Puisi: Nasib Nelayan (Karya Intojo)

Puisi "Nasib Nelayan" karya Intojo menyampaikan pesan yang kuat tentang perjuangan dan ketidakpastian yang dihadapi nelayan dalam kehidupan mereka.
Nasib Nelayan

Berdebar ombak di senja kala
Desir-berdesir deru-menderu
Laksana suling anak gembala,
Terkampar terhempas di gua batu.

Riak memutih kilau kemilau,
Gulung bergulung sampai di tepi,
Menukuk rusuh hati nan risau,
Menambah ingat zaman bahari.

Jauh .... di sana sampan nelayan,
Sedang berlayar terkatung-katung
Terengah diempas gelora aman,
Berlarut-larut dibawa untung.

Latih nelayan dari mendayung
Duduk bermenung s’orang diri,
Sampan berhanyut arus menggulung,
Diempas gelora kian ke mari.

Tak tentu arah mana tujunya
Di tengah laut nan lebar ‘tu
Entah pabila garean masanya
Sampai ke pantai Ratu?

Sumber: Pedoman Masyarakat (31 Januari 1936)

Analisis Puisi:

Puisi "Nasib Nelayan" karya Intojo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan nelayan dengan segala tantangan dan ketidakpastian yang mereka hadapi di lautan. Dalam puisi ini, Intojo menggunakan imaji laut dan kehidupan nelayan untuk menyampaikan tema yang mendalam tentang perjuangan, harapan, dan nasib yang tak menentu.

Tema dan Makna Puisi

  • Kegetiran dan Ketidakpastian: Puisi ini dimulai dengan gambaran yang kuat tentang keadaan laut pada senja hari, "Berdebar ombak di senja kala / Desir-berdesir deru-menderu." Gambaran ini menciptakan suasana yang penuh dengan kekuatan dan ketidakpastian. Laut yang bergelora dan deru ombak menunjukkan bagaimana nelayan menghadapi tantangan besar dan risiko yang datang dari alam. Di bait berikutnya, "Laksana suling anak gembala, / Terkampar terhempas di gua batu," penggambaran ini mengilustrasikan bagaimana nelayan seperti anak gembala yang terkatung-katung dalam gelombang kehidupan yang keras. Gua batu melambangkan kesulitan dan kesenjangan yang harus dihadapi nelayan dalam perjuangan mereka.
  • Kesulitan dan Perjuangan: Penggambaran tentang riak laut yang memutih dan gulungan ombak yang terus-menerus di tepi pantai mencerminkan kesulitan yang dihadapi nelayan dalam hidup mereka. "Menukuk rusuh hati nan risau," menunjukkan betapa gelombang dan arus yang tak menentu dapat mempengaruhi kondisi mental dan emosional nelayan. Nelayan yang "Sedang berlayar terkatung-katung" menggambarkan ketidakpastian dalam perjalanan mereka. Mereka berusaha menghadapi gelora dan tantangan yang datang tanpa henti. Kondisi ini mencerminkan perjuangan sehari-hari nelayan yang harus menghadapi alam yang tidak selalu bersahabat.
  • Harapan dan Keberanian: Meskipun ada ketidakpastian dan kesulitan, puisi ini juga menyiratkan keberanian dan tekad nelayan. "Latih nelayan dari mendayung," menunjukkan dedikasi dan usaha yang terus-menerus dilakukan nelayan dalam upaya mereka bertahan hidup. Mereka tidak menyerah pada ketidakpastian, melainkan terus berjuang meskipun arus menggulung dan arah tak menentu.
  • Ketergantungan pada Takdir: Puisi ini juga mencerminkan ketergantungan nelayan pada takdir dan kekuatan alam. Dalam bait terakhir, "Tak tentu arah mana tujunya / Di tengah laut nan lebar ‘tu," menunjukkan bahwa nelayan tidak selalu tahu kemana arah mereka, dan segala sesuatu bergantung pada keberuntungan dan takdir. "Entah pabila garean masanya / Sampai ke pantai Ratu?" menunjukkan harapan mereka untuk mencapai tempat yang aman dan beruntung, meskipun perjalanan penuh ketidakpastian.

Gaya Bahasa dan Struktur Puisi

  • Penggunaan Imaji Laut: Intojo menggunakan imaji laut dengan sangat efektif untuk menggambarkan suasana dan kondisi yang dihadapi oleh nelayan. Imaji seperti "omok di senja kala," "deru-menderu," dan "riak memutih kilau kemilau" membantu menciptakan gambaran yang jelas tentang keadaan laut dan tantangan yang dihadapinya.
  • Kontras antara Ketenangan dan Keganasan: Puisi ini juga menggunakan kontras antara ketenangan dan keganasan laut untuk menekankan kesulitan yang dihadapi nelayan. Sementara laut pada saat senja mungkin tampak tenang dan indah, realitas di dalamnya adalah keganasan dan ketidakpastian yang harus dihadapi.
  • Struktur yang Berirama dan Berulang: Struktur puisi ini berirama dan berulang, menciptakan kesan yang mirip dengan ritme gelombang laut. Penggunaan pola ini membantu menekankan perasaan ketidakpastian dan kesulitan yang berkelanjutan yang dihadapi nelayan. Pengulangan frasa seperti "Diempas gelora" dan "Berlarut-larut" menciptakan efek yang dramatis dan mendalam.
  • Bahasa yang Sederhana namun Penuh Makna: Bahasa dalam puisi ini sederhana namun penuh makna, menggunakan metafora dan imaji untuk menyampaikan pesan yang mendalam. Frasa seperti "Sampan berhanyut arus menggulung" dan "Berlarut-larut dibawa untung" menggambarkan keadaan nelayan dengan cara yang mudah dipahami namun kaya akan makna.

Pesan dan Relevansi Puisi

Puisi "Nasib Nelayan" karya Intojo menyampaikan pesan yang kuat tentang perjuangan dan ketidakpastian yang dihadapi nelayan dalam kehidupan mereka. Ini adalah potret yang mendalam tentang bagaimana mereka berjuang melawan kekuatan alam dan ketidakpastian hidup, serta bagaimana mereka tetap bertahan dan berusaha meskipun menghadapi tantangan besar.

Puisi ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menghargai dan memahami kehidupan nelayan serta perjuangan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tidak menyadari betapa kerasnya kehidupan mereka dan tantangan yang harus mereka hadapi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dan menghargai usaha dan dedikasi yang dilakukan oleh nelayan dalam mencari nafkah dan bertahan hidup.

Melalui puisi ini, Intojo berhasil menggambarkan dengan indah dan mendalam realitas kehidupan nelayan, menyampaikan keteguhan dan harapan yang ada di tengah-tengah tantangan yang tidak terduga. Puisi ini tidak hanya menjadi penghormatan terhadap kehidupan nelayan tetapi juga sebuah refleksi tentang kekuatan dan keberanian manusia dalam menghadapi ketidakpastian hidup.

Puisi: Nasib Nelayan
Puisi: Nasib Nelayan
Karya: Intojo

Biodata Intojo:
  • Intojo (bernama lengkap Raden Intojo) lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Juli 1912
  • Intojo sering menggunakan nama samaran, di antaranya Heldas, Rhamedin, Ibnoe Sjihab, Hirahamra, Indera Bangsawan, dan Imam Soepardi.
  • Intojo juga dikenal sebagai "Bapak Soneta Sastra Jawa Modern".
  • Intojo meninggal dunia pada tahun 1965.
© Sepenuhnya. All rights reserved.