Puisi: Perang (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Perang" karya Idrus Tintin mengajak pembaca untuk merenungkan mengapa perang harus ada, sekaligus menggambarkan dilema dan kebimbangan yang ...
Perang

Mengapa harus perang
karena ia:
- anak bungsu
  anak sulung harapan

di perjalanan tanpa sudah
dalam hati
ketika waktu banyak luang

di perjalanan tanpa sudah
ketika waktu luang
bangkitlah
untuk bimbang.

Sumber: Luput (1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Perang" karya Idrus Tintin menyajikan refleksi mendalam mengenai makna perang, harapan, dan kerentanan manusia. Dalam beberapa bait yang singkat namun padat, Idrus menyampaikan pertanyaan mendasar yang mengajak pembaca untuk merenungkan mengapa perang harus ada, sekaligus menggambarkan dilema dan kebimbangan yang dihadapi oleh individu di tengah kondisi tersebut.

Makna Perang

Puisi ini dimulai dengan pertanyaan retoris, "Mengapa harus perang?" yang segera menarik perhatian pembaca untuk mempertimbangkan alasan di balik konflik. Dalam konteks ini, perang bukan hanya sebuah tindakan fisik, tetapi juga sebuah kondisi emosional dan psikologis yang dialami oleh masyarakat. Penjelasan bahwa perang adalah "anak bungsu" dan "anak sulung harapan" menandakan bahwa meskipun perang sering kali dianggap sebagai tindakan negatif, ia lahir dari harapan yang tidak terpenuhi. Perang muncul sebagai hasil dari ketidakpuasan, ketidakadilan, dan keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.

Perjalanan Tanpa Tujuan

Pengulangan frasa "di perjalanan tanpa sudah" dalam puisi ini menunjukkan betapa perang membuat manusia terjebak dalam siklus tanpa akhir. Ketidakpastian dan kebingungan melanda jiwa yang terlibat dalam konflik, menciptakan gambaran tentang ketidakpastian masa depan. Hal ini mencerminkan dilema yang sering dihadapi oleh individu: berjuang untuk apa, dan untuk siapa? Dalam konteks ini, "waktu banyak luang" mencerminkan kesempatan yang terbuang, ketika seharusnya waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu yang positif, bukannya berperang.

Kebangkitan untuk Bimbang

Akhir puisi ini menekankan pentingnya "bangkitlah untuk bimbang." Pernyataan ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik kebangkitan tersebut. Kebangkitan bukan berarti melakukan tindakan secara membabi buta; melainkan, ada kesadaran untuk memahami dilema dan kerentanan yang dihadapi. Dalam konteks perang, kebangkitan ini bisa diartikan sebagai upaya untuk memahami kompleksitas situasi, mencari solusi alternatif, dan mempertanyakan nilai-nilai yang dipegang.

Puisi "Perang" karya Idrus Tintin menggambarkan perasaan dan pemikiran yang kompleks mengenai perang. Dengan pertanyaan yang sederhana namun mendalam, Idrus berhasil membawa pembaca untuk merenungkan makna dan dampak perang dalam kehidupan manusia. Melalui penggambaran perjalanan tanpa tujuan dan kebangkitan untuk bimbang, puisi ini menyoroti bahwa meskipun perang sering dianggap sebagai jalan keluar, seringkali ia membawa lebih banyak kerugian dan kebingungan. Pada akhirnya, "Perang" adalah panggilan untuk refleksi dan pemahaman, sebuah pengingat bahwa di balik setiap konflik terdapat harapan yang ingin dicapai, namun sering kali terjebak dalam lingkaran kekerasan dan ketidakpastian.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Perang
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.