Puisi: Kasmaran (Karya Beni R. Budiman)

Puisi "Kasmaran" karya Beni R. Budiman menyajikan gambaran tentang pengalaman cinta yang menyatu dengan pengalaman spiritual, mengalir dalam ....
Kasmaran
bersama Diwana Fikri Aghniya

Tiba-tiba saja kita seperti orang yang sedang
Belajar menjadi anak dan ayah. Di mesjid itu
Keharuan seperti sungai gunung mencari lembah
Dan kita hanyutkan harapan sampai ke ujung sepi
Muara bagi setiap doa dan ikan membuat janji

Kita pun menjelma puisi yang hidup di antara dua
Keabadian surga dan neraka. Kita berkhayal sebagai
Keluarga Lukman yang kekal sepanjang zaman. Tenang
Bersama wajah-wajah malaikat yang putih. Dan Tuhan

Kita terus kasmaran sepanjang kumandang azan. Dan
Lupa pada bumi yang selalu menyanyikan lagu pilu
Juga pada rumah yang penuh desah dan tumpukan
sampah

Kita terus berpelukan dalam irama Tuhan. Berlayar
Di antara pulau-pulau yang kemilau, mencari Lukman ...

1996

Sumber: Penunggu Makam (Pustaka Jaya, 2003)

Analisis Puisi:

Puisi "Kasmaran" karya Beni R. Budiman adalah sebuah karya yang memadukan unsur cinta, religiositas, dan refleksi spiritual dalam suasana yang penuh keharuan. Dengan menggunakan simbol-simbol religius dan kehidupan sehari-hari, puisi ini menyajikan gambaran tentang pengalaman cinta yang menyatu dengan pengalaman spiritual, mengalir dalam konteks kehidupan beragama dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Kasih dalam Religi

Tema utama yang menonjol dalam puisi ini adalah kasih yang dihidupkan dan dipupuk dalam konteks religius. Puisi ini dimulai dengan gambaran mesra antara dua sosok yang digambarkan seperti anak dan ayah. Ini mencerminkan sebuah hubungan yang tidak hanya bersifat romantis, tetapi juga memiliki nuansa keakraban yang mendalam, seolah-olah mereka sedang belajar memahami satu sama lain melalui hubungan yang penuh keintiman, baik dalam pengertian duniawi maupun spiritual:

Tiba-tiba saja kita seperti orang yang sedang
Belajar menjadi anak dan ayah. Di mesjid itu
Keharuan seperti sungai gunung mencari lembah

Kata "mesjid" menjadi simbol spiritual yang penting di sini. Mesjid adalah tempat beribadah, namun di dalam puisi ini, mesjid juga menjadi tempat di mana keharuan dan perasaan cinta menyatu, seolah-olah kehadiran Tuhan menjadi saksi dari hubungan mereka. Keharuan ini digambarkan seperti "sungai gunung mencari lembah", menunjukkan perasaan yang mengalir lembut dan dalam, menuju ketenangan.

Spiritualitas dan Doa

Di tengah-tengah puisi, Beni R. Budiman menciptakan ruang bagi pembaca untuk merenungkan keabadian dan doa. Hubungan cinta di antara dua insan dalam puisi ini tidak hanya sekadar hubungan fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang lebih dalam. Harapan dan doa mereka dibawa oleh aliran sungai yang bermuara pada kesepian, tempat semua doa menuju:

Dan kita hanyutkan harapan sampai ke ujung sepi
Muara bagi setiap doa dan ikan membuat janji

Ini mencerminkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, di mana harapan dan doa diucapkan dan dilepaskan ke dalam arus spiritual. Perasaan cinta yang mereka rasakan menjadi jembatan antara kehidupan di dunia dan alam spiritual, seperti puisi yang berada di antara dua keabadian: surga dan neraka.

Pencarian Makna Spiritual

Puisi ini juga menyentuh tema pencarian makna spiritual yang lebih dalam, yang digambarkan melalui sosok Lukman—tokoh dalam Al-Qur'an yang dikenal bijaksana. Lukman dalam puisi ini menjadi simbol dari kebijaksanaan dan ketenangan spiritual yang diidamkan oleh pasangan ini:

Kita berkhayal sebagai
Keluarga Lukman yang kekal sepanjang zaman. Tenang
Bersama wajah-wajah malaikat yang putih. Dan Tuhan

Melalui pencarian sosok Lukman, puisi ini menegaskan keinginan untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan abadi yang melampaui kehidupan duniawi. Kehidupan mereka digambarkan seolah-olah terus kasmaran dalam irama Tuhan, lupa akan realitas pahit di dunia, termasuk rumah yang penuh desah dan tumpukan sampah—simbol dari beban kehidupan sehari-hari yang mereka tinggalkan di belakang.

Perjalanan Spiritual dan Kasih yang Kekal

Puisi ini juga mencerminkan perjalanan spiritual yang terus-menerus dalam mencari Tuhan dan ketenangan. Kasih yang dirasakan pasangan ini tidak hanya terhenti pada hubungan manusiawi semata, tetapi terus berkembang menjadi perjalanan spiritual yang lebih luas. Dalam perasaan cinta yang mereka rasakan, mereka berlayar mencari sosok Lukman sebagai lambang kebijaksanaan dan ketenangan abadi:

Kita terus berpelukan dalam irama Tuhan. Berlayar
Di antara pulau-pulau yang kemilau, mencari Lukman ...

Dalam pencarian spiritual ini, cinta tidak hanya menjadi pengalaman emosional, tetapi juga perjalanan menuju pencerahan dan kedekatan dengan Tuhan. Cinta mereka bagaikan pelayaran yang menyeberangi berbagai pulau—simbol dari berbagai tahapan kehidupan—dalam pencarian makna yang lebih dalam, yang akhirnya membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Beni R. Budiman menggunakan bahasa yang lembut dan simbolis untuk menggambarkan perasaan cinta dan spiritualitas. Penggunaan simbol seperti "mesjid," "doa," "ikan," "surga dan neraka," serta "Lukman" memberi nuansa religius yang kuat pada puisi ini. Di samping itu, penggunaan bahasa alam seperti "sungai gunung," "lembah," dan "pulau-pulau yang kemilau" menciptakan visualisasi yang indah tentang perjalanan spiritual dan emosi yang dalam.

Puisi "Kasmaran" karya Beni R. Budiman adalah sebuah karya yang penuh dengan makna spiritual dan refleksi mendalam tentang kasih. Melalui simbol-simbol religius dan alam, puisi ini menggambarkan hubungan cinta yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga membawa pembaca pada pencarian spiritual dan makna kehidupan yang lebih dalam. Cinta dalam puisi ini menjadi jembatan antara manusia dengan Tuhannya, mencerminkan keindahan perasaan yang menyatu dengan irama ilahi.

Kasmaran dalam konteks puisi ini bukan sekadar cinta biasa, melainkan perasaan mendalam yang menuntun kepada ketenangan, kebijaksanaan, dan hubungan spiritual yang erat dengan Tuhan. Cinta ini melampaui batas-batas duniawi, dan menjadi kekuatan yang membawa mereka berdua menuju pencapaian spiritual yang lebih tinggi.

Puisi Terbaik
Puisi: Kasmaran
Karya: Beni R. Budiman

Biodata Beni R. Budiman:
  • Beni R. Budiman lahir di desa Dawuan, Kadipaten, Majalengka, pada tanggal 10 September 1965.
  • Beni R. Budiman meninggal dunia di Bandung pada tanggal 3 Desember 2002.
© Sepenuhnya. All rights reserved.