Malam Bulan Purnama
Lumut‐lumut...
menyelimuti
tembok selku
gemeretak
pintu
sebelahku
Panggilan diperiksa
Semua tahu apa artinya
Nyamuk‐nyamuk
memenuhi
kandang macanku
menggeletak
terbuka
pintu rindu
Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Malam Bulan Purnama" karya Sabar Anantaguna menggambarkan nuansa kesepian dan kerinduan yang mendalam, dengan latar malam yang penuh dengan elemen simbolis. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun kaya makna, puisi ini menciptakan suasana yang melankolis dan merenung.
Nuansa Kesepian dan Ketegangan
Pembukaan puisi dengan kata "Lumut-lumut..." menciptakan kesan dingin dan tidak terawat, seolah menggambarkan keadaan mental dan emosional si tokoh. Lumut yang menyelimuti tembok sel menjadi simbol dari waktu yang berlalu, mengindikasikan stagnasi dan penantian. Kata "gemeretak", yang merujuk pada suara pintu, menambah kesan ketegangan dan ketidakpastian, seolah menunggu sesuatu yang tak terduga.
Makna Panggilan dan Ketidaktahuan
Kalimat "Panggilan diperiksa / Semua tahu apa artinya" menunjukkan sebuah konvensi dalam situasi penjara, di mana setiap panggilan memiliki implikasi tertentu. Ada rasa saling memahami di antara para penghuni sel, namun ketidakpastian tentang nasib dan masa depan tetap membayangi mereka. Frasa ini menciptakan suasana tegang, seolah-olah ada hal besar yang akan terjadi.
Simbol Nyamuk dan Rindu
Di bagian berikut, penyebutan "Nyamuk-nyamuk / memenuhi / kandang macanku" mengontraskan kondisi di dalam penjara dengan kebebasan yang diimpikan. Nyamuk bisa dilihat sebagai simbol dari ketidaknyamanan dan gangguan, menambah rasa terperangkap. Kata "kandang", yang mengacu pada sel, menunjukkan betapa terpenjarnya para narapidana, meskipun dalam keadaan terkurung, mereka masih merindukan kebebasan.
Puncak dari puisi ini terletak pada frasa "menggeletak / terbuka / pintu rindu". Kalimat ini mencerminkan kerinduan yang mendalam dan tak terhingga. Meskipun fisik terkurung, hati dan pikiran tetap mencari kebebasan. "Pintu rindu" dapat ditafsirkan sebagai harapan untuk melampaui batas-batas fisik dan merasakan kebebasan yang sejati.
Puisi "Malam Bulan Purnama" merupakan refleksi mendalam tentang kerinduan dan kesepian dalam keadaan terkurung. Melalui gambaran yang kuat dan simbol-simbol yang puitis, Sabar Anantaguna berhasil menyampaikan rasa sakit dan harapan dari para narapidana. Dengan menggugah emosi pembaca, puisi ini menjadi sebuah pengingat bahwa meskipun dalam kegelapan, ada selalu kerinduan untuk bebas dan merasakan cinta serta kebahagiaan.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.