Rakyat Memilih
Seperti dulu saja
ketika bedil berletusan
di udara dan di bumi
engkau renggutkan kebimbangan
semula bertahta di dalam hati.
Dan kita maju
menuliskan epos rakyat merdeka.
Seperti dulu saja
gempita kita ke kotak suara
di udara dan di bumi
keperwiraanmu menjadi keperwiraanku
mengintan kagum di dalam hati.
Dan kita maju
memilih jaminan perkembangan bangsa.
Seperti dulu saja
dan seperti selamanya
di udara dan di bumi
engkau jadikan pabrik dan sawah
pesta manusia yang punya hati.
Dan kita maju
berani memilih dari detik ke detik.
Sumber: Rangsang Detik (1957)
Analisis Puisi:
Puisi Rakyat Memilih karya Adi Sidharta menggambarkan semangat kolektif rakyat dalam proses pemilihan dan perjuangan menuju kemerdekaan. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengeksplorasi tema keberanian, kebersamaan, dan harapan masa depan yang lebih baik.
Konteks Historis dan Emosional
Puisi ini diawali dengan penekanan pada ingatan masa lalu, ketika “bedil berletusan” menggambarkan suara perlawanan yang mengubah arah sejarah. Referensi terhadap peristiwa-peristiwa bersejarah ini menunjukkan pentingnya perjuangan yang telah dilakukan oleh rakyat untuk meraih kemerdekaan. Kembali ke masa lalu bukan hanya tentang mengenang, tetapi juga tentang memahami bagaimana setiap langkah yang diambil oleh rakyat membentuk identitas dan tujuan mereka.
Perjuangan Kolektif
Dalam bait-baitnya, Sidharta menekankan pentingnya kerjasama dan persatuan, “keperwiraanmu menjadi keperwiraanku.” Ini menunjukkan bahwa dalam perjuangan, kekuatan individu berbaur menjadi satu tujuan yang lebih besar. Rakyat saling mendukung dan bersatu untuk meraih impian bersama, membentuk epos perjuangan yang lebih luas. Ini mencerminkan bagaimana kebangkitan kolektif bisa menggerakkan perubahan dan memberikan harapan.
Kotak Suara sebagai Simbol Kekuatan
Proses pemilihan diibaratkan sebagai “gempita kita ke kotak suara,” yang menunjukkan bahwa suara rakyat adalah alat untuk mengekspresikan kehendak mereka. Kotak suara di sini berfungsi sebagai simbol kebebasan dan pilihan. Dalam konteks ini, Sidharta menunjukkan bahwa partisipasi rakyat dalam demokrasi adalah langkah krusial untuk menentukan masa depan bangsa. Ini menegaskan bahwa setiap suara itu penting dan memiliki dampak.
Pembangunan dan Harapan
Sidharta juga menyinggung tentang pembangunan bangsa, di mana “engkau jadikan pabrik dan sawah.” Ini menggambarkan harapan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik melalui kerja keras dan kebersamaan. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang pemilihan, tetapi juga tentang tanggung jawab rakyat untuk membangun negeri mereka. Proses memilih menjadi bagian dari upaya untuk menjamin perkembangan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.
Kesinambungan Perjuangan
Penutup puisi yang menyatakan “seperti dulu saja dan seperti selamanya” menunjukkan kesinambungan perjuangan rakyat. Ini mencerminkan bahwa meskipun waktu berlalu, semangat perjuangan untuk memilih dan berjuang demi hak-hak dan kebebasan tidak akan pernah padam. Ada harapan bahwa rakyat akan terus maju, berani memilih, dan berjuang demi cita-cita yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Puisi Rakyat Memilih karya Adi Sidharta adalah refleksi yang mendalam tentang semangat kolektif, kebersamaan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan. Melalui simbolisme yang kuat dan narasi yang emosional, puisi ini menyerukan pentingnya partisipasi rakyat dalam pembangunan dan menentukan arah bangsa. Dengan mengingat perjuangan masa lalu, Sidharta mengajak kita untuk melanjutkan usaha dan menjaga semangat kebersamaan dalam setiap langkah menuju masa depan yang lebih baik. Rakyat, sebagai subjek utama, diingatkan bahwa suara mereka berharga dan memiliki kekuatan untuk merubah nasib.
Karya: Adi Sidharta
Biodata Adi Sidharta:
- Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.