Puisi: Kutulis Harapan (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Kutulis Harapan" menggambarkan realitas pahit dari kehidupan di tengah ketidakadilan, tetapi juga mengisyaratkan pentingnya harapan dan ....
Kutulis Harapan

Engkau yang disapa segala kitab
Bangun dalam segala musim
Telahkah

Kemiskinan tanpa adab
Terperangkap nafsu dan kezaliman
Harapan patah dan sia-sia
Nama-nama buruk orang-orang tetindas
Tercatat atau tidak sama saja
Tersebut atau tidak
Tak berarti apa-apa

Engkau
Yang disapa segal kitab
Bangun dalam segala musim
Mencatat hidup yang kutulis
Tak berapa lama

Sumber: Luput (1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Kutulis Harapan" karya Idrus Tintin merupakan sebuah karya yang menyentuh tema kemanusiaan, harapan, dan kezaliman. Dalam beberapa bait yang padat dan bermakna, Idrus menyampaikan suara perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan penderitaan yang dialami oleh banyak orang. Puisi ini menggambarkan bagaimana harapan dapat terjebak dalam situasi yang sulit, serta bagaimana perasaan tersebut dapat terus tercatat dalam catatan sejarah.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini dibuka dengan pengulangan frasa "Engkau yang disapa segala kitab," yang menciptakan kesan universal dan sakral. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa harapan dan keberanian untuk memperjuangkan keadilan adalah tema yang diangkat dalam berbagai tradisi dan literatur di seluruh dunia. Tintin menggunakan gaya bahasa yang langsung dan lugas, tetapi tetap puitis, dengan pilihan kata yang memberikan dampak emosional yang kuat.

Ketidakadilan dan Patah Harapan

Bait kedua mengungkapkan kemarahan dan kesedihan terhadap keadaan yang ada: "Kemiskinan tanpa adab / Terperangkap nafsu dan kezaliman." Di sini, Tintin mencatat penderitaan yang dialami oleh mereka yang tertindas, menunjukkan betapa kezaliman dapat merusak nilai-nilai kemanusiaan. Istilah "harapan patah dan sia-sia" menggambarkan realitas pahit yang sering kali dihadapi oleh individu dalam kondisi yang menyedihkan. Nama-nama buruk yang tercatat menggambarkan bagaimana sejarah sering kali melupakan mereka yang terpinggirkan, menciptakan rasa kehilangan yang mendalam.

Harapan dalam Kegelapan

Meskipun mengangkat tema yang berat, puisi ini tidak sepenuhnya nihilistis. Idrus menutup dengan pernyataan bahwa meskipun hidup dapat terasa sia-sia, ada sesuatu yang lebih besar yang mencatat perjalanan kita: "Engkau / Mencatat hidup yang kutulis / Tak berapa lama." Kalimat ini memberikan harapan bahwa setiap pengalaman, meskipun pahit dan penuh kesedihan, tetap memiliki makna. Harapan yang tertulis dalam kehidupan kita menjadi catatan abadi, meskipun tidak selalu terlihat oleh dunia luar.

Makna dan Pesan

Puisi "Kutulis Harapan" menggambarkan realitas pahit dari kehidupan di tengah ketidakadilan, tetapi juga mengisyaratkan pentingnya harapan dan keinginan untuk berjuang. Dalam konteks yang lebih luas, puisi ini berfungsi sebagai panggilan untuk memperhatikan dan menghargai mereka yang terpinggirkan, serta mengingat bahwa setiap individu memiliki cerita dan perjuangan yang layak untuk dicatat dan dihargai.

Idrus Tintin, melalui puisi "Kutulis Harapan," berhasil menghadirkan suara kemanusiaan yang kuat dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan mengangkat tema ketidakadilan sosial dan harapan, puisi ini menciptakan ruang untuk refleksi dan diskusi tentang kondisi manusia. Idrus mengingatkan kita bahwa meskipun hidup sering kali dipenuhi dengan penderitaan, harapan tetap dapat muncul, dan setiap pengalaman, tidak peduli seberapa kecil, akan selalu memiliki makna. Puisi ini menjadi pernyataan penting tentang keberanian, harapan, dan keinginan untuk memperjuangkan keadilan dalam masyarakat yang semakin kompleks.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Kutulis Harapan
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.
© Sepenuhnya. All rights reserved.