Revolusi Jalan Terus
Kawan-kawan,
mereka telah menelanjangi dirinya
di depan kaca,
dan bagi kita terbuka semua rahsia;
lihatlah nyala,
kebalikan segala kaca
dalam ucapan dan pengertian.
kawan-kawan,
revolusi ini jalan terus
cerminnya ialah rakyat
yang menilai setiap perbuatan.
Medan, Agustus 1961
Sumber: Dari Bumi Merah (1963)
Analisis Puisi:
Puisi "Revolusi Jalan Terus" karya HR. Bandaharo adalah sebuah seruan semangat revolusi yang mencerminkan keteguhan dan kesadaran sosial. Puisi ini memancarkan keyakinan bahwa perubahan dan pergerakan revolusioner adalah sesuatu yang tak dapat dihentikan, dan rakyat menjadi cermin yang menilai setiap tindakan para pejuang.
Penggambaran Revolusi sebagai Sebuah Proses Berkelanjutan
Di bait pembuka, penyair menyapa dengan panggilan, “Kawan-kawan,” yang mencerminkan solidaritas dan kebersamaan. Penggunaan istilah ini menekankan bahwa revolusi bukanlah milik individu, melainkan sebuah perjuangan kolektif yang melibatkan banyak orang. "Revolusi ini jalan terus" menjadi kalimat kunci yang menunjukkan bahwa perjuangan tersebut merupakan sebuah proses yang tak terhenti, sebuah dinamika yang terus berjalan tanpa akhir pasti.
Bandaharo menggarisbawahi bahwa dalam proses revolusi ini, mereka yang terlibat telah "menelanjangi dirinya di depan kaca." Frasa ini mencerminkan keterbukaan dan kerentanan, di mana para aktor revolusi tidak bisa menyembunyikan diri dari pengawasan publik. Mereka telah membuka segala sesuatu tentang diri mereka, baik kesalahan maupun kebenaran, di hadapan rakyat yang menjadi saksi dari setiap perbuatan mereka.
Cermin Rakyat: Penilaian Kolektif
Konsep “cermin” menjadi simbol penting dalam puisi ini. "Cerminnya ialah rakyat yang menilai setiap perbuatan" menggambarkan bahwa rakyat adalah penentu dan pengukur dari setiap tindakan dalam revolusi. Setiap langkah, baik itu benar atau salah, akan tercermin dan dinilai oleh rakyat. Hal ini menegaskan bahwa revolusi bukanlah sekadar kekerasan atau perlawanan fisik, tetapi juga tentang keadilan, transparansi, dan akuntabilitas di mata rakyat.
Rakyat menjadi kekuatan moral yang memandu jalannya revolusi. Setiap tindakan yang diambil oleh para pejuang tidak dapat dilepaskan dari pengawasan rakyat, yang pada akhirnya menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan revolusi tersebut.
Dualitas Nyala dan Kaca
Puisi ini menggunakan simbol-simbol sederhana namun kuat. "Lihatlah nyala, kebalikan segala kaca" mungkin merujuk pada kontras antara kebenaran yang terungkap (nyala) dan kepalsuan atau ilusi yang selama ini mungkin tersembunyi di balik kaca. Kaca adalah metafora bagi ilusi atau penampakan luar, sementara "nyala" merujuk pada cahaya atau pencerahan yang mengungkap kebenaran di balik segala ilusi tersebut. Dalam konteks ini, revolusi dianggap sebagai momen pencerahan yang menghilangkan kebohongan dan menampakkan kebenaran di hadapan semua orang.
Kritik Sosial dan Keyakinan Revolusi
Puisi "Revolusi Jalan Terus" juga mengandung pesan kritik sosial yang tersirat. Di tengah masyarakat yang sering kali diliputi oleh ketidakadilan dan penindasan, revolusi menjadi jalan untuk melawan status quo. Keterbukaan dan transparansi, yang dilambangkan dengan "cermin rakyat," menjadi penting dalam menjaga agar tujuan revolusi tetap murni dan tidak terdistorsi oleh kepentingan pribadi.
Puisi ini juga memperlihatkan keyakinan bahwa revolusi bukanlah sesuatu yang bisa diperlambat atau dihentikan oleh pihak-pihak yang menentang. Sebaliknya, revolusi akan terus bergerak maju selama rakyat tetap menjadi cerminnya dan penilai dari setiap tindakan yang diambil.
Puisi "Revolusi Jalan Terus" karya HR. Bandaharo adalah sebuah refleksi kuat tentang semangat revolusi yang tak terhentikan, di mana rakyat menjadi penentu utama dari segala tindakan yang diambil dalam perjuangan tersebut. Simbolisme "nyala" dan "kaca" memperkuat gambaran tentang keterbukaan dan pencerahan yang muncul di tengah perjuangan, sementara rakyat memainkan peran sentral sebagai cermin yang menilai segala perbuatan.
Bandaharo mengingatkan bahwa revolusi bukan hanya soal perlawanan fisik, tetapi juga soal moralitas, transparansi, dan keadilan di mata rakyat. Pesan yang disampaikan dalam puisi ini mengajak kita untuk merenungkan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti sebelum tujuan revolusi tercapai, dengan rakyat sebagai penuntun utama dalam setiap langkah yang diambil.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.