Puisi: Perjalanan (Karya Agam Wispi)

Puisi "Perjalanan" karya Agam Wispi menggambarkan perjalanan menuju Jakarta yang penuh harapan dan perjuangan.
Perjalanan

ke jakarta, saudara
menuju jakarta

di bawah geladak
lagu mendatari ombak

perempuan tua nyanyikan kerja
tilamnya selat malaka
menabur harapanku yang meluka

sudah hilang daratan
sudah tinggal lampu kota
aku yang kini dilulur gelap
menghitung derita dengan tawa

kapal ini meretas kelam
hitam daratan menggengam salam

ke jakarta, saudara
menuju jakarta

kapal "ophir", 24 Februari 1957

Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Perjalanan" karya Agam Wispi menggambarkan perjalanan menuju Jakarta dengan nuansa yang mendalam dan simbolisme yang kuat. Dalam puisi ini, Wispi mengeksplorasi tema harapan, perjuangan, dan kerinduan yang menyatu dalam konteks perjalanan fisik dan emosional.

Tema Perjalanan dan Harapan

Puisi ini dimulai dengan pernyataan yang tegas: "ke jakarta, saudara / menuju jakarta." Ini menciptakan kesan urgensi dan tujuan yang jelas. Namun, perjalanan ini bukan hanya sekadar fisik; ia juga menyiratkan perjalanan menuju harapan dan cita-cita. Jakarta, sebagai tujuan, melambangkan sebuah tempat yang penuh harapan, tetapi juga tantangan yang harus dihadapi.

Kontras Antara Gelap dan Cahaya

Gambaran "di bawah geladak / lagu mendatari ombak" menunjukkan bahwa meskipun ada kesulitan dan tantangan, masih ada keindahan dalam perjalanan itu. Lagu yang dinyanyikan menciptakan suasana yang menenangkan, meskipun berada dalam konteks gelap. Ini mencerminkan bahwa dalam kesulitan, ada ruang untuk keindahan dan harapan.

Penggambaran "perempuan tua nyanyikan kerja" menambahkan lapisan kedalaman emosional. Perempuan tua ini bisa melambangkan pengalaman, perjuangan, dan kerja keras generasi sebelumnya. Dengan "tilamnya selat malaka," terdapat kesan bahwa ia telah menjalani perjalanan panjang dan menyimpan banyak harapan dalam hidupnya. Menabur harapan di tengah kesakitan menciptakan gambaran yang kuat tentang perjuangan hidup.

Kegelapan dan Keterasingan

Kalimat "sudah hilang daratan / sudah tinggal lampu kota" menciptakan kesan kehilangan dan keterasingan. Dengan "aku yang kini dilulur gelap," penulis menyampaikan rasa putus asa dan kesepian yang menyertai perjalanan ini. Meskipun dalam perjalanan menuju sebuah harapan, ada rasa sakit yang harus dihadapi.

Pernyataan "menghitung derita dengan tawa" menunjukkan bahwa penulis mencoba menemukan kebahagiaan di tengah kesedihan, menciptakan kontras yang tajam antara derita dan tawa. Ini bisa diartikan sebagai sikap positif meski dalam situasi sulit.

Simbol Kapal dan Salam

Kapal dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol perjalanan itu sendiri. Dengan kalimat "kapal ini meretas kelam," Wispi mengekspresikan bahwa perjalanan ini membawa harapan meskipun dikelilingi oleh kegelapan. "Hitam daratan menggenggam salam" menciptakan kesan bahwa meskipun ada tantangan yang besar, tetap ada komunikasi atau jembatan antara harapan dan realitas.

Puisi "Perjalanan" karya Agam Wispi menggambarkan perjalanan menuju Jakarta yang penuh harapan dan perjuangan. Dengan simbolisme yang kuat dan nuansa emosional yang mendalam, puisi ini mengeksplorasi tema harapan di tengah kegelapan dan kesedihan. Melalui lirik yang sederhana namun puitis, Wispi mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup yang tak selalu mudah, tetapi tetap menawarkan kesempatan untuk menemukan keindahan dan harapan di setiap langkah.

Agam Wispi
Puisi: Perjalanan
Karya: Agam Wispi

Biodata Agam Wispi:
  • Agam Wispi adalah seorang penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
  • Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara.
  • Agam Wispi meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1930 di 1 Januari 2003, Amsterdam, Belanda.
© Sepenuhnya. All rights reserved.