juga tentang pencarian makna kehidupan, keharuan spiritual, dan keindahan yang tersirat di balik kesunyian dan kekeringan. Ini adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam dan pencarian makna dalam kehidupan yang sederhana namun penuh warna.