Puisi: Kenangan (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Kenangan" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan suasana yang tenang dan penuh keintiman, serta menyentuh tema tentang kehangatan ....
Kenangan

Dari jendela sinar memburu gelap.
Aku melihat mereka duduk di dalam terang.
Aman damai seluruh kamar.

Mesra berbisik pena di kertas,
Jarum renda gelisah naik turun di tangan halus.
Apabila dua pasang mata bersua melayang dewi menebar bahagia.

Dalam gelap mendingin rasa hatiku.
Pilu menangan mengawan di sawang.
Alangkah sayupnya melambai tanah daratan!

3 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Kenangan" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan suasana yang tenang dan penuh keintiman, serta menyentuh tema tentang kehangatan kenangan dan kesedihan yang terpendam di dalamnya. Dalam puisi ini, Alisjahbana menghadirkan gambaran tentang suasana malam yang tenang dan momen kebersamaan yang penuh makna, namun juga menyelipkan aroma kesedihan yang tersembunyi di balik keindahan tersebut.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah kenangan, keintiman, dan kesedihan. Penyair menyajikan gambaran tentang suasana malam yang tenang dan momen kebersamaan yang penuh makna antara orang-orang yang hadir dalam kenangan. Namun, di balik keindahan dan kehangatan kenangan tersebut, terdapat rasa kesedihan yang muncul, menciptakan nuansa kompleks dan penuh perasaan dalam puisi ini.

Struktur

Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan pola tiga baris per bait, menciptakan irama dan ritme yang mengalir secara alami. Struktur ini memberikan kesan kesederhanaan namun juga kedalaman emosi dalam ekspresi penyair terhadap kenangan yang diungkapkan.

Gaya Bahasa

Alisjahbana menggunakan berbagai perangkat gaya bahasa untuk menggambarkan suasana dan nuansa dalam puisi ini:
  1. Imaji: Deskripsi visual seperti "dari jendela sinar memburu gelap" dan "dua pasang mata bersua melayang dewi menebar bahagia" menciptakan gambaran yang hidup tentang suasana malam dan momen kebersamaan.
  2. Metafora: Metafora seperti "mesra berbisik pena di kertas" menggambarkan keintiman dan kehangatan komunikasi yang terjadi dalam kenangan.
  3. Personifikasi: Pena dan jarum renda dipersonifikasikan untuk menunjukkan kegiatan manusiawi dan memberikan kesan keintiman dan kegelisahan.
  4. Diksi Kuat: Penggunaan kata-kata seperti "aman," "damai," "gelisah," dan "pilu" menambah kedalaman emosi dalam puisi ini.

Makna dan Simbolisme

  1. Jendela dan Sinar: Merepresentasikan pemisahan antara kegelapan dan terang, serta mungkin juga pemisahan antara masa lalu dan masa sekarang.
  2. Pena dan Jarum Renda: Melambangkan keintiman, kegelisahan, dan kebersamaan dalam proses mencatat dan merajut kenangan.
  3. Tanah Daratan: Mungkin melambangkan dunia nyata atau kenyataan yang tidak lagi berada dalam cakupan kenangan, menyiratkan rasa nostalgia dan kesedihan atas kehilangan.
Puisi "Kenangan" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah ekspresi yang indah dan mendalam tentang kenangan, keintiman, dan kesedihan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang hidup, Alisjahbana berhasil menggambarkan kompleksitas emosi dan nuansa yang terkandung dalam kenangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan dan kehangatan kenangan, namun juga mengakui adanya rasa kesedihan dan kehilangan di dalamnya. Alisjahbana dengan cemerlang menangkap esensi dari pengalaman manusia dalam menyimpan kenangan yang berharga, dan bagaimana kenangan itu dapat membawa kehangatan serta kesedihan dalam hidup kita.

Puisi: Kenangan
Puisi: Kenangan
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.