Analisis Puisi:
Puisi "Potret Bangsa" karya Sobron Aidit adalah sebuah karya yang menggambarkan kondisi Indonesia selama masa pemerintahan Presiden kedua dan ketiga. Puisi ini mencerminkan perasaan penulis terhadap kondisi politik dan sosial saat itu.
Kritik terhadap Pemerintahan: Puisi ini secara implisit mengkritik pemerintahan saat itu. Penyebutan "awan hitam dan kebakaran hutan" bisa diartikan sebagai gambaran tentang ketidakstabilan dan kekacauan dalam pemerintahan.
Ketidakkeadilan: Puisi ini menggambarkan rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh jutaan orang Indonesia. Mereka disebut teken kontrak untuk menjadi "manusia Indonesia," tetapi dalam praktiknya, mereka malah masuk penjara tanpa keadilan yang sesungguhnya.
Kehilangan Martabat: Penyair menyebut bahwa orang Indonesia kehilangan martabat mereka. Mereka telah menjadi pesakitan dalam sebuah sistem yang tidak adil dan represif. Siksaan dan aniaya yang tak terlihat menggambarkan betapa buruknya situasi.
Kehilangan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Puisi ini mencerminkan kehilangan nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat. Malu dan jera telah hilang, dan siri serta hina sudah tak lagi relevan. Hal ini menunjukkan betapa kejamnya keadaan saat itu dan pengaruh buruk yang dimiliki pemerintahan.
Gambaran Akan Kiamat: Penyair menggunakan metafora "latihan sebelum kiamat muncul" dan "gladi resik sebelum sampar-dunia timbul" untuk menggambarkan situasi yang semakin buruk. Ini mengisyaratkan bahwa kondisi saat itu adalah pra-kiamat dan tanda-tanda kehancuran sudah mulai muncul.
Puisi "Potret Bangsa" adalah kritik tajam terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia saat itu. Penyair mengekspresikan kekecewaan, kemarahan, dan keprihatinan terhadap situasi yang memprihatinkan, di mana rakyat kehilangan hak-hak mereka dan martabat sebagai manusia. Puisi ini memanggil untuk perubahan dan memperingatkan tentang bahaya yang mengintai jika keadaan tidak berubah.
Karya: Sobron Aidit