Puisi: Malam (Karya HR. Bandaharo)

Puisi "Malam" karya HR. Bandaharo menyajikan sebuah mediasi mendalam tentang bagaimana kegelapan malam dapat mencerminkan keburukan dan kepalsuan, ...
Malam

aku melawan malam, memusuhi kelam
yang menyembunyikan wajah-wajah jelek
yang menyuburkan kebejatan
yang mengaburkan kemunafikan.
aku membenci malam
bila anjing-anjing melolongi langit
selagi bintang-bintang gemerlapan.

malam dan kegelapan
sama dengan kepalsuan.
penyulapan putih menjadi hitam
penyajian mesum sebagai suci
pengkhianatan sebagai bakti
yang palsu sebagai yang sejati.

tapi aku pun dilahirkan malam
ketika kelam menyelimuti kekasih berpelukan
dan kerinduan mendengus kepuasan.
malam seperti ini menjadi teman
ketika pikiran menyusuri jalan-hidup
yang ditempuh – larut dalam kenangan.
bila kemilau bintang-bintang menjadi redup
kumbang bercumbu berhenti berdengung
nyamuk-nyamuk kekenyangan menggelimpang tiada daya
aku lena tertelungkup –
air-liurku membasahi lembaran-lembaran kafka
dan embun subuh membasahi kawat-duri.

1965

Sumber: Aku Hadir di Hari Ini (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Malam" karya HR. Bandaharo mengeksplorasi tema kegelapan dan kebenaran dalam kehidupan manusia, serta kontradiksi antara kekelaman malam dan introspeksi pribadi. Melalui imaji dan perasaan yang kuat, puisi ini menyajikan sebuah mediasi mendalam tentang hubungan antara kegelapan, keburukan, dan refleksi diri.

Tema dan Makna

Tema utama dari puisi ini adalah perjuangan melawan kegelapan malam yang melambangkan keburukan, kemunafikan, dan kepalsuan, sambil menyadari bahwa malam juga merupakan waktu untuk refleksi dan kenangan pribadi. Puisi ini menyajikan dua sisi dari malam—sebagai simbol keburukan dan kepalsuan, tetapi juga sebagai waktu untuk merenung dan berhubungan dengan kenangan pribadi.

"aku melawan malam, memusuhi kelam yang menyembunyikan wajah-wajah jelek yang menyuburkan kebejatan yang mengaburkan kemunafikan."

Baris ini menggambarkan perlawanan terhadap malam dan kegelapan yang melambangkan keburukan dan kemunafikan. Malam di sini berfungsi sebagai metafora untuk segala sesuatu yang tersembunyi dan tidak jujur dalam kehidupan.

"aku membenci malam bila anjing-anjing melolongi langit selagi bintang-bintang gemerlapan."

Ada kontras antara anjing-anjing yang melolong, simbol ketidaktenangan atau penderitaan, dengan bintang-bintang yang gemerlapan, simbol keindahan dan kebenaran. Ini menunjukkan ketidakselarasan antara realitas dan ideal yang dirasakan.

"malam dan kegelapan sama dengan kepalsuan. penyulapan putih menjadi hitam penyajian mesum sebagai suci pengkhianatan sebagai bakti yang palsu sebagai yang sejati."

Di sini, malam dan kegelapan diidentikkan dengan kepalsuan dan penipuan. Ada penekanan pada bagaimana nilai-nilai yang seharusnya bersih dan benar dapat diputarbalikkan menjadi keburukan dan kepalsuan.

"tapi aku pun dilahirkan malam ketika kelam menyelimuti kekasih berpelukan dan kerinduan mendengus kepuasan."

Kontradiksi muncul saat penyair mengakui bahwa dirinya sendiri lahir di malam hari, di mana malam juga merupakan waktu untuk keintiman dan kerinduan. Ini menunjukkan bahwa meskipun malam dapat melambangkan keburukan, ia juga memiliki aspek yang intim dan pribadi.

"malam seperti ini menjadi teman ketika pikiran menyusuri jalan-hidup yang ditempuh – larut dalam kenangan."

Malam berfungsi sebagai waktu untuk refleksi dan introspeksi, menemani penyair saat mengingat perjalanan hidup dan pengalaman-pengalaman masa lalu.

"bila kemilau bintang-bintang menjadi redup kumbang bercumbu berhenti berdengung nyamuk-nyamuk kekenyangan menggelimpang tiada daya aku lena tertelungkup – air-liurku membasahi lembaran-lembaran kafka dan embun subuh membasahi kawat-duri."

Deskripsi terakhir ini menggambarkan keadaan malam yang tenang dan damai, dengan bintang-bintang yang redup dan hewan-hewan malam yang berhenti aktif. Penyair menggambarkan dirinya yang tertidur sambil merenung, di mana embun subuh dan air liur menciptakan kontras antara kenyamanan pribadi dan realitas luar.

Puisi "Malam" karya HR. Bandaharo adalah sebuah karya yang mengeksplorasi dualitas malam sebagai simbol kegelapan dan kepalsuan, serta sebagai waktu untuk refleksi pribadi dan kenangan. Dengan menggabungkan elemen-elemen visual dan emosional yang kuat, puisi ini menyajikan sebuah mediasi mendalam tentang bagaimana kegelapan malam dapat mencerminkan keburukan dan kepalsuan, tetapi juga dapat menjadi saat yang intim dan penuh refleksi. Ini adalah contoh bagaimana puisi dapat menggunakan simbolisme dan kontras untuk mengungkapkan kompleksitas pengalaman manusia.

HR. Bandaharo
Puisi: Malam
Karya: HR. Bandaharo

Biodata HR. Bandaharo:
  • HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
  • HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
  • HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.