Puisi: Perawan (Karya M. Saribi Afn)

Puisi "Perawan" karya M. Saribi Afn menyajikan kisah yang penuh emosi dan refleksi, mengajak pembaca untuk menghargai momen-momen kecil yang ...
Perawan
Sebuah catatan buat Anisah

pulangnya setahun sekali bulan puasa
beriring munculnya bulan muda datangnya
menengok daerah ibu bermakam

petangnya di kali widara mandinya
kepedatan dadanya menyala bara birahi lanang sedesa
swaranya menghalus nyanyi burung-burung sikatan subuh

pada perembukan pelesir sorenya
kerinduan pemula dari segala cinta
malamnya datang dengan cerita dan pamit
kembali ke kota pada subuh-paginya

Sumber: Majalah Kisah (Agustus, 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Perawan" karya M. Saribi Afn menggambarkan kisah kepulangan seorang perempuan muda ke kampung halamannya saat bulan puasa. Dengan memadukan unsur tradisi, kerinduan, dan sensualitas yang mendalam, puisi ini menghadirkan gambaran tentang suasana pedesaan yang hidup saat menyambut kepulangan seseorang yang istimewa. M. Saribi Afn menggunakan simbolisme yang kaya dan bahasa yang kuat untuk menggambarkan bagaimana kehadiran perempuan ini mempengaruhi para penduduk desa, khususnya kaum lelaki.

Tema dan Makna

  • Pulang Kampung dan Tradisi Bulan Puasa: Puisi ini dimulai dengan deskripsi kedatangan perempuan yang hanya pulang setahun sekali pada bulan puasa, "pulangnya setahun sekali bulan puasa." Kedatangan ini bukan hanya sekadar peristiwa biasa, melainkan momen yang dinantikan oleh masyarakat desa. Kepulangan ini juga ditandai dengan fenomena alam "bulan muda" yang seakan menjadi simbol kesucian dan harapan baru. Kepulangan ini juga mencerminkan tradisi mudik atau pulang kampung yang sering dilakukan masyarakat Indonesia saat bulan Ramadan. Bagi banyak orang, momen ini adalah waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan merasakan kembali kehangatan kampung halaman.
  • Kehadiran yang Menggoda dan Menginspirasi Kerinduan: Di bait kedua, M. Saribi Afn menggambarkan bagaimana kehadiran perempuan ini di desa mengubah suasana. "Kepedatan dadanya menyala bara birahi lanang sedesa" menunjukkan bagaimana kehadiran fisiknya memicu hasrat dan imajinasi para pemuda desa. Ungkapan ini menggabungkan keindahan fisik dengan gairah yang membara, menciptakan suasana yang sangat intim dan penuh emosi. "Swaranya menghalus nyanyi burung-burung sikatan subuh" menambahkan lapisan kelembutan dan keindahan suara perempuan ini yang menenangkan dan memberi kedamaian. Suara yang "menghalus" itu menggambarkan pengaruhnya yang menenangkan sekaligus menawan di tengah suasana pedesaan.
  • Pertemuan dan Perpisahan yang Singkat namun Mendalam: Dalam bait ketiga, puisi ini menggambarkan "perembukan pelesir sorenya," yang mungkin merujuk pada pertemuan di sore hari, mungkin berupa kegiatan sosial atau berkumpul bersama. Di sini, pertemuan tersebut menjadi semacam tempat untuk mengekspresikan "kerinduan pemula dari segala cinta," yang menunjukkan perasaan mendalam dan keinginan yang baru terlahir dari pertemuan singkat ini. Ada nuansa keinginan yang terpendam, yang terjalin melalui interaksi dan percakapan yang sederhana namun penuh makna. Malam menjadi waktu cerita dan perpisahan, sebuah momen yang diingat dan dirindukan oleh para pemuda desa, saat perempuan itu harus kembali ke kota pada "subuh-paginya."

Gaya Bahasa dan Simbolisme

  • Penggunaan Bahasa Sensual yang Lugas dan Hidup: M. Saribi Afn tidak ragu menggunakan bahasa yang cukup lugas dan sensual untuk menggambarkan kehadiran perempuan ini di desa. Frasa seperti "kepedatan dadanya menyala bara birahi" membawa pembaca langsung ke dalam gambaran emosional dan fisik yang intens yang dirasakan oleh pemuda-pemuda desa. Penggunaan kata-kata ini menimbulkan kesan keterbukaan terhadap emosi dan perasaan manusia, tanpa harus bersikap vulgar. Bahasa yang digunakan penuh dengan simbolisme yang kaya, menciptakan kontras antara kemurnian "bulan muda" dan panasnya "bara birahi."
  • Simbolisme Alam untuk Menggambarkan Emosi dan Perasaan: Alam memainkan peran penting dalam puisi ini, di mana "bulan muda" dan "nyanyi burung-burung sikatan subuh" digunakan untuk menggambarkan kesucian, harapan, dan ketenangan. Alam sering kali digunakan sebagai simbol dalam puisi untuk mewakili perasaan atau suasana tertentu, dan M. Saribi Afn melakukannya dengan baik dalam menggambarkan suasana desa. "Kali widara" sebagai tempat mandi di sore hari juga memberikan gambaran yang kaya tentang keseharian desa dan bagaimana alam menjadi bagian penting dari kehidupan sosial mereka.
  • Kontras antara Kehadiran Fisik dan Emosi yang Menahan: Meskipun puisi ini penuh dengan simbolisme sensual, ada juga elemen emosional yang dalam dan penuh perenungan. Kontras antara "bara birahi" dan "kerinduan pemula dari segala cinta" menunjukkan bahwa meskipun ada hasrat fisik, ada juga dimensi emosional dan spiritual yang lebih dalam. Perempuan ini digambarkan sebagai sosok yang membawa perubahan dalam suasana desa, menciptakan gelombang emosi yang beragam dari rasa rindu, hasrat, hingga cinta.

Pesan dan Refleksi yang Disampaikan

  • Kerinduan pada Kehidupan Desa dan Kepulangan yang Diharapkan: Puisi ini menggambarkan kerinduan yang mendalam akan kepulangan seseorang yang istimewa. Setiap orang memiliki kenangan dan perasaan tersendiri terhadap desa atau kampung halaman, dan M. Saribi Afn menekankan pentingnya momen-momen ini, di mana kehidupan sehari-hari berubah menjadi lebih hidup dan penuh warna.Puisi ini juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh satu individu terhadap masyarakat yang lebih luas. Kehadiran perempuan ini mengubah dinamika desa, menciptakan kerinduan dan keinginan di hati orang-orang yang menantinya.
  • Kehadiran Singkat yang Menginspirasi: Meskipun kepulangan perempuan ini singkat, kehadirannya menciptakan dampak yang besar. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang, momen-momen yang singkat dan sementara bisa memberikan pengaruh yang kuat dan menginspirasi bagi orang-orang di sekitar kita. Puisi ini mengingatkan kita untuk menghargai momen-momen seperti itu dan untuk menyadari bahwa kehadiran kita, sekecil apapun, bisa membawa perubahan besar dalam kehidupan orang lain.
  • Refleksi terhadap Tradisi, Kehidupan, dan Cinta: "Perawan" bukan hanya tentang kerinduan atau hasrat, tetapi juga tentang tradisi, kehidupan, dan cinta dalam berbagai bentuknya. M. Saribi Afn berhasil menciptakan narasi yang berlapis, yang tidak hanya berbicara tentang cinta dan kerinduan fisik, tetapi juga tentang ikatan emosional yang lebih dalam antara manusia dan tempat yang mereka sebut rumah. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan arti cinta yang sesungguhnya dan bagaimana perasaan ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk dan ekspresi, dari sekadar tatapan mata hingga percakapan singkat di bawah bintang malam.
Puisi "Perawan" karya M. Saribi Afn adalah puisi yang memikat tentang kerinduan, cinta, dan pengaruh kehadiran seseorang di sebuah desa. Dengan penggunaan simbolisme yang kaya dan bahasa yang kuat, puisi ini mengeksplorasi tema-tema yang mendalam tentang hasrat, cinta, dan hubungan manusia dengan kampung halaman mereka. M. Saribi Afn berhasil menyajikan kisah yang penuh emosi dan refleksi, mengajak pembaca untuk menghargai momen-momen kecil yang membentuk kehidupan kita.

M. Saribi Afn
Puisi: Perawan
Karya: M. Saribi Afn

Biodata M. Saribi Afn:
  • Nama lengkap M. Saribi Afn adalah Mohammad Saribi Affandi.
  • M. Saribi Afn lahir di Ngawonggo, Klaten, pada tanggal 15 Desember 1936.
© Sepenuhnya. All rights reserved.