Puisi: Prelude (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi Prelude karya Acep Zamzam Noor menggambarkan esensi sajak sebagai sebuah medium yang sarat dengan harapan, kenangan, dan cinta.

Prelude


Ini sajak manis untukmu
Semanis sirup
Minumlah barang seteguk

Sajak adalah harapan
Sajak adalah hidupku akan datang
Sajak adalah danau tenang
Tanpa sampan tanpa gelombang

Sajak adalah kenangan
Sajak adalah jejak pengembaraan
Sajak adalah bukit hijau
Dengan sungai berbatu di lerengnya

Ini sajak manis untukmu
Semanis rindu
Teguklah bersama waktu

1978

Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)

Analisis Puisi:

Puisi Prelude karya Acep Zamzam Noor menggambarkan esensi sajak sebagai sebuah medium yang sarat dengan harapan, kenangan, dan cinta. Dengan bahasa yang sederhana namun puitis, puisi ini menawarkan pengalaman emosional yang mendalam, menciptakan koneksi antara penulis dan pembaca.

Simbolisme Sajak

Puisi ini dibuka dengan ungkapan “Ini sajak manis untukmu”, yang langsung menegaskan bahwa sajak bukan hanya sekadar kumpulan kata, tetapi merupakan ungkapan kasih dan harapan. Penggunaan kata “manis” memberikan kesan positif dan menyenangkan, menciptakan nuansa intim antara penulis dan pembaca. Sajak dianggap sebagai sesuatu yang bisa dinikmati, layaknya minuman manis.

Sajak sebagai Harapan

Salah satu elemen yang paling menonjol dalam puisi ini adalah penggambaran sajak sebagai “harapan” dan “hidupku akan datang.” Ini menunjukkan bahwa puisi bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga sebuah cara untuk menghadapi masa depan dan menggambarkan impian. Sajak memberikan arah dan tujuan, menggambarkan harapan penulis untuk sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang.

Ketenangan dan Keindahan

Kalimat “Sajak adalah danau tenang / Tanpa sampan tanpa gelombang” menciptakan citra damai dan harmonis. Danau sebagai simbol ketenangan menunjukkan bahwa sajak dapat menjadi tempat pelarian dari kerumitan kehidupan. Tanpa “sampan” dan “gelombang”, sajak ini menandakan stabilitas dan kedamaian yang dicari oleh penulis. Ini juga mencerminkan keindahan dalam kesederhanaan, di mana tidak semua hal harus bergerak atau bergejolak untuk dianggap indah.

Kenangan dan Pengembaraan

Selanjutnya, penulis menyatakan bahwa “Sajak adalah kenangan” dan “jejak pengembaraan.” Ini menunjukkan bahwa setiap sajak menyimpan cerita dan pengalaman. Kenangan adalah bagian integral dari kehidupan, dan sajak berfungsi sebagai pengingat akan perjalanan yang telah dilalui. Penggambaran “bukit hijau dengan sungai berbatu di lerengnya” menghadirkan suasana alam yang indah, simbol dari perjalanan hidup yang kaya akan pengalaman.

Keterikatan Emosional

Penutupan puisi dengan “Semanis rindu / Teguklah bersama waktu” menekankan pentingnya hubungan emosional antara penulis dan pembaca. Rindu adalah perasaan yang universal, dan menyatakan bahwa sajak ini adalah “semanis rindu” menciptakan ikatan emosional yang mendalam. Kalimat ini juga mengisyaratkan bahwa seiring waktu berlalu, kenangan dan perasaan akan tetap ada, terikat dalam setiap kata yang ditulis.

Puisi Prelude karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah pernyataan puitis yang menggambarkan kekuatan sajak sebagai media untuk mengekspresikan harapan, kenangan, dan cinta. Dengan menggunakan simbolisme dan citra yang kuat, puisi ini menciptakan pengalaman emosional yang mendalam bagi pembaca. Prelude tidak hanya sekadar puisi; ia adalah undangan untuk meresapi keindahan dan ketenangan yang dapat ditemukan dalam kata-kata, serta pengingat bahwa setiap sajak memiliki kekuatan untuk membawa kita kembali ke kenangan dan harapan kita.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Prelude
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.