Puisi: Melancholia (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi Melancholia karya Acep Zamzam Noor menggambarkan perjalanan yang penuh keraguan dan kesunyian, mengajak pembaca untuk menyelami perasaan ...
Melancholia

Sebuah gang membelah kegelapan malam yang pekat
Ke sanalah kau akan berjalan sendirian
Menjumpai nasibmu. Sebuah lentera nyaris padam
Cahayanya yang lelah hanya sesekali mengerjap
Menerangi anggukan bayang-bayang pohonan liar
Yang tumbuh sekitar makam. Ke sanalah
Kau akan mencumbu nasibmu dengan gemetar
Mengawini kesunyianmu yang kekal

Sebuah jalan setapak yang menembus belantara
Tempat hari-harimu lewat dan kemudian membeku
Ke sanalah aku akan berjalan sendirian
Tanpa senyuman dan kata-kata. Sebuah tongkat kayu
Yang ternyata tak banyak membantumu lagi
Telah kaulempar ke jeram. Tapi kau harus berjalan sendirian
Meskipun tanpa tongkat dan lentera
Kau harus tetap berjalan sekalipun dalam kesangsian

1987

Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004)

Analisis Puisi:

Puisi Melancholia karya Acep Zamzam Noor menggambarkan perjalanan yang penuh keraguan dan kesunyian, mengajak pembaca untuk menyelami perasaan mendalam yang muncul dari kesepian dan pencarian jati diri. Dengan bahasa yang kaya dan simbolik, puisi ini menciptakan gambaran visual yang kuat tentang pengalaman manusia yang berjuang menghadapi kegelapan dan tantangan hidup.

Penggambaran Suasana Kegelapan

Pembukaan puisi ini mengatur nada yang suram dengan menggambarkan "sebuah gang membelah kegelapan malam yang pekat." Kegelapan malam melambangkan ketidakpastian dan ketidakpastian yang sering dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Kata-kata ini menciptakan suasana yang mencekam dan membangkitkan rasa penasaran tentang apa yang akan dijumpai di ujung jalan.

Simbol Lentera dan Cahaya

Lentera yang "nyaris padam" dan "cahayanya yang lelah" menjadi simbol harapan yang memudar. Ia melambangkan usaha untuk menemukan jalan dalam kegelapan, namun cahaya yang hanya sesekali muncul menunjukkan bahwa harapan itu mungkin sulit dicapai. Kehadiran "bayang-bayang pohonan liar" mengingatkan kita akan aspek-aspek liar dan tak terduga dari kehidupan yang sering kali menghalangi pencarian kita.

Kesunyian sebagai Teman

Frasa "mengawini kesunyianmu yang kekal" menunjukkan penerimaan terhadap kesunyian sebagai bagian dari kehidupan. Dalam konteks ini, kesunyian bukanlah sesuatu yang ditakuti, melainkan sesuatu yang dihadapi dan diterima. Hal ini menggarisbawahi tema kesedihan yang mendalam dalam puisi, di mana tokoh puisi harus "mencumbu nasibmu dengan gemetar," menunjukkan kerentanan yang dialami saat menghadapi kenyataan pahit.

Perjalanan Tanpa Alat

Penggambaran tentang "sebuah jalan setapak yang menembus belantara" menekankan tantangan yang dihadapi oleh tokoh puisi. Jalan ini tidak mudah, dan "hari-harimu lewat dan kemudian membeku" mencerminkan stagnasi dan kesulitan yang dialami dalam hidup. Ketika tokoh memutuskan untuk berjalan sendirian "tanpa senyuman dan kata-kata," ini menciptakan gambaran ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Tongkat Kayu yang Dibuang

Pembuangan "tongkat kayu" yang seharusnya memberikan dukungan melambangkan kehilangan alat atau dukungan yang biasa digunakan untuk bertahan hidup. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan untuk mengandalkan hal-hal yang sebelumnya membantu, dan menciptakan kesan bahwa tokoh puisi kini harus menghadapi dunia tanpa persiapan.

Keteguhan Meskipun Kesangsian

Walaupun tanpa lentera dan tongkat, ada pengingat bahwa "kau harus tetap berjalan." Ini mencerminkan semangat perjuangan meskipun dalam keadaan yang sangat sulit. Pesan ini mengajak pembaca untuk tidak menyerah, meskipun penuh keraguan dan kesangsian. Ada harapan bahwa, meskipun sulit, perjalanan itu tetap berharga dan memiliki makna.

Puisi Melancholia karya Acep Zamzam Noor menggambarkan perjalanan introspektif yang mendalam tentang kesunyian dan pencarian jati diri. Melalui penggunaan simbol dan bahasa yang kuat, puisi ini mengeksplorasi tema ketidakpastian, kehilangan, dan ketahanan. Pembaca diajak untuk merenungkan pengalaman pribadi mereka sendiri, serta menemukan kekuatan dalam menghadapi kegelapan. Dalam kerinduan akan cahaya, puisi ini mengajak kita untuk terus berjalan, meskipun dalam kesangsian, menuju pemahaman diri dan penerimaan.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Melancholia
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.