Madura
di tanah coklat yang sangat kucinta
telah beratus tahun
warna-warna kemelasan disimpan
dalam rongga kerendahhatian
di sini dulu
beberapa penguasa
dengan bangga
menunjuk ke bintang-bintang di dadanya
bintang-bintang itu ditempa Belanda
dari bekuan darah kaum jelata
gemerlapan permata di bintang-bintang itu
mantulkan kilau si airmata
moyang-moyangku yang pada malang
di sinilah dulu
kakek-kakek tua
mewariskan celurit berlumur darah
kepada anak putunya
untunglah kini
kita masih sempat melambai tangan
di atas sapi kerapan
di tingkah gending saronen, lalu
yang tersanjung oleh irama gong dan gendang
kita yang kini
ataukah arwah nenek moyang?
o, tanah tandus yang mulai mengenal air!
memintaku untuk bersyair
1966
Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)
Analisis Puisi:
Puisi "Madura" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang memadukan aspek sejarah, budaya, dan emosional dari pulau Madura. Dengan gaya bahasa yang puitis dan simbolis, puisi ini menggambarkan kedalaman pengalaman sejarah dan budaya masyarakat Madura, serta refleksi penulis terhadap masa lalu dan masa kini.
Tema dan Makna
- Penggambaran Sejarah dan Budaya: Puisi ini dimulai dengan ungkapan cinta penulis terhadap tanah Madura, menggambarkan "tanah coklat" yang penuh dengan sejarah dan kenangan. Referensi "warna-warna kemelasan" yang disimpan dalam "rongga kerendahhatian" menunjukkan betapa mendalamnya sejarah dan kebanggaan budaya yang ada di tanah tersebut. Madura, dengan sejarahnya yang kaya dan konflik-konflik masa lalu, digambarkan sebagai tempat yang telah mengalami banyak perubahan dan kesulitan.
- Kolonialisasi dan Penindasan: Penulis menyinggung penguasa dan "bintang-bintang di dadanya" yang berasal dari penjajahan Belanda. Bintang-bintang ini, yang ditempa dari "bekuan darah kaum jelata," mencerminkan penderitaan rakyat jelata di bawah kekuasaan kolonial. Penggunaan metafora ini menggambarkan bagaimana kekuasaan dan penindasan masa lalu masih membekas dalam ingatan kolektif masyarakat Madura.
- Warisan dan Tradisi: Ada juga penekanan pada warisan budaya yang diwariskan oleh "kakek-kakek tua" melalui "celurit berlumur darah." Ini menunjukkan bahwa meskipun ada penderitaan, ada juga kebanggaan dan nilai-nilai yang diteruskan dari generasi ke generasi. Tradisi seperti kerapan sapi, gending saronen, dan permainan gong dan gendang menjadi simbol dari kekuatan budaya yang terus hidup meskipun mengalami berbagai tantangan.
- Refleksi dan Harapan: Puisi ini ditutup dengan refleksi tentang masa kini dan harapan untuk masa depan. "Tanah tandus yang mulai mengenal air" menunjukkan transformasi dan harapan akan perubahan positif. Penulis mengajak pembaca untuk "bersyair" dan merayakan warisan dan kebanggaan budaya sambil mengingat dan menghormati nenek moyang yang telah mengarungi berbagai kesulitan.
Gaya Bahasa dan Teknik Puitis
- Simbolisme: Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat. "Tanah coklat" melambangkan identitas dan sejarah, sementara "bintang-bintang" dan "celurit berlumur darah" menggambarkan aspek-aspek penderitaan dan warisan budaya. Metafora ini memberikan makna yang mendalam pada elemen-elemen yang tampaknya sederhana.
- Imaji: Zawawi menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan suasana dan emosi. Deskripsi tentang "warna-warna kemelasan," "gemerlapan permata," dan "tanah tandus" menciptakan gambaran visual yang jelas dan mempengaruhi pengalaman pembaca.
- Gaya Bahasa Puitis: Gaya bahasa puitis Zawawi memadukan elemen naratif dan reflektif dengan keindahan bahasa. Penggunaan kata-kata yang mendalam dan simbolik menciptakan nuansa yang puitis dan menyentuh, memungkinkan pembaca untuk merasakan kedalaman makna di balik setiap baris puisi.
- Refleksi Emosional: Puisi ini menggabungkan refleksi emosional dengan narasi sejarah. Penulis tidak hanya menceritakan sejarah Madura tetapi juga merasakan dan mengekspresikan emosi dan pengalaman pribadi yang terkait dengan tanah dan budaya tersebut.
Puisi "Madura" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang mendalam dan puitis yang menggambarkan sejarah, budaya, dan identitas pulau Madura. Melalui penggunaan simbolisme, imaji, dan gaya bahasa yang kaya, Zawawi menciptakan sebuah refleksi tentang masa lalu dan masa kini, serta harapan untuk masa depan. Puisi ini mengundang pembaca untuk menghargai warisan budaya dan mengingat kontribusi nenek moyang sambil merayakan identitas dan kebanggaan budaya yang terus hidup.

Puisi: Madura
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.