Puisi: Kecapi Terali Besi (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Kecapi Terali Besi" karya Sabar Anantaguna menghadirkan gambaran yang mendalam tentang perjuangan manusia dalam menghadapi ketidakadilan dan ..

Kecapi Terali Besi


Seberat‐berat terpukul hidup
lebih berharga daripada mati
serapat‐rapat sel ditutup
tertembus cahaya hati

Tembok kusam
sel isolasi kelam
kebebasan terpendam
bertahan nafas angin malam
bagaimana bisa lupa
pesta siksa di salemba

Malam menelan sepi
bermain kecapi terali besi.

Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Kecapi Terali Besi" karya Sabar Anantaguna menghadirkan gambaran yang mendalam tentang perjuangan manusia dalam menghadapi ketidakadilan dan kesengsaraan. Dalam beberapa bait yang padat, puisi ini mengeksplorasi tema penahanan, harapan, dan ketahanan jiwa. Dengan penggunaan bahasa yang simbolis dan metaforis, Anantaguna berhasil menciptakan sebuah karya yang kaya makna.

Tema Kehidupan dan Kematian

Diawali dengan ungkapan "Seberat-berat terpukul hidup / lebih berharga daripada mati," penulis menegaskan nilai kehidupan meskipun di dalam kondisi yang sangat sulit. Frasa ini menunjukkan bahwa meskipun hidup dalam penderitaan, ada sesuatu yang berharga dalam keberadaan itu sendiri. Ini mengisyaratkan bahwa perjuangan dan pengalaman yang dialami selama hidup membawa makna, meskipun penuh dengan tantangan.

Metafora Penahanan

Bagian selanjutnya, "serapat-rapat sel ditutup / tertembus cahaya hati," menggambarkan kondisi penahanan dengan simbol sel dan cahaya. Sel di sini melambangkan pembatasan fisik yang dihadapi seseorang, sedangkan "cahaya hati" mencerminkan harapan dan kebebasan yang tidak bisa diambil meskipun secara fisik terkurung. Ini menciptakan kontras antara kegelapan dan cahaya, di mana cahaya hati menjadi simbol kekuatan dan harapan yang tetap ada dalam diri manusia.

Gambaran Kegelapan dan Kesengsaraan

Tembok kusam dan sel isolasi yang disebutkan dalam puisi ini menciptakan suasana kelam yang melambangkan penderitaan. "Pesta siksa di Salemba" merujuk pada realitas keras yang dihadapi oleh para tahanan, mungkin mengacu pada penjara di Salemba, Jakarta, yang dikenal dengan kondisi yang sangat sulit. Melalui kalimat ini, Anantaguna menyampaikan kesedihan dan kesedihan yang mendalam, menciptakan empati terhadap mereka yang terkurung dan mengalami ketidakadilan.

Suasana Malam dan Harapan

Di bagian akhir, "Malam menelan sepi / bermain kecapi terali besi," puisi ini memberikan kesan kesunyian yang dalam. Kecapi di sini bisa diartikan sebagai alat musik yang sering dihubungkan dengan keindahan, namun dalam konteks ini, dimainkan di atas "terali besi" yang menyiratkan bahwa bahkan dalam kesedihan dan penahanan, ada keindahan dalam perjuangan. Ini mencerminkan bagaimana individu dapat menemukan cara untuk mengekspresikan diri dan menemukan harapan di tengah ketidakpastian.

Puisi "Kecapi Terali Besi" karya Sabar Anantaguna adalah sebuah karya yang menyentuh hati dan memancing refleksi. Dengan penggunaan simbol yang kuat dan tema yang relevan, puisi ini mengingatkan kita akan nilai kehidupan, pentingnya harapan, dan kekuatan manusia dalam menghadapi kesulitan. Meski terkurung dalam sel, jiwa dan harapan manusia tetap hidup, dan melalui keindahan yang dihasilkan dari perjuangan, mereka dapat menemukan makna yang lebih dalam dalam hidup mereka. Melalui puisi ini, Anantaguna berhasil menggugah kesadaran kita akan ketidakadilan dan pentingnya mempertahankan harapan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

Sabar Anantaguna
Puisi: Kecapi Terali Besi
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.