Puisi: Kata Biasa (Karya Adi Sidharta)

Puisi Kata Biasa karya Adi Sidharta mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik kata-kata dan perbedaan yang terjadi dalam komunikasi manusia.
Kata Biasa
Kepada R. Kertapati

Kata orang kita satu bahasa
tetapi ternyata dusta belaka
katamu bagiku sering halimun kabut.

Telah lama aku menanti
bila adik pensiun menjadi dewi
berhenti berteka-teki
bersama kita mengasah
kata sakti kata sederhana.

Turunlah adik, di kayangan tiada
manusia sengsara minta dibela
kasihku mengajak bersatu
di dalam cinta kepada
jutaan budak tersiksa.

Kata orang, kita satu bahasa
mari adik, nikmat ini bukan monopoli
kita resapkan kepada mereka yang belum merasa.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi Kata Biasa karya Adi Sidharta mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik kata-kata dan perbedaan yang terjadi dalam komunikasi manusia. Dalam puisi ini, Sidharta menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, untuk mengekspresikan frustrasi terhadap ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang dialami oleh banyak orang.

Kekeliruan dalam Bahasa

Pembuka puisi langsung menyoroti kekeliruan dalam komunikasi: "Kata orang kita satu bahasa tetapi ternyata dusta belaka." Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun secara formal kita menggunakan satu bahasa, ada perbedaan makna dan interpretasi yang menciptakan kesenjangan. Kata-kata dapat menipu, menciptakan halimun kabut yang mengaburkan kebenaran. Hal ini menggambarkan realitas sosial di mana kata-kata sering kali tidak sesuai dengan tindakan dan kenyataan.

Kerinduan untuk Keterhubungan

Sidharta menyampaikan kerinduan yang mendalam: "Telah lama aku menanti bila adik pensiun menjadi dewi." Ungkapan ini mencerminkan harapan untuk adanya keterhubungan dan pemahaman yang lebih dalam antara individu. Dengan berhentinya teka-teki dan kedok yang sering kali dipakai, ada harapan untuk mencapai kejujuran dalam berkomunikasi. Hal ini menggambarkan keinginan untuk menyentuh hati dan membangun hubungan yang lebih tulus.

Kesadaran Sosial dan Kemanusiaan

Selanjutnya, puisi ini menggugah kesadaran sosial melalui ungkapan: "di kayangan tiada manusia sengsara minta dibela." Dalam konteks ini, Sidharta mengajak pembaca untuk melihat realitas di luar batas-batas kenyamanan pribadi. Kasih sayang tidak hanya terbatas pada individu terdekat, tetapi harus diperluas kepada mereka yang mengalami penderitaan. Pemikiran ini menegaskan pentingnya empati dan kepedulian terhadap orang lain, terutama kepada mereka yang "jutaan budak tersiksa."

Ajak Bersatu untuk Perubahan

Dengan ajakan "mari adik, nikmat ini bukan monopoli," Sidharta menegaskan bahwa kebahagiaan dan keadilan seharusnya bukan hanya milik segelintir orang. Pesan ini mendorong pembaca untuk bersama-sama berjuang demi perubahan dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang. Tindakan ini harus dilakukan dengan menyebarkan "kata sakti kata sederhana" yang bisa menjangkau hati dan pikiran banyak orang, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan.

Kata dan Tindakan

Puisi Kata Biasa karya Adi Sidharta bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah panggilan untuk menyadari bahwa kata-kata memiliki kekuatan. Namun, kekuatan itu harus disertai dengan tindakan nyata yang memperjuangkan keadilan sosial. Sidharta berhasil mengungkapkan kompleksitas bahasa dan komunikasi, serta pentingnya menembus batas-batas kata untuk mencapai makna yang lebih dalam. Dalam perjuangan untuk kesetaraan dan keadilan, kata-kata bisa menjadi alat yang sangat berarti, jika digunakan dengan bijaksana.

Dengan menggugah pemikiran dan perasaan, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan kembali bagaimana kita menggunakan kata-kata dan bagaimana kita dapat berkontribusi pada penciptaan dunia yang lebih adil bagi semua.

Adi Sidharta
Puisi: Kata Biasa
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.