Puisi: Pulau Bali (Karya Intojo)

Puisi "Pulau Bali" karya Intojo menciptakan gambaran yang memuja keindahan alam dan kesejahteraan yang dialami oleh penduduk Bali.
Pulau Bali

Pulau Bali,
Amat permai,
Pemandangan indah
Bukit Batur yang megah,
Danau Bratan yang luas,
Timbulkan semangat tak terbatas
Sanubari menjadi hening jernih,
Siap menerima karunia Tuhan yang kasih,
                        O, Bali pulau yang cantik,
                        Kau dipuji setiap detik.

Sawah ladang,
Padi hilalang,
Berderek-derek pohon nyiur
Hidup semua subur
Sekitar Karangasem yang permai,
Permai s’bagai tiada yang memadai
Warna aneka laksana pelangi sutera,
Terbentang bertaburkan kembang Semboja,
                        O, Bali pulau bahagia,
                        Kau patut dipuji, dipuja.

Bali yang subur,
Aman dan makmur,
Tanah loh jinawi,
Padi selalu menjadi,
Ternak berkeliaran leluasa,
Tiada yang mengganggu menyiksa,
Tanam-tanaman tampak menghijau,
Sawah ladang dikerjakan sapi kerbau
                        O, Bali yang masih asali,
                        Kau sungguh nyata makmur.

Kintamani,
Indah sekali,
Musyafir, pergi datang
S’panjang jalan lalu lalang,
Rahasia apakah yang kedapatan,
Mengapa orang menaruh perhatian,
Amboi, nyata Bali penuh keajaiban belaka,
Lukisan asali dari zaman purba,
                        O, Bali yang masih asali,
                        Kau hidup bahagia sekali.

Sumber: Pujangga Baru (Juli, 1933)

Analisis Puisi:

Puisi "Pulau Bali" karya Intojo adalah sebuah penghormatan terhadap keindahan alam dan kehidupan masyarakat di Pulau Bali. Melalui penggambaran pemandangan, aktivitas pertanian, dan kehidupan sehari-hari, penyair menciptakan gambaran yang memuja keindahan alam dan kesejahteraan yang dialami oleh penduduk Bali.

Keindahan Alam Pulau Bali: Puisi membuka dengan penggambaran keindahan Pulau Bali yang permai. Bukit Batur yang megah, Danau Bratan yang luas, dan sawah ladang yang subur menjadi bagian dari lanskap alam yang mempesona. Penyair dengan penuh kekaguman menuliskan kata-kata yang membangkitkan semangat dan keheningan jernih dalam sanubari.

Pemujaan terhadap Pulau Bali: Terdapat ungkapan pemujaan terhadap Pulau Bali yang cantik. Kata-kata "O, Bali pulau yang cantik, Kau dipuji setiap detik" menciptakan nuansa penghormatan terhadap keelokan dan keunikan pulau ini.

Kesejahteraan Masyarakat Bali: Penyair menjelaskan betapa subur dan makmurnya Pulau Bali. Aktivitas pertanian seperti sawah ladang, tanaman padi, dan ternak yang berkeliaran leluasa menggambarkan kehidupan yang sejahtera. Bali digambarkan sebagai pulau bahagia yang mendapat berkah alam dan hidup dalam kesejahteraan.

Karakteristik Alam yang Kaya dan Hijau: Puisi menggambarkan alam yang kaya dan hijau, dengan tanaman-tanaman yang tampak menghijau dan sawah ladang yang dikerjakan oleh sapi dan kerbau. Ini memberikan gambaran tentang harmoni antara manusia dan alam, serta kesuburan tanah yang menjadi sumber kehidupan yang nyaman.

Keajaiban Kintamani: Puisi menciptakan gambaran indah tentang Kintamani, tempat yang dianggap indah sekali. Kata-kata tersebut menciptakan nuansa keajaiban dan ketakjuban terhadap tempat tersebut, yang dianggap sebagai suatu rahasia yang menarik perhatian musafir.

Keberlanjutan Tradisi dan Kesejahteraan: Bali digambarkan sebagai pulau yang masih asali, di mana tradisi dan kehidupan masyarakat yang sejahtera terus berlanjut. Kata-kata "O, Bali yang masih asali, Kau sungguh nyata makmur" menciptakan citra pulau yang mempertahankan akar budaya dan kesejahteraan.

Puisi "Pulau Bali" karya Intojo adalah sebuah penghormatan terhadap keindahan alam dan kesejahteraan masyarakat di Pulau Bali. Melalui kata-kata yang indah, penyair menggambarkan pemandangan alam yang memukau, kesuburan tanah, dan kesejahteraan masyarakat. Puisi ini menciptakan citra Pulau Bali sebagai tempat yang indah, sejahtera, dan mempesona, dan sekaligus merayakan keunikan budaya dan tradisi yang masih terjaga.

Puisi: Pulau Bali
Puisi: Pulau Bali
Karya: Intojo

Biodata Intojo:
  • Intojo (bernama lengkap Raden Intojo) lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Juli 1912
  • Intojo sering menggunakan nama samaran, di antaranya Heldas, Rhamedin, Ibnoe Sjihab, Hirahamra, Indera Bangsawan, dan Imam Soepardi.
  • Intojo juga dikenal sebagai "Bapak Soneta Sastra Jawa Modern".
  • Intojo meninggal dunia pada tahun 1965.
© Sepenuhnya. All rights reserved.