Menjelma Api Membakar Kenangan
2024
Analisis Puisi:
Puisi Menjelma Api Membakar Kenangan karya Ehfrem Vyzty adalah sebuah ekspresi emosional yang kuat tentang perpisahan, kekecewaan, dan usaha untuk melepaskan diri dari kenangan masa lalu yang membebani. Dengan penggunaan metafora api dan unsur alam lainnya, puisi ini menggambarkan perjalanan batin seseorang dalam menghadapi luka dan pengkhianatan, serta keinginan untuk kembali menemukan kedamaian dalam dirinya.
Kenangan dan Rindu yang Ditinggalkan
Puisi ini dibuka dengan sebuah ajakan untuk tidak lagi mempertanyakan “perihal rindu” yang pernah dititipkan pada seseorang melalui awan yang dingin. Awan di sini melambangkan kelembutan dan kerentanan, namun telah dilupakan karena “gelap” yang menguasai. Penulis menggunakan metafora api untuk menggambarkan transformasi dirinya yang telah "menjelma api" dan membakar segala kenangan yang beku, menandakan bahwa ia telah memutuskan untuk meninggalkan masa lalu yang tak lagi memberikan makna.
Kenangan yang pernah “rampung tanpa rumpang” atau terasa sempurna ketika bersama, kini harus dilenyapkan. Ada rasa putus asa dan tekad untuk melepaskan diri dari kenangan tersebut, yang digambarkan melalui kekuatan api sebagai simbol pembersihan dan kehancuran.
Cinta dan Kemunafikan
Bagian kedua puisi berbicara tentang cinta yang pernah disematkan kepada orang lain melalui "doa-doa di depan Tabernakel tengah malam". Tabernakel di sini memberikan nuansa religius, menunjukkan keintiman dan kesakralan hubungan cinta yang pernah terjalin. Namun, cinta itu telah ternoda oleh “dosa-dosa kemunafikan” yang disisipkan oleh orang lain dalam hubungan mereka.
Hujan penuh "karangan bunga" menambah ironi, di mana bunga yang seharusnya menjadi simbol cinta dan kasih sayang malah menjadi bagian dari kebohongan dan kepalsuan. Penulis mengungkapkan bahwa ia kini telah mampu “menyelamatkan diri sendiri,” suatu pernyataan kekuatan dan kebebasan dari rasa cinta yang dulu menjerat.
Jarak yang Tak Bisa Diperbaiki
Pada bagian berikutnya, jarak di antara mereka semakin “terbenam dari semesta,” yang menandakan semakin jauhnya keterhubungan emosional dan fisik antara mereka. Jarak ini bukan hanya soal ruang, tetapi lebih tentang keterputusan yang permanen, hingga segalanya "tak bisa diperbaiki lagi." Runtuhnya hubungan ini tidak memberikan peluang untuk rekonsiliasi atau perbaikan, melainkan hanya menuju kehancuran yang tidak bisa dielakkan.
Puisi ini menutup dengan usaha untuk menjadi “sekuat karang,” metafora yang menggambarkan keteguhan di tengah badai dan ombak di laut. Laut luas menggambarkan ketidakpastian hidup, namun penulis berusaha untuk tetap tegar dan tidak “ombang-ambing tanpa bimbang.” Ini mencerminkan tekad kuat untuk menemukan kedamaian dan kestabilan di tengah kekacauan dan kekecewaan.
Makna Api sebagai Simbol Transformatif
Penggunaan api sebagai simbol utama dalam puisi ini sangat penting. Api melambangkan kekuatan untuk menghancurkan, tetapi juga untuk membersihkan. Melalui metafora api, penulis mengungkapkan bahwa ia telah melalui proses pembakaran emosional, membebaskan diri dari beban kenangan dan cinta yang tidak lagi relevan dalam hidupnya. Ini adalah bentuk dari transformasi personal yang mengarah pada pembebasan diri.
Puisi "Menjelma Api Membakar Kenangan" membawa pesan tentang kekuatan untuk melepaskan dan memulihkan diri setelah hubungan yang penuh kebohongan dan penderitaan. Ehfrem Vyzty, melalui puisi ini, mengajak pembaca untuk memahami bahwa terkadang, melepaskan kenangan dan cinta yang dulu terasa begitu indah adalah cara terbaik untuk menemukan kembali diri kita sendiri. Melalui perlawanan terhadap badai kehidupan, seseorang dapat menemukan ketenangan dan kekuatan untuk melanjutkan hidup tanpa terikat oleh masa lalu.
Biodata Ehfrem Vyzty:
- Ehfrem Vyzty lahir pada tanggal 9 Juni 2003 di Manggarai, Flores, NTT.
- Ehfrem Vyzty pernah mengikuti lomba cipta puisi di berbagai media dan telah mendapatkan sertifikat sebagai penulis terbaik. Beberapa puisi maupun cerpennya telah dibukukan.
- Ehfrem Vyzty merupakan siswa SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT.
- Buku perdananya bertajuk “Melukismu dalam Aksara” telah diterbitkan beberapa waktu yang lalu oleh penerbit JSI. Buku berikutnya akan diterbitkan dalam waktu dekat.