Puisi: Lentera (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Lentera" karya D. Kemalawati menghadirkan gambaran yang penuh simbol tentang perjalanan hidup, perjuangan, dan pencapaian keabadian.
Lentera

Dialah lentera yang tergulir
dari tebing iring lahar dan kabut gerah
antara palung gelap dan basah
urai mimpinya
tuju rimba-rimba pekat
(lentera telah daki puncak keabadian)

Meulaboh, 1990

Analisis Puisi:

Puisi "Lentera" karya D. Kemalawati menghadirkan gambaran yang penuh simbol tentang perjalanan hidup, perjuangan, dan pencapaian keabadian. Lewat metafora yang mendalam, Kemalawati menggambarkan lentera sebagai simbol yang mengarahkan pembaca pada pengertian mengenai tekad dan pengorbanan dalam menghadapi tantangan hidup.

Lentera sebagai Simbol Pencerahan

Lentera, yang menjadi pusat dari puisi ini, adalah simbol pencerahan dan harapan di tengah kegelapan. Dalam budaya dan tradisi sastra, lentera sering diasosiasikan dengan cahaya yang memandu seseorang melalui situasi sulit atau penuh tantangan. Dalam konteks puisi ini, lentera menggambarkan individu atau jiwa yang terus berjuang meskipun dihadapkan pada rintangan yang berat.

Baris "Dialah lentera yang tergulir dari tebing iring lahar dan kabut gerah" menyiratkan perjalanan penuh bahaya dan kesulitan. Tebing, lahar, dan kabut melambangkan tantangan yang harus dihadapi oleh lentera tersebut. Lentera itu tidak statis, tetapi "tergulir," yang menunjukkan bahwa perjalanan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah dan terkendali. Namun, lentera tetap ada, terus bergerak meskipun situasi di sekitarnya begitu berat.

Palung Gelap dan Perjalanan Menuju Keabadian

Bagian "antara palung gelap dan basah" menguatkan kesan perjalanan ini sebagai perjalanan spiritual atau batiniah melalui kegelapan. Palung adalah tempat yang dalam, berbahaya, dan sulit diakses, menggambarkan bagian dari hidup yang penuh tantangan. Kegelapan dan basah menunjukkan kondisi yang tidak nyaman, bahkan bisa jadi penuh kesedihan atau keputusasaan. Namun, lentera ini terus bergerak, menguraikan mimpi dan berusaha mencapai tujuannya.

Frasa "urai mimpinya" menunjukkan bahwa lentera ini tidak hanya berfungsi sebagai penerang dalam kegelapan, tetapi juga sebagai pembawa harapan dan cita-cita. Lentera tersebut mencoba untuk mencapai rimba-rimba pekat, sebuah metafora untuk tujuan yang sulit dijangkau atau penuh tantangan. Ini adalah simbol tekad yang tidak padam, meskipun tantangan begitu besar dan jalan yang harus ditempuh begitu sulit.

Akhir dari puisi ini, "lentera telah daki puncak keabadian," memberikan kesimpulan yang kuat bahwa perjuangan lentera akhirnya membuahkan hasil. Puncak keabadian melambangkan pencapaian tertinggi dalam hidup, baik secara spiritual maupun simbolis. Keabadian di sini bisa diartikan sebagai pencapaian kebahagiaan sejati, keberhasilan, atau kedamaian batin setelah melalui segala kesulitan.

Metafora Perjuangan dalam Hidup

Lentera dalam puisi ini bukan hanya sekadar objek, tetapi merupakan representasi dari manusia yang berjuang melawan segala rintangan dalam hidup. Kemalawati dengan cerdas menggunakan metafora ini untuk menggambarkan bagaimana manusia harus terus maju meskipun dunia di sekitarnya penuh dengan tantangan. Lahar dan kabut yang mengiringi lentera menggambarkan betapa besar tekanan dan tantangan yang harus dihadapi, namun lentera tetap menerangi jalan meski harus tergulir.

Proses perjalanan lentera melalui "rimba-rimba pekat" melambangkan perjalanan panjang dan sulit yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai tujuannya. Rimba yang pekat bisa diartikan sebagai masalah hidup yang rumit, jalan yang tak terlihat, dan tantangan yang menghalangi, tetapi lentera tetap berusaha mendaki ke puncak.

Keabadian sebagai Puncak Pencapaian

Keabadian dalam puisi ini mengacu pada pencapaian tertinggi dari perjuangan manusia. Bagi Kemalawati, pencapaian ini tidak bisa diraih tanpa melalui berbagai ujian berat yang menguji ketahanan dan tekad seseorang. Dalam kehidupan, banyak orang berjuang untuk mencapai apa yang mereka anggap sebagai "keabadian," baik itu kebahagiaan, kesuksesan, atau makna hidup yang mendalam. Puncak keabadian yang digambarkan dalam puisi ini menunjukkan bahwa dengan usaha dan perjuangan, apa yang tampaknya tidak mungkin dapat dicapai.

Pesan Moral: Ketekunan dan Kekuatan

Pesan yang disampaikan dalam puisi "Lentera" adalah tentang kekuatan ketekunan dalam menghadapi hidup. Meskipun dunia mungkin tampak penuh rintangan dan kegelapan, lentera atau jiwa manusia yang berjuang bisa tetap bergerak maju. Tidak ada tantangan yang begitu besar sehingga tidak dapat diatasi jika seseorang terus bertahan dan memiliki harapan.

Selain itu, puisi ini juga mengajarkan bahwa pencapaian besar, atau keabadian, bukanlah sesuatu yang didapatkan dengan mudah. Puncak keabadian hanya bisa diraih oleh mereka yang siap menghadapi lahar panas, kabut tebal, dan rimba pekat. Keabadian adalah hadiah bagi mereka yang tidak pernah menyerah.

Puisi "Lentera" karya D. Kemalawati adalah karya yang mengandung simbolisme mendalam tentang perjuangan hidup, ketekunan, dan pencapaian akhir berupa keabadian. Lentera, sebagai pusat simbol dalam puisi ini, mencerminkan semangat manusia untuk terus berjuang meskipun dihadapkan pada tantangan berat. Dengan menggambarkan perjalanan lentera yang sulit namun akhirnya mencapai puncak keabadian, Kemalawati memberikan pesan bahwa tekad dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup dapat membawa seseorang pada pencapaian yang luar biasa.

Puisi ini menginspirasi pembaca untuk tidak menyerah dalam menghadapi tantangan, karena pada akhirnya, setiap perjuangan memiliki potensi untuk membawa kita menuju keabadian—puncak dari segala impian dan harapan.

D. Kemalawati
Puisi: Lentera
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.