Puisi: Kasih dan Penjara (Karya Adi Sidharta)

Puisi Kasih dan Penjara karya Adi Sidharta menggambarkan bahwa meskipun terkurung dalam penjara, kasih sayang dan harapan dapat tetap hidup, ...
Kasih dan Penjara


Kasih dan hormat kami
waktu ini mengarah pantai hatimu
kalian di balik terali besi.

Tatapkan pandang ke langit bintang
dan bariskan Diponegoro bersama
laguan sejarah di malam sepi
dan akan cair ruang waktu
engkau kami di hati rakyat senyawa.

Atau dengarkan gema langkah kami
menembus besi beton kuasa
bawa pesan terima kasih
serta setia dan harapan
yang cemerlang di sinar fajar.

Dan kami semua ikut rasakan
gemas derita di sel terbatas
ini godam batu ujian
bikin indah kekasih kita bersama
dunia kita dunia sonder penjara.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi Kasih dan Penjara karya Adi Sidharta mengangkat tema perjuangan, kasih sayang, dan harapan meskipun dalam kondisi yang terbatas dan menyedihkan. Melalui lirik yang mendalam, puisi ini mengungkapkan pengalaman dan perasaan individu atau kelompok yang terkurung dalam penjara, tetapi tetap terhubung dengan harapan dan cinta.

Tema Kasih dalam Keterasingan

Puisi ini dimulai dengan pernyataan kasih dan hormat yang ditujukan kepada mereka yang terkurung di balik jeruji besi. Frasa "waktu ini mengarah pantai hatimu" menciptakan gambaran tentang hubungan emosional yang tetap terjalin meskipun ada keterpisahan fisik. Ada kesadaran bahwa kasih sayang dapat melampaui batasan fisik, dan pengharapan akan kebebasan tetap menyala.

Simbolisme Sejarah dan Ketahanan

Sidharta mengaitkan perjuangan dengan sejarah bangsa melalui penamaan Diponegoro, sosok penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan merujuk kepada "laguan sejarah di malam sepi," puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali sejarah perjuangan dan semangat yang harus tetap hidup dalam setiap generasi. Ada harapan bahwa sejarah dapat menjadi penguat bagi mereka yang terpenjara, mengingatkan mereka akan perjuangan yang telah dilalui.

Pesan Harapan dalam Kesulitan

Melalui ungkapan "dengarkan gema langkah kami," penulis menyampaikan pesan bahwa meskipun mereka terkurung, semangat perjuangan tetap ada. Langkah yang menembus "besi beton kuasa" adalah simbol ketahanan dan keberanian untuk melawan penindasan. Ini menunjukkan bahwa mereka yang berada dalam penjara tidak sepenuhnya kehilangan harapan, dan pesan kasih yang dibawa kepada mereka dapat menjadi sumber kekuatan.

Keterikatan Emosional dalam Derita

Bagian selanjutnya menggambarkan perasaan derita yang dialami oleh mereka yang terkurung. Dengan menyatakan bahwa "kami semua ikut rasakan gemas derita di sel terbatas," Sidharta menunjukkan rasa solidaritas di antara mereka yang terkurung dan yang mendukung mereka dari luar. Ini menciptakan ikatan emosional yang kuat, di mana penderitaan menjadi bagian dari cinta yang lebih besar.

Kesatuan antara Dunia dan Harapan

Puisi ini diakhiri dengan pernyataan bahwa "dunia kita dunia sonder penjara," yang menekankan bahwa meskipun mereka terpenjara secara fisik, mereka tetap memiliki dunia yang utuh di dalam diri mereka. Ini adalah harapan bahwa kebebasan sejati bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang kemampuan untuk mencintai, berharap, dan terhubung dengan orang lain, meskipun dalam keadaan sulit.

Puisi Kasih dan Penjara karya Adi Sidharta adalah puisi yang menggugah dan emosional, menyoroti tema cinta, perjuangan, dan harapan dalam keterbatasan. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara cinta dan perjuangan dalam konteks penindasan. Puisi ini menggambarkan bahwa meskipun terkurung dalam penjara, kasih sayang dan harapan dapat tetap hidup, menjadikan mereka sebagai kekuatan yang menggerakkan jiwa untuk terus berjuang demi kebebasan dan keadilan. Karya ini menjadi simbol dari semangat tak kenal menyerah dan kekuatan yang ada dalam diri setiap individu, serta mengingatkan kita semua tentang pentingnya kasih sayang dan solidaritas dalam perjuangan melawan ketidakadilan.

Adi Sidharta
Puisi: Kasih dan Penjara
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.