Puisi: Masih Ada Thermopylae (Karya Adi Sidharta)

Puisi Masih Ada Thermopylae karya Adi Sidharta menggambarkan semangat perjuangan, cinta, dan pengorbanan, serta menyoroti nilai-nilai persatuan ...
Masih Ada Thermopylae

Peluru yang penghabisan telah berkata:
kami adalah cinta
kami adalah setia
yang senyawa dengan fajar yang jaya.

Bawalah bunga ke pusara kami
yang menyunting Priangan jelita ini
bawalah juga kemesraan kesanggupan
meremajakan kemenangan Thermopylae.

Selamat tinggal untuk mereka
bandit perpecahan dan kelampauan
selamat datang adalah milik kami
yang terus hidup di dalam mati.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Catatan:
Thermopylae adalah "Pasir Bandera"nya Sparta yang gugur sampai prajurit terakhir.

Analisis Puisi:

Puisi Masih Ada Thermopylae karya Adi Sidharta menggambarkan semangat perjuangan, cinta, dan pengorbanan, serta menyoroti nilai-nilai persatuan dalam menghadapi tantangan. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan bahasa yang puitis, puisi ini memberikan refleksi mendalam tentang apa artinya berjuang dan mengingat pengorbanan para pahlawan.

Simbolisme Thermopylae

Istilah "Thermopylae" merujuk pada pertempuran bersejarah antara pasukan Spartan dan Persia, di mana pasukan kecil Sparta berjuang dengan gagah berani meskipun tahu akan menghadapi kekalahan. Dalam konteks puisi, Thermopylae melambangkan semangat perjuangan yang tak tergoyahkan dan komitmen untuk bertahan hingga titik darah penghabisan. Dalam hal ini, Sidharta merangkum semangat para prajurit yang rela berkorban demi nilai-nilai yang lebih tinggi.

Pengorbanan dan Cinta

Pembukaan puisi yang menyatakan, “Peluru yang penghabisan telah berkata: kami adalah cinta kami adalah setia,” mencerminkan bahwa meskipun berada di ambang kematian, semangat cinta dan kesetiaan para prajurit tetap hidup. Pengorbanan mereka bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk nilai-nilai cinta dan kesetiaan yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa cinta dan pengorbanan dapat berjalan seiring, dan keduanya memiliki makna yang mendalam dalam konteks perjuangan.

Memorialisasi dan Kenangan

Ungkapan “Bawalah bunga ke pusara kami” menandakan tindakan mengenang dan menghormati para pahlawan yang gugur. Dengan membawa bunga, kita tidak hanya memberikan penghormatan, tetapi juga merayakan kehidupan dan pengorbanan mereka. Ini adalah panggilan untuk meremajakan semangat perjuangan mereka, mengingat bahwa pengorbanan yang telah dilakukan bukanlah akhir, tetapi bagian dari warisan yang harus terus dihidupkan.

Kemesraan Kesanggupan

Frasa “bawalah juga kemesraan kesanggupan” menunjukkan pentingnya sikap saling mendukung dan kolaborasi dalam mencapai kemenangan. Ini adalah pengingat bahwa kesanggupan untuk berjuang tidak hanya datang dari individu, tetapi dari kesatuan sebagai kolektif. Dalam menghadapi tantangan, persatuan dan kemesraan di antara anggota masyarakat menjadi kunci untuk meraih kemenangan.

Pertentangan antara Kebaikan dan Keburukan

Dengan menyatakan “selamat tinggal untuk mereka bandit perpecahan dan kelampauan,” Sidharta menegaskan bahwa perjuangan ini bukan hanya melawan musuh eksternal, tetapi juga melawan kekuatan yang memecah belah masyarakat. Dalam konteks ini, puisi mengajak pembaca untuk menyambut kebaikan dan persatuan, yang mampu mengatasi perpecahan yang ada. Ini menciptakan harapan bahwa meskipun ada tantangan, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Puisi Masih Ada Thermopylae karya Adi Sidharta adalah pernyataan kuat tentang pengorbanan, cinta, dan semangat perjuangan. Dengan merujuk pada peristiwa sejarah yang terkenal, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai yang mendasari perjuangan mereka sendiri. Pengorbanan para pahlawan dihormati dan dikenang, dan semangat perjuangan mereka dihidupkan kembali melalui sikap cinta, kesetiaan, dan persatuan. Sidharta mengingatkan kita bahwa meskipun tantangan besar dihadapi, ada harapan dan kekuatan dalam kolektivitas dan cinta, yang akan terus menerangi jalan kita menuju masa depan yang lebih baik.

Adi Sidharta
Puisi: Masih Ada Thermopylae
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.