Puisi: Malam Kudus (Karya M. Saribi Afn)

Puisi "Malam Kudus" karya M. Saribi Afn menawarkan gambaran mendalam mengenai perjalanan spiritual Isra' Mi'raj dan makna di balik pengalaman ...
Malam Kudus (1)

Kemudian berangkatlah Ia dengan kendaraan Tuhan
Setelah disuci hatinya dengan air gaib zam-zam
Setelah diisi darahnya dengan zat-zat keyakinan
Setelah dipanggang dadanya dengan bara ketaqwaan
Setelah diserahkan hidupnya pada ilham-ilham kerasulan
Dan Jibril yang mengawal tanpa pedang
Dan Jibril yang mengawal membawa kembang
Angin meniup silir, malam tanpa bulan
Angin meniup silir, mengantar Ia ke alam kesucian
Pada daerah persinggahan segala doa-doa permohonan
Pada daerah persinggahan segala doa-doa pengampunan
Pada gunung jurang lembah kasihsayang
Pada laut gelombang-gelombang permaafan
Luas tak bertepi dan dalam tak berkarang
Kepergiannya dalam pedat kelam
Kepergiannya atas perintah Allah yang datang di akhir petang
Padang pasir, yang ditinggal bermekaran kasihsayang
Padang pasir, yang ditinggal tak tahu kemana Ia bertualang
O, Ia sendiri tak pernah bertanya, dimana letak bintang yang paling jalang
Karena diri-Nya penuh kasihsayang.

Malam Kudus (2)

Dengan segala bagian tubuhnya Ia bertolak
Dengan segala cabang perasaannya Ia bertolak
Bertanyalah setiap Ia menjumpai tonggak-tonggak perjalanan
Bertanyalah setiap Ia mendengar rintih-rintih perempuan
Hidup ini Ia hadapi dengan penuh keyakinan
Hidup ini Ia hadapi dengan penuh kasihsayang

Malam Kudus (3)

Ada dilihatnya beberapa tamsil kehidupan
Ada didengarnya beberapa rintih kedukaan
Dari manusia-manusia sepanjang jalan
– bulan bersinar bening pada daerah yang penuh kewangian –
(Ini tamsil apa, ya Ruhul Kudus?)
– Ia yang mati di jalan kebenaran –
– Perempuan tua yang menggendong api nyala –
(ini tamsil apa, ya Ruhul Kudus?)
Ia yang suka menelanjangi tubuh-tubuh manusia.
– Perawan yang memakan daging-daging busuk –
(tamsil apa, ya Ruhul Kudus?)
Ia yang hidup dalam dunia kejalangan.
– Padi yang tumbuh berulang dalam satu musim –
(ini tamsil apa, ya Ruhul Kudus?)
Ia yang mati di jalan Allah.
Ya, Rasul Allah.

Malam Kudus (4)

Akhirnya berangkatlah Ia ke alam keramat
Negeri yang belum pernah dirambah para umat
Setelah shalat di Baitulmakdis dua rekaat
Berbareng dengan para Rasul dan Nabi
Dan ulanglah Ia ke bumi ini di akhir wengi
Dengan membawa perintah salat lima kali
Maka tetaplah Ia sebagai Rasul Ilahi
Maka tetaplah Ia sebagai Rasul terakhir di bumi ini
O, salam baginya yang telah tinggalkan kami.

Sumber: Manifestasi (1963)

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Kudus" karya M. Saribi Afn adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual dan mistis dalam konteks agama Islam, khususnya merujuk pada peristiwa Isra' Mi'raj. Dalam puisi ini, perjalanan Rasulullah Muhammad SAW ke langit dan bertemu dengan berbagai simbolisme dan peristiwa spiritual diuraikan dengan gaya puitis yang mendalam dan penuh makna.

Malam Kudus (1): Perjalanan Spiritual yang Supranatural

Bagian pertama puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual Rasulullah yang penuh dengan simbolisme dan keajaiban:

"Kemudian berangkatlah Ia dengan kendaraan Tuhan / Setelah disuci hatinya dengan air gaib zam-zam"

Baris ini merujuk pada perjalanan Isra' Mi'raj, di mana Rasulullah melakukan perjalanan malam dari Mekah ke Yerusalem dan kemudian naik ke langit. "Kendaraan Tuhan" mungkin mengacu pada Buraq, makhluk yang digunakan dalam perjalanan ini. "Air gaib zam-zam" melambangkan kesucian dan persiapan spiritual sebelum perjalanan.

"Setelah diisi darahnya dengan zat-zat keyakinan / Setelah dipanggang dadanya dengan bara ketaqwaan"

Di sini, "zat-zat keyakinan" dan "bara ketaqwaan" menggambarkan kekuatan iman dan ketaatan yang mendalam yang membekali Rasulullah untuk perjalanan spiritualnya. Ini menunjukkan kesiapan spiritual dan emosional untuk menghadapi pengalaman mistis.

"Dan Jibril yang mengawal tanpa pedang / Dan Jibril yang mengawal membawa kembang"

Jibril, malaikat yang mengawal perjalanan, digambarkan tanpa senjata tetapi membawa "kembang," simbol keindahan dan kesucian. Ini menggambarkan bahwa perjalanan ini adalah perjalanan spiritual, bukan konflik fisik.

"Angin meniup silir, malam tanpa bulan / Angin meniup silir, mengantar Ia ke alam kesucian"

"Angin meniup silir" melambangkan kehadiran spiritual dan kedamaian dalam perjalanan tersebut. "Malam tanpa bulan" menunjukkan suasana malam yang sakral dan penuh misteri.

"Pada gunung jurang lembah kasihsayang / Pada laut gelombang-gelombang permaafan"

Bagian ini menggambarkan lanskap spiritual yang luas dan mendalam, penuh dengan kasih sayang dan pengampunan. Ini menunjukkan betapa luasnya pengalaman spiritual yang dialami.

"Padang pasir, yang ditinggal bermekaran kasihsayang"

Menggambarkan keadaan spiritual Rasulullah yang penuh dengan kasih sayang setelah meninggalkan dunia fisik untuk perjalanan mistis.

Malam Kudus (2): Penerimaan dan Keyakinan

Bagian kedua puisi ini menekankan penerimaan dan keyakinan dalam menghadapi perjalanan spiritual:

"Dengan segala bagian tubuhnya Ia bertolak / Dengan segala cabang perasaannya Ia bertolak"

Ini menunjukkan totalitas dari pengalaman spiritual Rasulullah, di mana seluruh aspek dari dirinya, baik fisik maupun emosional, terlibat dalam perjalanan ini.

"Bertanyalah setiap Ia menjumpai tonggak-tonggak perjalanan"

Menunjukkan proses refleksi dan introspeksi selama perjalanan. Tonggak-tonggak ini bisa dianggap sebagai titik-titik penting dalam perjalanan spiritualnya.

"Hidup ini Ia hadapi dengan penuh keyakinan / Hidup ini Ia hadapi dengan penuh kasihsayang"

Menggambarkan sikap Rasulullah dalam menghadapi perjalanan dan kehidupan dengan penuh keyakinan dan kasih sayang.

Malam Kudus (3): Tamsil dan Simbolisme

Bagian ketiga puisi ini berisi tamsil atau perumpamaan yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan spiritualitas:

"Ada dilihatnya beberapa tamsil kehidupan / Ada didengarnya beberapa rintih kedukaan"

Menggambarkan pemahaman Rasulullah terhadap berbagai kondisi kehidupan dan penderitaan manusia.

"– bulan bersinar bening pada daerah yang penuh kewangian –"

Menunjukkan keindahan dan kemurnian dalam pengalaman spiritual.

"Ia yang mati di jalan kebenaran"

Menyiratkan pengorbanan dan perjuangan di jalan kebenaran.

"Perempuan tua yang menggendong api nyala"

Mungkin melambangkan ketidakstabilan atau penderitaan dalam kehidupan.

"Padi yang tumbuh berulang dalam satu musim"

Simbol kehidupan yang berulang dan pertumbuhan dalam konteks spiritual.

Malam Kudus (4): Kembali ke Dunia dan Warisan

Bagian terakhir puisi ini menggambarkan kembalinya Rasulullah ke bumi dan warisan spiritual yang dibawanya:

"Akhirnya berangkatlah Ia ke alam keramat / Negeri yang belum pernah dirambah para umat"

Menggambarkan kembalinya Rasulullah setelah pengalaman spiritual ke dunia yang belum pernah dilihat oleh umat manusia.

"Setelah shalat di Baitulmakdis dua rekaat / Berbareng dengan para Rasul dan Nabi"

Menunjukkan pentingnya shalat sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan keterhubungan dengan para nabi lainnya.

"Dan ulanglah Ia ke bumi ini di akhir wengi / Dengan membawa perintah salat lima kali"

Menyampaikan pesan utama dari perjalanan spiritual, yaitu kewajiban shalat lima waktu sebagai bagian dari ajaran Islam.

"Maka tetaplah Ia sebagai Rasul Ilahi / Maka tetaplah Ia sebagai Rasul terakhir di bumi ini"

Menggambarkan status Rasulullah sebagai nabi terakhir dalam Islam.

"O, salam baginya yang telah tinggalkan kami."

Mengungkapkan penghormatan dan rasa kehilangan atas kepergian Rasulullah.

Puisi "Malam Kudus" karya M. Saribi Afn menawarkan gambaran mendalam mengenai perjalanan spiritual Isra' Mi'raj dan makna di balik pengalaman tersebut. Melalui simbolisme, metafora, dan tamsil, puisi ini mengungkapkan keagungan perjalanan spiritual Rasulullah, pengalaman mistis, dan warisan yang ditinggalkannya. M. Saribi Afn berhasil menangkap esensi dari peristiwa religius ini dalam bahasa yang puitis dan reflektif, menyajikan sebuah karya yang mengundang pembaca untuk merenung dan menghayati makna di balik perjalanan spiritual yang agung.

M. Saribi Afn
Puisi: Malam Kudus
Karya: M. Saribi Afn

Biodata M. Saribi Afn:
  • Nama lengkap M. Saribi Afn adalah Mohammad Saribi Affandi.
  • M. Saribi Afn lahir di Ngawonggo, Klaten, pada tanggal 15 Desember 1936.
© Sepenuhnya. All rights reserved.