Lagu Tanpa Nada
Ada lagu tanpa nada
ditulis dalam penjara
nafasnya penuh cinta
Kalau menampi tampilah hati
di tangan menggenggam deru
Ada lagu tanpa nada
ditulis di tiap dada
melodinya kata setia
Kalau menempa tempalah hati
di tangan menggenggam waktu
Ada lagu tanpa nada
terbaca segala bahasa
benarkah bernafas cinta?
Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Lagu Tanpa Nada" karya Sabar Anantaguna mengeksplorasi tema cinta dan kebebasan dalam konteks keterbatasan. Melalui struktur yang sederhana namun kuat, puisi ini menggambarkan perasaan yang mendalam yang terkurung dalam berbagai kondisi, sekaligus mengajak pembaca untuk merenungkan makna cinta yang sejati.
Tema Lagu dan Nada
Pembukaan puisi dengan kalimat "Ada lagu tanpa nada" langsung mengisyaratkan ketidaknormalan—suatu lagu seharusnya memiliki nada, namun di sini, nada tersebut dihilangkan. Ini menggambarkan kondisi emosional yang tertekan, seolah suara cinta terjebak tanpa dapat diekspresikan sepenuhnya. Penjara, sebagai simbol keterbatasan, menambah kedalaman makna; cinta yang tulus masih bisa ada meskipun dalam kondisi terkurung.
Cinta dan Keberanian
Lirik "Kalau menampi tampilah hati / di tangan menggenggam deru" menunjukkan keberanian untuk menghadapi perasaan yang mungkin sulit diungkapkan. Istilah "menampi" membawa konotasi perjuangan dan usaha untuk mengekspresikan cinta, meskipun dalam keadaan sulit. Ada semangat untuk menghadapi rasa sakit dan kekosongan yang ditimbulkan oleh keterbatasan.
Kesetiaan dan Melodi Kata
Pada bagian "Ada lagu tanpa nada / ditulis di tiap dada / melodinya kata setia," puisi ini mengalihkan perhatian pada cinta yang terukir dalam hati. Cinta tidak selalu bisa dinyanyikan atau diungkapkan dengan suara, tetapi bisa dirasakan dan diingat dalam bentuk kata-kata. Melodi kata-kata tersebut menggambarkan kesetiaan yang mendalam, menciptakan gambaran bahwa cinta sejati terletak pada komitmen dan pengertian yang mendalam, bukan hanya pada ekspresi fisik.
Refleksi Waktu dan Kehidupan
Lirik "Kalau menempa tempalah hati / di tangan menggenggam waktu" menekankan pentingnya proses dalam mencintai. Seperti halnya logam yang ditempa, hati juga perlu dibentuk dan diperkuat melalui pengalaman. Waktu menjadi faktor penting yang membentuk cinta, memperlihatkan bahwa cinta yang sejati berkembang melalui tantangan dan pelajaran hidup.
Pertanyaan Eksistensial
Di bagian terakhir, "Ada lagu tanpa nada / terbaca segala bahasa / benarkah bernafas cinta?" muncul pertanyaan reflektif mengenai keberadaan cinta itu sendiri. Meskipun cinta dapat dirasakan dalam berbagai bahasa dan budaya, apakah esensi cinta tersebut benar-benar ada? Pertanyaan ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna cinta dalam konteks kehidupan mereka sendiri, menguji keberlanjutan cinta meskipun tidak terungkap dalam bentuk yang diharapkan.
Puisi "Lagu Tanpa Nada" karya Sabar Anantaguna adalah sebuah refleksi mendalam tentang cinta, keterbatasan, dan keberanian. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan struktur yang teratur, puisi ini mengajak pembaca untuk menyelami nuansa cinta yang kompleks—cinta yang mungkin tidak selalu bisa diungkapkan, tetapi tetap ada dan berfungsi sebagai kekuatan yang menuntun kita melalui hidup. Melalui pertanyaan yang provokatif, puisi ini meninggalkan ruang bagi pembaca untuk mengeksplorasi makna cinta dalam konteks pribadi mereka sendiri.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.