Puisi: Kalibata (Karya Adi Sidharta)

Puisi "Kalibata" karya Adi Sidharta mengingatkan kita bahwa meskipun tantangan selalu ada, semangat perjuangan harus terus ada dalam diri setiap ....
Kalibata
10-11-1955

Engkau adalah tinju
membara dari bumi kuburmu.

Engkau geram yang menagih kerja
dan denyar kilat penghangus segala
penghalang cita mulia.

Engkau juga nyanyi remaja
kini gairah melanjutkan kerja
dan denyar kilat penerang cita
kepada kiblat 'Gustuspatlima
gemetar kudengar sendu sangkala
menyuruh diri berbunga puja
padamu pencipta cita mulia.

Engkau adalah tinju
membara dari bumi kuburmu.

Engkau juga bunga kesuma
penyebar wangi jalan remaja:
setia cinta kepada cita.

Sumber: Rangsang Detik (1957)

Analisis Puisi:

Puisi "Kalibata" karya Adi Sidharta adalah sebuah karya yang penuh dengan semangat perjuangan dan penghormatan terhadap nilai-nilai kebangkitan serta cita-cita luhur. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat, puisi ini merangkum semangat kolektif yang menggugah pembaca untuk mengenang dan menghargai pengorbanan para pahlawan serta meneruskan perjuangan mereka.

Tema dan Makna

Tema utama dari puisi ini adalah penghormatan terhadap perjuangan dan cita-cita bangsa, yang digambarkan melalui simbol-simbol yang kuat. Sidharta menggunakan gambaran "tinju" dan "bunga kesuma" untuk menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya bersifat fisik tetapi juga emosional dan spiritual. "Engkau adalah tinju membara dari bumi kuburmu" menunjukkan bahwa meskipun para pahlawan telah tiada, semangat perjuangan mereka tetap hidup dan membara, siap untuk membangkitkan kesadaran generasi penerus.

Simbolisme

Puisi ini kaya dengan simbolisme yang menggambarkan perjuangan dan aspirasi. "Tinju" melambangkan kekuatan, ketegasan, dan tekad untuk melawan segala rintangan dalam mencapai cita-cita. Dalam konteks ini, "denyar kilat" berfungsi sebagai lambang harapan yang menghapus semua penghalang. Sidharta menyiratkan bahwa perjuangan tersebut tidak mudah, tetapi harus dilakukan dengan semangat dan keberanian.

Di sisi lain, "bunga kesuma" melambangkan keindahan dan harapan. Ia menjadi simbol cinta dan kesetiaan para pemuda kepada cita-cita yang lebih besar. Dalam hal ini, bunga juga mencerminkan kehidupan baru yang tumbuh dari pengorbanan masa lalu, menunjukkan bahwa para remaja memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan tersebut.

Gairah dan Semangat Remaja

Puisi ini juga mencerminkan semangat dan gairah remaja dalam meneruskan perjuangan. Dengan frasa "nyanyi remaja kini gairah melanjutkan kerja," Sidharta menekankan pentingnya generasi muda dalam menghidupkan kembali cita-cita yang pernah diperjuangkan oleh para pahlawan. Ini menjadi seruan bagi generasi muda untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga berkontribusi aktif dalam membangun masa depan.

Penutup dan Cita-Cita Mulia

Di akhir puisi, penulis menegaskan kembali nilai-nilai luhur yang harus dijunjung tinggi. "padamu pencipta cita mulia" mengisyaratkan bahwa semua usaha dan pengorbanan para pahlawan adalah untuk menciptakan suatu cita-cita yang lebih baik bagi seluruh umat manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak melupakan sejarah dan untuk terus meneruskan perjuangan demi cita-cita mulia tersebut.

Puisi "Kalibata" karya Adi Sidharta adalah ungkapan penghormatan terhadap perjuangan dan cita-cita bangsa yang berakar pada semangat kolektif. Melalui simbol-simbol yang kuat, Sidharta berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai pengorbanan para pahlawan dan melanjutkan perjuangan mereka.

Karya ini mengingatkan kita bahwa meskipun tantangan selalu ada, semangat perjuangan harus terus ada dalam diri setiap generasi. Dengan semangat yang membara, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan meraih cita-cita mulia yang diimpikan oleh para pendahulu kita. Puisi ini bukan hanya sekadar karya sastra, tetapi juga menjadi seruan bagi kita semua untuk berkontribusi dalam menjaga dan mewujudkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan.

Adi Sidharta
Puisi: Kalibata
Karya: Adi Sidharta

Biodata Adi Sidharta:
  • Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
  • Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.