Puisi: Malam Ini (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Malam Ini" karya Bakdi Soemanto mengingatkan kita tentang bagaimana kesepian dan kebebasan dapat mempengaruhi perasaan kita terhadap makna ...
Malam Ini

Malam ini angin tidak banyak lewat
rupanya lelah, setelah seharian ngembara
dan hinggap di mana,
yang jelas
ia sepi dari jalanan.

Rasanya dipenjara oleh sepi
berjalan sendiri
tanpa berpapasan
dengan siapa pun
meski angin.

Rasanya dipenjara oleh kemerdekaan
berjalan tanpa tujuan.
O, pautan yang membebaskan
dari kemerdekaan,
tatkala gapai bertemu sunyi
dan diri pun luput
dari dekap.

Angin,
udara yang lewat itu
tak lewat kini.

Tidak ada yang dituju
Tidak ada yang ditunggu
Tidak ada yang dirindu.
Alangkah besar arti diri
jika ada yang menyertai.

Ngeri!
Angin untuk sementara mati
tetapi tidak tergolek di dalam hati.
Entah di mana!

1975

Sumber: Kata (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Ini" karya Bakdi Soemanto menawarkan sebuah eksplorasi mendalam mengenai tema kesepian, kemerdekaan, dan refleksi pribadi melalui gambaran malam yang tenang dan sepi. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini menyentuh perasaan manusia yang kompleks dan sering kali kontradiktif.

Tema dan Makna Puisi

  • Kesepian dan Keheningan Malam: Puisi ini dimulai dengan: "Malam ini angin tidak banyak lewat / rupanya lelah, setelah seharian ngembara / dan hinggap di mana, / yang jelas / ia sepi dari jalanan." Gambaran malam yang tenang dan angin yang tidak banyak bergerak menciptakan suasana sepi yang mendominasi puisi. Kesepian malam ini mencerminkan keadaan batin yang kosong dan terasing, di mana tidak ada interaksi atau komunikasi, bahkan dengan angin sekalipun.
  • Kesepian sebagai Penjara: Penyair menggambarkan rasa kesepian sebagai bentuk penjara: "Rasanya dipenjara oleh sepi / berjalan sendiri / tanpa berpapasan / dengan siapa pun / meski angin." Kesepian dirasakan sebagai sebuah belenggu yang membatasi kebebasan dan interaksi sosial. Tidak adanya kontak dengan makhluk lain, bahkan dengan angin, menambah kesan isolasi dan keterasingan.
  • Kemerdekaan dan Kontradiksinya: Puisi ini juga mengeksplorasi konsep kemerdekaan: "Rasanya dipenjara oleh kemerdekaan / berjalan tanpa tujuan." Kemerdekaan yang dijalani tanpa arah atau tujuan bisa menjadi beban yang sama beratnya dengan kesepian. Kebebasan tanpa tujuan membuat seseorang merasa terasing dan tidak memiliki arah yang jelas. Kontradiksi ini menyoroti betapa kemerdekaan bisa menjadi tantangan jika tidak ada yang menemani atau memberi makna.
  • Ketiadaan dan Harapan: Pada bagian akhir puisi: "Tidak ada yang dituju / Tidak ada yang ditunggu / Tidak ada yang dirindu. / Alangkah besar arti diri / jika ada yang menyertai." Ketiadaan tujuan, harapan, dan kerinduan menekankan ketidakmampuan untuk menemukan makna atau arti dalam situasi saat ini. Keberadaan seseorang yang menyertai bisa memberi arti dan makna pada eksistensi yang kosong.
  • Ketidakhadiran dan Rasa Takut: Akhir puisi ini mengekspresikan rasa takut dan kebingungan: "Ngeri! / Angin untuk sementara mati / tetapi tidak tergolek di dalam hati. / Entah di mana!" Rasa ngeri karena ketidakhadiran angin, yang merupakan metafora untuk ketidakhadiran sesuatu yang penting dalam hidup, mencerminkan kekosongan emosional dan ketidakpastian mengenai di mana tempat atau orang yang diharapkan.

Gaya Bahasa dan Struktur Puisi

  • Imaji dan Metafora: Puisi ini menggunakan imaji malam dan angin untuk menggambarkan keadaan batin penyair. Metafora seperti "dipenjara oleh sepi" dan "kemerdekaan yang dijalani tanpa arah" membantu menyampaikan perasaan isolasi dan ketidakmampuan untuk menemukan makna dalam situasi yang tampaknya tenang namun kosong.
  • Struktur Bebas: Struktur puisi ini bebas, tanpa pola yang ketat. Ini mencerminkan ketidakpastian dan kekacauan emosional yang dirasakan penyair. Aliran bebas ini menambahkan rasa spontanitas dan kejujuran dalam ungkapan perasaan.
  • Bahasa dan Pilihan Kata: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana tetapi efektif. Pilihan kata seperti "lelah," "sepi," "kemerdekaan," dan "ngeri" menciptakan suasana yang mendalam dan kuat, menggambarkan ketidaknyamanan dan kekosongan yang dirasakan.

Pesan dan Relevansi Puisi

Puisi "Malam Ini" karya Bakdi Soemanto memberikan gambaran yang mendalam tentang kesepian dan kemerdekaan melalui suasana malam yang sepi. Puisi ini mengingatkan kita tentang bagaimana kesepian dan kebebasan dapat mempengaruhi perasaan kita terhadap makna dan tujuan dalam hidup.

Pesan utama dari puisi ini adalah bahwa bahkan dalam keadaan tenang dan sepi, perasaan kesepian dan kekosongan bisa sangat mendalam. Kemerdekaan, ketika tidak diimbangi dengan tujuan atau kehadiran orang lain, dapat menjadi tantangan yang menyakitkan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana keberadaan orang lain dan tujuan dalam hidup dapat memberi makna dan mengurangi rasa kesepian yang mendalam.

Dengan gaya bahasa yang kuat dan penggunaan metafora yang tepat, Bakdi Soemanto berhasil menciptakan puisi yang menggugah dan penuh perasaan, memberikan wawasan tentang kompleksitas emosi manusia dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia sekitar kita.

Bakdi Soemanto
Puisi: Malam Ini
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.