Puisi: Mengembara (Karya J. E. Tatengkeng)

Puisi "Mengembara" karya J. E. Tatengkeng mengajarkan bahwa pencarian makna hidup tidak selalu berakhir dengan hasil yang diharapkan, tetapi kadang ..
Mengembara

Betapa aku telah mengembara,
Di gurun ilmu, di hutan pilsapat!
Tapi yang kucari tidak kudapat,
Hanya hasrat menambah sengsara!

Di barat cemerlang,
Cahaya bintang!
Aku merenang,
Ombak kutentang!

Kata orang,
Di sanalah terang!
Di barat kebenaran dan keadilan,
Di sana kebimbangan tentu hilang…

Makin dekat aku ke sana,
Rupanya hilang gundah gulana,

O, kecewa,
Rupanya dewa,
Sudah berikan padaku bencana,
Karna yang kulihat tak lain: fatamorgana…

Aku pun tidur,
Mencari hidup.
Setelah pagi,
Aku bertanya: Ke mana lagi?

Sukmaku berkata:
Palingkan mata!
Jangan lagi tepekur.
Ke sana, o, di sana, tak lain, di Timur,
Di sana kaudapat
Cinta dihasrat!

Sumber: Rindu Dendam (1934)

Analisis Puisi:

Puisi "Mengembara" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif, menggambarkan perjalanan batin dan pencarian makna hidup melalui metafora perjalanan fisik dan spiritual. Dengan gaya bahasa yang kuat dan simbolis, puisi ini mengisahkan pencarian kebenaran dan keadilan yang pada akhirnya berujung pada penemuan makna baru.

Struktur dan Makna Puisi

  • Perjalanan dan Pencarian: Puisi ini dimulai dengan ungkapan penyesalan dan kelelahan penulis setelah mengembara di "gurun ilmu" dan "hutan pilsapat" (filsafat). Frasa ini menggambarkan usaha penulis dalam mencari pengetahuan dan kebenaran, namun merasa tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Ini menunjukkan tema pencarian makna hidup yang sering kali penuh tantangan dan kekecewaan.
  • Simbolisme Barat dan Timur: Penulis mengarahkan perjalanannya menuju barat, simbol yang sering dikaitkan dengan cahaya, kebenaran, dan keadilan. Namun, meskipun menuju arah ini dengan harapan besar, penulis menemukan bahwa apa yang dilihatnya hanyalah fatamorgana, atau ilusi semata. Ini menggambarkan kekecewaan dan kebingungan yang sering dirasakan ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagai alternatif, puisi ini mengarahkan pandangan ke Timur sebagai sumber cinta dan hasrat. Timur, dalam konteks ini, bisa dilihat sebagai simbol baru atau alternatif dalam pencarian makna hidup, yang memberikan harapan dan pemenuhan emosional yang lebih mendalam.
  • Kesimpulan dan Penerimaan: Puisi diakhiri dengan penulis yang merasa kecewa tetapi kemudian mendapatkan wawasan dari "sukma" (jiwa). Pesan ini mengajak untuk berpaling dari pencarian yang sia-sia dan berfokus pada aspek-aspek yang memberikan makna dan kepuasan. Penulis diundang untuk mencari cinta dan hasrat di tempat yang baru dan mungkin lebih sederhana, menggantikan pencarian kebenaran yang cemerlang namun penuh ilusi.

Tematik

  • Pencarian dan Kekecewaan: Tema utama dalam puisi ini adalah pencarian makna hidup dan kekecewaan yang sering menyertainya. Perjalanan penulis melambangkan usaha manusia untuk menemukan kebenaran dan keadilan, yang sering kali berakhir dengan kekecewaan jika harapan tidak terpenuhi.
  • Simbolisme Barat dan Timur: Barat simbolik untuk kebenaran dan keadilan yang cemerlang, sedangkan Timur melambangkan cinta dan hasrat. Pemindahan fokus dari Barat ke Timur mencerminkan perubahan dalam pencarian makna, dari sesuatu yang abstrak dan ilusi ke sesuatu yang lebih nyata dan emosional.
  • Penerimaan dan Penerapan: Penulis akhirnya menemukan bahwa jawaban dan kepuasan mungkin terletak pada hal-hal sederhana dan langsung, bukan pada pencarian yang rumit dan penuh ilusi. Ini menggambarkan perubahan dalam perspektif yang sering kali diperlukan untuk menemukan makna sejati dalam hidup.
Puisi "Mengembara" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah karya yang kaya dengan simbolisme dan refleksi mendalam. Melalui perjalanan yang penuh kekecewaan, puisi ini mengajarkan bahwa pencarian makna hidup tidak selalu berakhir dengan hasil yang diharapkan, tetapi kadang-kadang, makna sejati dapat ditemukan dalam hal-hal sederhana dan langsung. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan pribadi mereka sendiri dan mencari pemenuhan dalam aspek-aspek yang mungkin lebih dekat dengan mereka daripada yang mereka kira.

Puisi J. E. Tatengkeng
Puisi: Mengembara
Karya: J. E. Tatengkeng

Biodata J. E. Tatengkeng:
  • J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
  • J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
  • J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.