Puisi: Pelaut (Karya Adi Sidharta)

Puisi Pelaut karya Adi Sidharta menggambarkan perjalanan hidup seorang pelaut yang penuh dengan kenangan, keindahan, dan harapan.
Pelaut
Untuk hari bahagianya Tom

Pelaut yang sudah menghirup
asin gelombang tujuh lautan
terkenang senja di mana nyawa
keindahan dan keremajaan
memudar dalam surut kelampauan.

Ayah dan ibu selalu cerita
tentang pantai tiada senja
tentang pasang maju abadi
di mana pelaut hidupkan nyawa
keindahan dan keremajaan.

Aku telah lihat cerita ini
dalam pesta zaman bujang dan dara
di mana pantai bersinar fajar
dan pasang menyanyi ke laut luas
lagu keesokan remaja tanah airku.

Pelaut yang sudah menghirup
senyuman jingga hari merekah
pelaut yang sudah satu
dengan pasang penghabisan senja
maju di dalam fajar sepanjang masa.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi Pelaut karya Adi Sidharta menggambarkan perjalanan hidup seorang pelaut yang penuh dengan kenangan, keindahan, dan harapan. Dengan bahasa yang puitis dan simbolis, puisi ini merangkum perasaan nostalgia dan kedamaian yang hadir dalam kehidupan seorang pelaut.

Nostalgia dan Kenangan

Puisi ini dibuka dengan penggambaran pelaut yang telah menghirup "asin gelombang tujuh lautan." Ungkapan ini menunjukkan pengalaman hidup yang penuh petualangan namun juga menghadirkan rasa rindu akan kenangan. "Terkenang senja di mana nyawa keindahan dan keremajaan memudar dalam surut kelampauan" menggambarkan bahwa setiap perjalanan pasti meninggalkan jejak kenangan, termasuk keindahan dan keremajaan yang mungkin sudah memudar seiring berjalannya waktu.

Cerita Orang Tua

Selanjutnya, puisi mengisahkan bagaimana "Ayah dan ibu selalu cerita tentang pantai tiada senja." Cerita ini mengandung pesan bahwa orang tua sering kali menjadi sumber inspirasi dan nilai-nilai yang mengarahkan generasi berikutnya. Pantai yang "tiada senja" menunjukkan gambaran ideal di mana tidak ada akhir atau kehilangan, melainkan sebuah harapan akan keabadian. Ini memberikan gambaran tentang bagaimana pelaut menyerap nilai-nilai tersebut dalam perjalanan hidupnya.

Pengalaman Pribadi dan Kesadaran Diri

Pengalaman pribadi pelaut sangat penting dalam puisi ini: "Aku telah lihat cerita ini dalam pesta zaman bujang dan dara." Sidharta menggambarkan momen-momen bahagia yang dialami saat muda, di mana kebebasan dan keindahan masih dapat dirasakan. Pantai yang "bersinar fajar" dan "pasang menyanyi ke laut luas" menciptakan citra yang menenangkan, seolah menggambarkan harapan dan peluang yang tak terbatas. Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup adalah sebuah perayaan, di mana setiap detik memiliki makna tersendiri.

Siklus Kehidupan

Di bagian akhir puisi, Sidharta menegaskan siklus kehidupan dengan menyatakan: "Pelaut yang sudah satu dengan pasang penghabisan senja." Di sini, pengertian tentang hidup sebagai suatu siklus ditekankan. Pelaut tidak hanya mengalami perpisahan tetapi juga merangkul setiap fase kehidupan dengan harapan baru. "Maju di dalam fajar sepanjang masa" menggambarkan semangat untuk terus melangkah ke depan, meski dalam kegelapan senja yang menandai akhir.

Keberanian dalam Perjalanan Hidup

Puisi Pelaut karya Adi Sidharta adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang perjalanan hidup seorang pelaut. Dengan menggabungkan elemen nostalgia, nilai-nilai keluarga, pengalaman pribadi, dan siklus kehidupan, puisi ini menciptakan gambaran utuh tentang bagaimana kita menghadapi tantangan dan menemukan harapan di balik setiap gelombang yang kita hadapi.

Sidharta mengajak kita untuk merenungkan bahwa meski perjalanan hidup mungkin menghadirkan kesedihan dan kehilangan, ada selalu harapan baru di setiap fajar yang menyingsing. Dengan demikian, puisi ini menegaskan pentingnya keberanian untuk melangkah maju dan mengarungi lautan kehidupan, tidak peduli seberapa dalam dan sulitnya gelombang yang dihadapi.

Adi Sidharta
Puisi: Pelaut
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.