Ketiadaan
Aku adalah burung gagak
Yang terus mengitari telaga
Mencarimu
Pada senja
Kita tak lagi terpana
Pada sembilu
Kita tak lagi kelu
Waktu pun berdamai
Dengan oasis cintaku
Kala ia menorehkan gurat demi gurat
Ke wajahku
Aku adalah kerinduan itu
Yang terus menyimak bunyi pada angin
Yang terus mencari sosok pada udara
Aku adalah kerinduan itu
Yang terus dahaga mereguk lekuk-lekuk tubuhmu
Dalam sedu seguk tak kunjung sampai
Jakarta, 1995
Analisis Puisi:
Puisi "Ketiadaan" karya Mochtar Pabottingi adalah sebuah karya yang menyelami tema kerinduan, pencarian, dan ketidakpastian dengan intensitas emosional yang mendalam. Melalui penggunaan simbolik dan imaji yang kuat, puisi ini menggambarkan perjalanan batin seorang individu yang terjebak dalam keadaan ketiadaan dan pencarian.
Tema dan Makna
- Pencarian dan Kerinduan: Puisi ini mengeksplorasi tema pencarian yang tidak pernah berakhir dan kerinduan yang mendalam. "Aku adalah burung gagak / Yang terus mengitari telaga" menggambarkan karakter speaker yang terus mencari sesuatu yang tidak bisa ditemukan, simbol dari kerinduan yang terus-menerus.
- Ketidakpastian dan Ketiadaan: Ketiadaan dan ketidakpastian merupakan tema sentral dalam puisi ini. Melalui baris seperti "Pada senja / Kita tak lagi terpana" dan "Pada sembilu / Kita tak lagi kelu," puisi ini mengisyaratkan perasaan hampa dan kekosongan yang dialami oleh speaker, di mana waktu dan rasa sakit tidak lagi memberikan makna atau dampak yang signifikan.
- Cinta dan Keterpisahan: Dalam puisi ini, cinta digambarkan sebagai oasis yang penuh dengan gurat-gurat yang menorehkan wajah speaker. Cinta ini terasa terputus dan tidak dapat dijangkau, seperti "Aku adalah kerinduan itu / Yang terus dahaga mereguk lekuk-lekuk tubuhmu." Ini mencerminkan betapa mendalamnya rasa kehilangan dan ketiadaan yang dialami speaker.
Gaya Bahasa dan Teknik Puitis
- Imaji dan Simbolisme: Mochtar Pabottingi menggunakan imaji yang kuat untuk menciptakan suasana dan emosi dalam puisi ini. "Burung gagak" dan "telaga" merupakan simbol pencarian dan ketiadaan. Burung gagak, sering diasosiasikan dengan kematian dan kesedihan, mencerminkan suasana hati speaker yang penuh kerinduan dan kehilangan.
- Metafora dan Personifikasi: Puisi ini kaya dengan metafora dan personifikasi yang memperdalam makna emosionalnya. Misalnya, "Aku adalah kerinduan itu" memberikan identitas pada kerinduan, seolah-olah ia adalah sebuah entitas yang hidup dan berfungsi sebagai jembatan antara kekosongan dan hasrat.
- Struktur dan Ritme: Puisi ini memiliki struktur yang bebas dan tidak terikat pada pola tertentu, yang memungkinkan ekspresi emosional yang lebih bebas. Ritme puisi ini mengalir dengan lancar, mendukung tema ketiadaan dan pencarian yang tanpa akhir.
Kesan dan Refleksi
Puisi "Ketiadaan" membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang mendalam, mengeksplorasi rasa kerinduan yang abadi dan pencarian yang tidak pernah selesai. Melalui penggunaan simbol dan metafora yang kuat, puisi ini menyampaikan pesan tentang ketidakpastian dan kesedihan yang dapat dirasakan dalam pengalaman cinta dan kehilangan.
Kesan yang ditinggalkan oleh puisi ini adalah rasa mendalam tentang bagaimana kerinduan dan pencarian dapat mendominasi pengalaman kita. Ketiadaan bukan hanya tentang kekosongan fisik, tetapi juga tentang kekosongan emosional dan spiritual yang dapat menghantui seseorang ketika sesuatu yang dicintai hilang atau tidak dapat dicapai.
Melalui karya ini, Mochtar Pabottingi mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan dan ketiadaan dalam konteks pribadi dan emosional, serta untuk memahami bagaimana pencarian dan kerinduan dapat membentuk pengalaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang perjalanan batin manusia dalam mencari makna dan hubungan yang mungkin selamanya tidak dapat ditemukan.
Karya: Mochtar Pabottingi
Biodata Mochtar Pabottingi:
- Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.