Puisi: Merdeka Kami (Karya Adi Sidharta)

Puisi "Merdeka Kami" karya Adi Sidharta mencerminkan perjuangan prajurit yang merasa dikhianati dalam proses mencapai kemerdekaan.
Merdeka Kami


Kami datang sejak tahun ampatlima
kami datang cari merdeka.

Bapa-bapa beri komando
kami prajurit patuh setia
kami tuju merdeka yang kami cari
mengapa dibawa ke merdeka-bapa.

Bapa-bapa beri komando
kawan-kawan kami banyak mati
tidak tahu kami belum merdeka
dan beberapa kami masuk penjara.

Bapa-bapa beri komando
kami prajurit patuh setia
tetapi mengapa kini
kami dengan kami yang mesti berkelahi.

Kami datang sejak tahun ampatlima
mencari merdeka, merdeka kami.

Bapa-bapa lihat kami kuat
kami telah usir musuh merdeka
Bapa-bapa dengar, kami banyak
mati seribu timbul sejuta.

Kami satu dan tidak mau
disuruh mati untuk merdeka-ini
api-noraka kami lalui
apalagi kami takuti.

Minggir, Bapa-bapa, minggir
kami tammatkan tugas patlima
siapa larang musuh kami
kami bikin merdeka untuk semua.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Merdeka Kami" karya Adi Sidharta merupakan sebuah karya yang mengungkapkan suara dan harapan generasi muda dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Dengan lirik yang kuat dan penuh semangat, puisi ini mencerminkan perjuangan prajurit yang merasa dikhianati dalam proses mencapai kemerdekaan.

Tema Perjuangan dan Kemandirian

Puisi ini dimulai dengan pernyataan tegas tentang kehadiran prajurit yang "datang sejak tahun ampatlima" (1945) untuk mencari kemerdekaan. Penulis menggarisbawahi bahwa semangat merdeka telah ada sejak awal, menandakan bahwa perjuangan tersebut bukan hanya sekadar momen, melainkan sebuah perjalanan panjang yang melibatkan pengorbanan dan keberanian.

Kekuasaan dan Tanggung Jawab

Melalui frasa "Bapa-bapa beri komando," puisi ini menggambarkan hubungan antara pemimpin dan prajurit. Ada rasa ketidakpuasan dan kebingungan yang dirasakan prajurit karena perintah yang diberikan oleh pemimpin mereka. Ketika prajurit berjuang dan banyak yang kehilangan nyawa, muncul pertanyaan mendasar: "Mengapa dibawa ke merdeka-bapa?" Ini mencerminkan krisis kepercayaan terhadap pemimpin dan mengungkapkan rasa frustrasi ketika banyak prajurit yang merasa tidak mendapatkan balasan yang setimpal untuk pengorbanan mereka.

Kematian dan Pengorbanan

Sidharta menyoroti kesedihan dan kesakitan akibat kehilangan yang dialami oleh prajurit dengan pernyataan "kawan-kawan kami banyak mati." Kematian menjadi simbol nyata dari pengorbanan yang dilakukan demi kemerdekaan. Namun, meskipun banyak yang gugur, semangat juang mereka tidak padam; "seribu timbul sejuta" mencerminkan bahwa setiap kematian justru akan melahirkan semangat perjuangan yang baru.

Rasa Kemandirian dan Ketidakpuasan

Dalam bait terakhir, terdapat penegasan tentang kemauan prajurit untuk mengambil alih kendali atas nasib mereka sendiri. Ungkapan "Minggir, Bapa-bapa, minggir" menandakan keputusan untuk tidak lagi bergantung pada perintah pemimpin yang dianggap tidak adil. Ini adalah seruan untuk merdeka secara sejati, tidak hanya dari penjajahan fisik tetapi juga dari dominasi pemimpin yang tidak memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat.

Pesan Penutup

Puisi ini berakhir dengan penegasan bahwa kemerdekaan yang sejati harus mencakup semua rakyat. Penulis menunjukkan bahwa prajurit siap untuk melawan musuh demi kebebasan yang mereka inginkan, bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu. Ada penegasan tentang persatuan dan kolektivitas dalam memperjuangkan kebebasan, yang menjadi inti dari semangat kemerdekaan.

Puisi "Merdeka Kami" karya Adi Sidharta adalah sebuah karya yang sangat menggugah dan penuh emosi. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini mampu menangkap esensi dari perjuangan rakyat untuk merdeka, termasuk tantangan, pengorbanan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Sidharta berhasil menciptakan suara yang tidak hanya berbicara tentang kemerdekaan, tetapi juga tentang hak untuk menentukan nasib sendiri dan pentingnya peran setiap individu dalam perjalanan panjang menuju kebebasan. Puisi ini menjadi cerminan nyata dari semangat nasionalisme dan ketahanan yang selalu relevan dalam konteks perjuangan manusia untuk mendapatkan kebebasan dan keadilan.

Adi Sidharta
Puisi: Merdeka Kami
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.