Puisi: Nasib (Karya Intojo)

Puisi "Nasib" karya Intojo menggambarkan perjuangan individu dalam menghadapi nasibnya dan bagaimana kebiasaan serta kondisi sosial mempengaruhi ...
Nasib

Bagai biola yang salah larasnya
Mengharu harmoni di dalam orkes.
Lagu hidupku kini ta' beres
Laguku jurang lurus dan cerkasnya.

Karena didikan agak keliru:
Hidupku terdasar "perseorangan"
Sekarang zaman "perkitaan"
Sesat dan sasar menganyam nasibku.

Lamalah sudah aku berperang.
Melawan musuh di dalam diri:
Kubujuk halus, keras kuhantam.
Amat sedikit 'ku dapat menang.
Kebiasaan yang telah mendalam,
Susah ditukar, sukar disiangi.

Sumber: Pujangga Baru (Agustus, 1938)

Analisis Puisi:

Puisi "Nasib" karya Intojo menggambarkan perjuangan individu dalam menghadapi nasibnya dan bagaimana kebiasaan serta kondisi sosial mempengaruhi perjalanan hidup seseorang.

Perjuangan dan Pertarungan Internal: Puisi ini mencerminkan perjuangan individu yang menghadapi tantangan dalam hidupnya. Dengan metafora "biola yang salah larasnya," penyair menyiratkan kekacauan dan ketidaksempurnaan dalam kehidupan, yang mengganggu harmoni dan keseimbangan. Pada saat yang sama, penyair menggambarkan pertarungan batin yang sengit melawan diri sendiri, yang tercermin dalam kata-kata seperti "melawan musuh di dalam diri."

Ketidakpastian dan Konflik Identitas: Puisi ini mencerminkan ketidakpastian dan konflik identitas individu dalam masyarakat yang terus berubah. Penyair merasa terjebak antara "didikan agak keliru" yang mencerminkan pengaruh latar belakang dan nilai-nilai yang ditanamkan pada dirinya, dan zaman "perkitaan" yang menuntut integrasi dan kebersamaan. Konflik ini menciptakan rasa tersesat dan bingung dalam mencari arah hidup yang tepat.

Kebiasaan dan Kesulitan Perubahan: Penyair menyoroti kesulitan untuk mengubah kebiasaan dan kondisi yang telah tertanam dalam dirinya. Meskipun berusaha keras untuk melawan dan mengubah nasibnya, penyair mengakui bahwa perubahan itu sulit dilakukan. Metafora "susah ditukar, sukar disiangi" menggambarkan betapa sulitnya meninggalkan kebiasaan yang sudah tertanam dan mengatasi kesulitan dalam hidup.

Bahasa dan Gaya: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana namun sarat dengan makna. Metafora seperti "biola yang salah larasnya" dan "laguku jurang lurus dan cerkasnya" menciptakan gambaran yang kuat tentang perjuangan dan ketidaksempurnaan dalam kehidupan. Gaya introspektif dan reflektif mengundang pembaca untuk merenungkan arti yang terkandung dalam puisi.

Secara keseluruhan, puisi "Nasib" karya Intojo adalah refleksi yang mendalam tentang perjuangan individu dalam menghadapi nasibnya, konflik identitas dalam masyarakat yang berubah, dan kesulitan untuk mengubah diri dalam menghadapi tantangan hidup.

Puisi: Nasib
Puisi: Nasib
Karya: Intojo

Biodata Intojo:
  • Intojo (bernama lengkap Raden Intojo) lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Juli 1912
  • Intojo sering menggunakan nama samaran, di antaranya Heldas, Rhamedin, Ibnoe Sjihab, Hirahamra, Indera Bangsawan, dan Imam Soepardi.
  • Intojo juga dikenal sebagai "Bapak Soneta Sastra Jawa Modern".
  • Intojo meninggal dunia pada tahun 1965.
© Sepenuhnya. All rights reserved.