Puisi: Puaka (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Puaka" karya Idrus Tintin mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan kompleks antara manusia dan kekuatan alam, termasuk rasa takut dan ...
Puaka (1)

Jerung
puaka tua
datuk segala hiu
kau dikenal di Kiabu
kau dikenal di laut Singkep
kau dikenal di selat Bangka
Laut Cina Selatan tamannmu
Selat Melaka lintas arungmu
telah tumbuh karang di siripmu
telah bertelur tamban di badanmu
telah seratus jantung nelayan kau telan
namamu menggerunkan hati pelintas lautan
jerung puaka, kau panikkan para pelaut
tapi aku
tak takut
tak gerun
tak apa-apa
pada namamu
pada rahangmu
pada sirip
pada hempasan ekormu
aku tak taku tak gerun pada dirimu
sebab aku tahu
kau akan mati
tepat
di tempat
serampangku
pertama kali
melukaimu.

Sumber: Idrus Tintin (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Puaka" karya Idrus Tintin adalah sebuah karya yang menonjolkan interaksi antara manusia dan kekuatan alam, terutama dalam bentuk makhluk yang mengerikan seperti jerung (hiu). Dengan lirik yang kuat dan berani, puisi ini menyoroti keberanian dan ketidakberdayaan, serta bagaimana seseorang dapat mengatasi ketakutan ketika berhadapan dengan sesuatu yang tampak menakutkan.

Kekuatan dan Ketakutan

Puisi ini dimulai dengan penggambaran jerung sebagai "puaka tua," yang diartikan sebagai makhluk mengerikan dan angker. Jerung, sebagai "datuk segala hiu," memberikan nuansa bahwa ia adalah yang terkuat di lautan. Penyebutan tempat-tempat seperti Kiabu, laut Singkep, dan Selat Bangka menambah kedalaman konteks geografis, menunjukkan bahwa jerung ini memiliki kekuasaan yang meluas di lautan.

Sifat menakutkan jerung ini juga digambarkan melalui frasa “namamu menggerunkan hati pelintas lautan” yang menekankan bagaimana keberadaannya mampu menimbulkan ketakutan di kalangan para pelaut. Di sini, Idrus menciptakan citra yang sangat kuat tentang bagaimana hewan buas dapat menguasai ketakutan manusia.

Keberanian yang Berakar dari Pengetahuan

Namun, meskipun jerung dianggap menakutkan, suara dalam puisi ini mengungkapkan ketidaktakutan dan keberanian. “Tapi aku, tak takut, tak gerun, tak apa-apa pada namamu,” menunjukkan sikap berani yang bisa jadi berasal dari pengetahuan atau pengalaman. Keberanian ini berfungsi sebagai kontras terhadap sifat menakutkan jerung, menunjukkan bahwa pengetahuan tentang hewan ini membuatnya tidak lagi menakutkan.

Dengan penekanan pada frasa “sebab aku tahu kau akan mati,” penyair menyiratkan bahwa keberanian ini tidak hanya berasal dari ketidakpedulian, tetapi juga dari pemahaman akan siklus kehidupan dan kematian. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jerung mungkin menggerunkan, pada akhirnya semua makhluk hidup akan menghadapi kematian, termasuk jerung itu sendiri.

Penutup: Pertarungan antara Manusia dan Alam

Dalam kalimat terakhir puisi, “tepat di tempat serampangku pertama kali melukaimu,” terdapat nuansa pertarungan yang lebih dalam antara manusia dan alam. Serampang, yang digunakan untuk menangkap jerung, menjadi simbol alat manusia dalam menghadapi kekuatan alam. Ini juga mencerminkan bahwa meskipun manusia mungkin merasa kecil dan terancam oleh kekuatan alam, mereka juga memiliki kemampuan untuk mengendalikannya dan melawan.

Puisi "Puaka" karya Idrus Tintin mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan kompleks antara manusia dan kekuatan alam, termasuk rasa takut dan keberanian, serta realitas bahwa bahkan makhluk yang paling menakutkan pun tidak luput dari kematian. Melalui liriknya yang puitis dan berani, Idrus memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana manusia berhadapan dengan ketakutan dan menghadapi kekuatan yang lebih besar dari dirinya.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Puaka
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Doa Di batas kaki langit keriput cakrawala terdedah Ada sesuatu seperti terlupakan menuliskan nikmat yang pernah diterima baiklah akan kusiapkan nyanyian panjang…
  • Krakatau Di sana pulau di sini pulau tengah-tengahnya laut memisah di sana laut di sini laut tengah-tengahnya gunung yang marah di sana gunung di sini gunung tengah-tengahn…
  • Burung Waktu Burung waktu Terbang dari tempat gelap Awal penciptaan dunia Muncullah pagi pertama Tenun bersilang lintang dua belas warna pelangi Dan bunga-bunga, batu, huta…
  • Malam QadarTadarus mengalir sejak petangSeratus nama pilihanDan sebuah pelita di samping pintuKelap kelip untuk memberitahuKepada roh ibu bapakuDi rumah reot inilah akuMalam seribu…
  • Senja         Lelaki tua berjalan dalam gerimis. Waktu itusenja akhir tahun yang layu. Petang basah melengkungrunduk menciumnya pada pipi. Bercermin pada gen…
  • Pesan Seorang Ayah kepada Anaknya Anakku! Diam dan tenang adalah pemberian Ribut dan badai tanda kehadiran sesuatu yang baru sesudahnya adalah kedamaian. Anakku! Mengemb…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.