Puisi: Manusia Kardus (Karya Sobron Aidit)

Puisi "Manusia Kardus" karya Sobron Aidit mengeksplorasi tema kemunafikan, kesombongan, dan dampaknya terhadap lingkungan sosial dan moral.
Manusia Kardus

Selalu dan senantiasa omongnya bohong
selalu dan senantiasa janjinya kosong
bicara selalu meninggi bila tentang diri-sendiri
jelas-jemelas menganggap dirinya jago
orang lain semua dianggap bego
seolah dunia ini tidak akan berputar
tanpa dirinya
seolah waktu ini tidak akan beredar
tanpa aku-nya.

Padi bila berisi kian runduk
tapi dia terus menenggak-tonggak
menepuk dada di mana-mana
jual bako jual lagak.

Semoga Anda dan kita semua
jangan sampai punya teman begini ini
merusak lingkungan bumi
merusak udara
merusak suasana
dan merusak isi dunia.

Paris, 2 November 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Manusia Kardus" karya Sobron Aidit merupakan sebuah kritik tajam terhadap orang-orang yang penuh kepongahan dan kebohongan. Dalam puisi ini, Sobron mengeksplorasi tema kemunafikan, kesombongan, dan dampaknya terhadap lingkungan sosial dan moral.

Tema dan Makna

Puisi ini mengangkat tema tentang individu yang menunjukkan kepongahan dan kebohongan dalam tingkah lakunya. Sobron menggambarkan tipe orang yang selalu berbicara dengan penuh kebohongan dan janji kosong. Karakter ini digambarkan sebagai seseorang yang sangat percaya diri, bahkan secara berlebihan, dengan kalimat seperti "Selalu dan senantiasa omongnya bohong / selalu dan senantiasa janjinya kosong." Sikap ini menyoroti ketidakjujuran dan kurangnya integritas dalam diri individu tersebut.

Kepongahan dan Kesombongan

Sobron menyoroti sifat sombong individu yang digambarkan dalam puisi dengan kalimat "bicara selalu meninggi bila tentang diri-sendiri / jelas-jemelas menganggap dirinya jago." Orang ini menganggap dirinya lebih unggul daripada orang lain, merasa seolah-olah dunia hanya berputar sekitar dirinya. Sikap ini menunjukkan kebanggaan yang tidak pada tempatnya dan merasa seolah-olah dirinya sangat penting, sehingga "seolah dunia ini tidak akan berputar / tanpa dirinya."

Kontras dengan Kebijakan

Dalam puisi ini, Sobron juga membandingkan sikap tersebut dengan sifat padi yang "kian runduk" saat berisi. Padi yang berisi membungkuk sebagai simbol kerendahan hati dan kesadaran diri, sedangkan orang dalam puisi ini terus "menenggak-tonggak / menepuk dada di mana-mana / jual bako jual lagak." Perilaku ini mencerminkan kesombongan dan keinginan untuk tampil sebagai yang terbaik, padahal sebenarnya hanya menyajikan "lagak" atau pura-pura.

Dampak Negatif

Puisi ini juga menyoroti dampak negatif dari individu yang penuh kepongahan dan kebohongan terhadap lingkungan dan masyarakat. Sobron memperingatkan agar tidak memiliki teman seperti ini karena mereka dapat merusak suasana, lingkungan, dan bahkan dunia itu sendiri. Kalimat terakhir puisi: "Semoga Anda dan kita semua / jangan sampai punya teman begini ini / merusak lingkungan bumi / merusak udara / merusak suasana / dan merusak isi dunia," menunjukkan betapa merusaknya pengaruh orang semacam ini terhadap kesejahteraan sosial.

Puisi "Manusia Kardus" karya Sobron Aidit menawarkan sebuah gambaran kritis terhadap sifat-sifat buruk seperti kepongahan, kebohongan, dan kesombongan. Sobron menggunakan metafora dan kontras untuk mengeksplorasi dampak negatif dari individu yang menempatkan diri mereka di atas orang lain dan menciptakan lingkungan yang merusak. Melalui puisi ini, Sobron mengingatkan pembaca tentang pentingnya integritas, kerendahan hati, dan dampak perilaku negatif terhadap masyarakat.

"Puisi: Manusia Kardus"
Puisi: Manusia Kardus
Karya: Sobron Aidit
© Sepenuhnya. All rights reserved.