Ke Mana
di lereng gunung kapur ada bintang jatuh
anak-anak riang mengejarnya
di malam gerimis ada bulan kecemplung kolam
anak-anak menangis merebutnya
di siang bolong ada bocah jatuh di perempatan
sepi
matahari sendiri menjemur diri pada laut mati
burung-burung mengubur nyanyi di kepak sayap
sepi
ah, mau jadi apa gadis menangisi bulan
di sudut taman tergolek bulan sendiri
tanahnya telah bernoda sejak batuannya ...
alangkah senangnya masa kecilku
bulannya perawan dan bintangnya terang
sembunyi-sembunyian di balai desan dan bersorak
tembang: mumpung gede rembulane
mumpung jembar kalangane. ayo sorak
sorak horeee!
Sumber: Horison (Juni, 1975)
Analisis Puisi:
Puisi "Ke Mana" karya Yudo Herbeno merupakan karya yang memadukan elemen nostalgia dengan refleksi mendalam mengenai perubahan dan kesepian dalam kehidupan. Dengan menggabungkan imaji alam dan perasaan manusia, puisi ini memberikan gambaran yang kuat tentang perjalanan waktu dan perubahan yang mempengaruhi cara pandang kita terhadap masa lalu dan masa kini.
Tema dan Makna
- Nostalgia Masa Kecil: Puisi ini dimulai dengan gambaran masa kecil yang penuh keceriaan dan keajaiban. "Di lereng gunung kapur ada bintang jatuh" dan "di malam gerimis ada bulan kecemplung kolam" menciptakan imaji yang magis dan penuh keindahan. Keceriaan anak-anak yang mengejar bintang dan menangisi bulan menggarisbawahi rasa kekaguman dan kepolosan masa kecil, di mana setiap pengalaman terasa lebih intens dan berarti.
- Kehilangan dan Kesepian: Kontras yang tajam muncul ketika puisi beralih ke gambaran "di siang bolong ada bocah jatuh di perempatan / sepi." Perubahan dari keceriaan masa lalu menuju kesepian dan keterasingan saat ini mencerminkan perasaan kehilangan dan kesedihan. Matahari yang "menjemur diri pada laut mati" dan burung-burung yang "mengubur nyanyi di kepak sayap" menunjukkan suasana yang suram dan hening, menggambarkan suasana hati yang terpengaruh oleh waktu dan perubahan.
- Kritik Sosial dan Refleksi: Frasa "ah, mau jadi apa gadis menangisi bulan" menunjukkan sebuah refleksi tentang ketidakberdayaan dan kesia-siaan dalam menghadapi realitas yang berubah. Ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap ketidakmampuan untuk mengubah keadaan atau melawan kesedihan yang datang bersama perubahan. Gambar bulan yang "sendiri" di sudut taman yang "telah bernoda" menggarisbawahi tema kesepian dan penyesalan.
- Keindahan dan Keceriaan Masa Lalu: Puisi ini diakhiri dengan nostalgia akan masa lalu yang lebih sederhana dan ceria. "Alangkah senangnya masa kecilku" mengingatkan kita pada waktu ketika kehidupan terasa lebih murni dan penuh warna. Tembang "mumpung gede rembulane" menciptakan gambaran tentang perayaan dan kebahagiaan yang kini tampaknya jauh dari jangkauan.
Gaya Bahasa dan Struktur Puisi
- Imaji Alam dan Kontras: Puisi ini menggunakan imaji alam untuk menciptakan suasana yang kontras antara masa lalu dan masa kini. "Bintang jatuh," "bulan kecemplung kolam," dan "matahari sendiri menjemur diri pada laut mati" adalah gambaran visual yang kuat yang membantu membangun suasana emosional puisi.
- Bahasa yang Sederhana namun Mendalam: Bahasa dalam puisi ini sederhana tetapi penuh makna. Pilihan kata dan frasa seperti "anak-anak riang," "bulan sendiri," dan "bulannya perawan dan bintangnya terang" memberikan efek emosional yang mendalam dan menggugah rasa nostalgia.
- Struktur yang Mengalir: Struktur puisi ini mengikuti alur yang mengalir dari imaji ceria menuju refleksi kesepian. Perubahan dari narasi aktif ke deskripsi yang lebih reflektif mencerminkan perjalanan emosional yang dialami oleh narator.
Makna Kontekstual
- Perubahan Sosial dan Personal: Puisi ini mungkin mencerminkan perubahan sosial dan personal yang dialami penulis atau masyarakat secara umum. Perubahan dari keceriaan masa kecil ke kesepian dewasa bisa mencerminkan kehilangan innocence dan kekecewaan yang sering kali datang dengan bertambahnya usia.
- Nostalgia sebagai Bentuk Penghiburan: Nostalgia sering kali menjadi cara untuk mengatasi perasaan kehilangan dan kesedihan. Dalam puisi ini, kenangan masa kecil yang ceria berfungsi sebagai penghiburan dan pengingat akan waktu-waktu yang lebih sederhana dan bahagia.
Puisi "Ke Mana" karya Yudo Herbeno menawarkan refleksi mendalam tentang nostalgia, perubahan, dan kesepian melalui imaji alam dan bahasa yang penuh makna. Dengan menggambarkan kontras antara keceriaan masa lalu dan kesepian masa kini, puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang perjalanan emosional dan perubahan dalam kehidupan. Bahasa sederhana namun mendalam dan struktur naratif yang mengalir membuat puisi ini menjadi karya yang menggugah dan mengundang pembaca untuk merenungkan perubahan dalam hidup mereka sendiri.
Karya: Yudo Herbeno
Biodata Yudo Herbeno:
- Yudo Herbeno lahir pada tanggal 15 Oktober 1948 di Yogyakarta.