Analisis Puisi:
Puisi "Pengganti Ziarah" karya Sobron Aidit merupakan karya yang menyentuh mengenai tema kerinduan, penghormatan, dan pengganti ziarah terhadap orang tua yang telah meninggal. Dengan penggunaan bahasa yang emosional dan imajinatif, Sobron mengungkapkan perasaan mendalam seorang anak yang tidak bisa kembali ke kampung halaman untuk melakukan ziarah secara fisik, namun mencoba menggantinya dengan cara lain.
Mengungkapkan Kerinduan
Puisi ini dimulai dengan permohonan kepada orang tua yang telah meninggal untuk “dengarkanlah suara hati kami / bersama angin--dingin dan hujan.” Sobron menggambarkan kondisi emosional dan fisik yang sulit, di mana hujan dan angin seakan menjadi saksi dari kerinduan yang dirasakan oleh si pengarang. Dengan ungkapan ini, Sobron mengajak pembaca untuk merasakan betapa dalamnya kerinduan yang dialami.
Pengganti Ziarah dalam Keterbatasan
Sobron mengungkapkan keterbatasan yang dialaminya dengan mengakui “anakmu ini sudah tak jauh / dari pailit dan bangkrut.” Situasi finansial yang sulit membuatnya tidak bisa pulang ke kampung halaman di Belitung untuk melakukan ziarah secara tradisional, yang biasanya dilakukan dengan “membawa rangkaian bunga / membawa air sejuk / khusuk memanjatkan doa.” Ini adalah ritual penghormatan yang biasa dilakukan, namun kini harus digantikan oleh cara lain.
Nyanyian sebagai Pengganti Ziarah
Sebagai pengganti ziarah, Sobron memilih “suara kami bersama sebagai pengganti ziarah.” Dalam puisi ini, nyanyian yang dilakukan oleh cucu-cucu sebagai bentuk penghormatan dan doa menjadi simbol dari upaya untuk tetap terhubung dengan yang telah meninggal. “Cucumu latihan menyanyi di lantai bawah” menggambarkan kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan, meski dalam keterbatasan.
Pernyataan Kesetiaan dan Penghormatan
Sobron menyatakan rasa kerinduan dan kesetiaannya dengan mengingat “tahun-tahun lalu” ketika ziarah dilakukan dengan lebih mudah. Ia menggambarkan “anak-cucu-cicitmu di tanah pengasingan / antri berbaris mau mencium tanganmu” sebagai bentuk penghormatan yang tetap ada meskipun jarak fisik memisahkan mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun tidak bisa melakukan ziarah secara langsung, rasa cinta dan penghormatan tetap ada dalam bentuk lain.
Puisi "Pengganti Ziarah" karya Sobron Aidit mengungkapkan tema kerinduan dan penghormatan dengan cara yang sangat emosional dan pribadi. Sobron menunjukkan bahwa meskipun ada keterbatasan dalam melakukan ritual tradisional, bentuk penghormatan dan cinta dapat digantikan dengan cara lain yang sama-sama berarti. Puisi ini mengajarkan kita tentang kekuatan dari simbol dan upaya untuk tetap terhubung dengan yang telah meninggal, meskipun secara fisik kita tidak dapat melakukannya.
Karya: Sobron Aidit