Puisi: Pengganti Ziarah (Karya Sobron Aidit)

Puisi "Pengganti Ziarah" karya Sobron Aidit mengungkapkan tema kerinduan dan penghormatan dengan cara yang sangat emosional dan pribadi.
Pengganti Ziarah

    Umak dan ayah
dengarkanlah suara hati kami
bersama angin--dingin dan hujan
menerabas atap zolder di rumah
dan aku tenggelam dalam kenangan
coba dengarkanlah
cucumu latihan menyanyi di lantai bawah
suara kami bersama sebagai pengganti ziarah
karena anakmu ini sudah tak jauh
dari pailit dan bangkrut
rasanya tak terbeli lagi sepotong tiket
terbang ke kampung di Belitung
buat seperti tahun-tahun lalu
di mana kami membawa rangkaian bunga
membawa air sejuk
khusuk memanjatkan doa
di sekitar galangan pusaramu.
    Umak dan ayah
dengarkanlah nyanyian kami bersama
mengantar rangkaian bunga pengganti ziarah
seperti tahun-tahun lalu
dengarkanlah suara dan rindu
suara terdalam dari hati sanubari kami
anak-cucu-cicitmu di tanah pengasingan
antri berbaris mau mencium tanganmu

Holland, 1 November 2001

Analisis Puisi:

Puisi "Pengganti Ziarah" karya Sobron Aidit merupakan karya yang menyentuh mengenai tema kerinduan, penghormatan, dan pengganti ziarah terhadap orang tua yang telah meninggal. Dengan penggunaan bahasa yang emosional dan imajinatif, Sobron mengungkapkan perasaan mendalam seorang anak yang tidak bisa kembali ke kampung halaman untuk melakukan ziarah secara fisik, namun mencoba menggantinya dengan cara lain.

Mengungkapkan Kerinduan

Puisi ini dimulai dengan permohonan kepada orang tua yang telah meninggal untuk “dengarkanlah suara hati kami / bersama angin--dingin dan hujan.” Sobron menggambarkan kondisi emosional dan fisik yang sulit, di mana hujan dan angin seakan menjadi saksi dari kerinduan yang dirasakan oleh si pengarang. Dengan ungkapan ini, Sobron mengajak pembaca untuk merasakan betapa dalamnya kerinduan yang dialami.

Pengganti Ziarah dalam Keterbatasan

Sobron mengungkapkan keterbatasan yang dialaminya dengan mengakui “anakmu ini sudah tak jauh / dari pailit dan bangkrut.” Situasi finansial yang sulit membuatnya tidak bisa pulang ke kampung halaman di Belitung untuk melakukan ziarah secara tradisional, yang biasanya dilakukan dengan “membawa rangkaian bunga / membawa air sejuk / khusuk memanjatkan doa.” Ini adalah ritual penghormatan yang biasa dilakukan, namun kini harus digantikan oleh cara lain.

Nyanyian sebagai Pengganti Ziarah

Sebagai pengganti ziarah, Sobron memilih “suara kami bersama sebagai pengganti ziarah.” Dalam puisi ini, nyanyian yang dilakukan oleh cucu-cucu sebagai bentuk penghormatan dan doa menjadi simbol dari upaya untuk tetap terhubung dengan yang telah meninggal. “Cucumu latihan menyanyi di lantai bawah” menggambarkan kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan, meski dalam keterbatasan.

Pernyataan Kesetiaan dan Penghormatan

Sobron menyatakan rasa kerinduan dan kesetiaannya dengan mengingat “tahun-tahun lalu” ketika ziarah dilakukan dengan lebih mudah. Ia menggambarkan “anak-cucu-cicitmu di tanah pengasingan / antri berbaris mau mencium tanganmu” sebagai bentuk penghormatan yang tetap ada meskipun jarak fisik memisahkan mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun tidak bisa melakukan ziarah secara langsung, rasa cinta dan penghormatan tetap ada dalam bentuk lain.

Puisi "Pengganti Ziarah" karya Sobron Aidit mengungkapkan tema kerinduan dan penghormatan dengan cara yang sangat emosional dan pribadi. Sobron menunjukkan bahwa meskipun ada keterbatasan dalam melakukan ritual tradisional, bentuk penghormatan dan cinta dapat digantikan dengan cara lain yang sama-sama berarti. Puisi ini mengajarkan kita tentang kekuatan dari simbol dan upaya untuk tetap terhubung dengan yang telah meninggal, meskipun secara fisik kita tidak dapat melakukannya.

Puisi Sobron Aidit
Puisi: Pengganti Ziarah
Karya: Sobron Aidit
© Sepenuhnya. All rights reserved.