Kepada Pemburu Petani
Jangan tuan membantai bulan
jangan tuan maki mentari
kami pun bintang-bintang
di langit berjaga malam dan siang.
Kalau tuan bermain bedil
peti mati dan kembang kantil.
Kalau tuan hendak api
jangan tuan nanti berlari
daun-daun kering bisa membakar bumi
hutan tuan, kubu tuan dan tuan sekali.
Kalau tuan bermain bedil
peti mati dan kembang kantil.
Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)
Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Pemburu Petani" karya Sabar Anantaguna mengungkapkan kecemasan dan harapan yang mendalam terhadap kondisi alam dan kehidupan masyarakat petani. Melalui lirik yang penuh makna, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan dampak dari tindakan manusia terhadap lingkungan dan kehidupan.
Gagasan Utama: Perlindungan Alam dan Kehidupan
Di awal puisi, Anantaguna menyampaikan pesan yang jelas: "Jangan tuan membantai bulan / jangan tuan maki mentari." Kalimat ini menunjukkan bahwa bulan dan mentari tidak hanya sekadar benda langit, tetapi simbol dari kehidupan dan keseimbangan alam. Penggunaan kata "tuan" menandakan adanya kekuatan atau pihak yang berkuasa yang dapat mempengaruhi lingkungan, sekaligus menunjukkan rasa hormat yang disertai dengan ketidakberdayaan.
Menggugah Kesadaran tentang Ancaman
Puisi ini melanjutkan dengan memperingatkan tentang konsekuensi dari tindakan kekerasan dan penyerangan terhadap alam. "Kalau tuan bermain bedil / peti mati dan kembang kantil" menciptakan gambaran yang kuat tentang kematian dan kehampaan. Anantaguna mengingatkan bahwa tindakan merusak akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar, tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi manusia itu sendiri.
Pesan tentang Tanggung Jawab
Peringatan untuk "jangan tuan nanti berlari" mencerminkan urgensi dan tanggung jawab yang harus diambil oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. Dalam konteks ini, puisi ini menyiratkan bahwa tindakan sembrono dapat mengakibatkan kehancuran yang tak terhindarkan, seperti kebakaran hutan yang dapat melanda semua yang ada di sekitarnya.
Kesatuan Manusia dan Alam
Dengan menyebutkan "kami pun bintang-bintang," Anantaguna menekankan bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan yang saling bergantung. Setiap elemen di alam memiliki perannya masing-masing dan memiliki hak untuk hidup dan berkembang. Pesan ini menyiratkan bahwa penghormatan terhadap alam adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya individu.
Harapan untuk Keberlangsungan
Puisi "Kepada Pemburu Petani" merupakan panggilan untuk introspeksi dan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Melalui lirik yang menyentuh dan imaji yang kuat, Anantaguna mengajak kita untuk berpikir dua kali sebelum mengambil tindakan yang dapat merugikan lingkungan.
Puisi ini mengingatkan kita bahwa kelestarian alam dan kehidupan kita saling terkait. Dengan menjaga dan melindungi alam, kita juga menjaga masa depan kita sendiri. Karya ini bukan hanya sekadar puisi, tetapi juga sebuah seruan untuk perubahan, mendorong kita semua untuk menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan kehidupan di sekitar kita.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.