Puisi: Kalau Hanya (Karya Intojo)

Puisi "Kalau Hanya" karya Intojo menegaskan bahwa tindakan dan amal yang baik adalah kunci kebahagiaan sejati, dan bahwa akhirat adalah ...
Kalau Hanya

"Kalau hanya kaya" yang tuan cinta,
Tuan pikirlah si burung pipit,
Tanaman orang dia yang punya,
Tapi akhirnya di sangkar sempit.

"Kalau hanya senang" yang tuan harap,
Tuan pikirlah kucing di rumah,
Betul di tikar bersedap-sedap,
Tapi gunanya pemakan rimah.

"Kalau hanya bicara" yang tuan tuju,
Cukuplah gramophon jadi pengajar,
Betul di meja duduk bercumbu
Tapi perutnya tetap diputar.

Dari itu, marilah tuan,
Mari ber’amal karena Illahi,
Di dunia tuan dapat keridhoan,
Di akhirat jannah siap menanti.

Sumber: Pedoman Masyarakat (31 Oktober 1936)

Analisis Puisi:

Puisi "Kalau Hanya" karya Intojo adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan nilai-nilai dalam kehidupan. Melalui kata-kata yang sederhana, puisi ini menyampaikan pesan yang mendalam tentang pentingnya merenungkan tujuan sejati dalam hidup.

Kritik terhadap Prioritas Dunia: Puisi ini menyoroti kecenderungan manusia untuk mengutamakan harta, kesenangan, dan kata-kata kosong dalam kehidupan mereka. Hal ini tercermin melalui penggambaran burung pipit, kucing, dan gramofon sebagai simbolik dari tiga hal ini. Burung pipit adalah simbol kebebasan yang terbatasi oleh sangkar sempit, kucing adalah simbol kenikmatan yang akhirnya sia-sia, dan gramofon adalah simbol omong kosong yang tidak memberi makan.

Penekanan pada Tindakan dan Amal: Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak hanya berbicara atau bermimpi tentang kebaikan dan kebahagiaan, tetapi untuk bertindak dan beramal. Ini tercermin dalam kalimat terakhir yang menekankan pentingnya amal dan keridhoan Allah sebagai tujuan utama dalam hidup.

Kesederhanaan Bahasa: Meskipun menggunakan bahasa yang sederhana, puisi ini memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesannya. Kata-kata yang singkat dan padat membantu membimbing pembaca menuju pemahaman yang lebih dalam tentang pesan puisi.

Tema Agama dan Akhirat: Puisi ini mengarahkan perhatian kepada nilai-nilai agama dan akhirat. Pesan yang disampaikan adalah bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam kekayaan materi atau kesenangan semata, melainkan dalam keridhoan Allah dan persiapan untuk akhirat.

Gaya Penyampaian yang Sederhana dan Mengena: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mengena, membuat pesan-pesan moralnya mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat. Ini menciptakan kedekatan antara pembaca dengan isi puisi.

Puisi "Kalau Hanya" adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya menjalani hidup dengan tujuan yang lebih tinggi daripada sekadar kekayaan, kesenangan, atau kata-kata kosong. Ia menegaskan bahwa tindakan dan amal yang baik adalah kunci kebahagiaan sejati, dan bahwa akhirat adalah tujuan akhir yang harus dikejar.

Puisi: Kalau Hanya
Puisi: Kalau Hanya
Karya: Intojo

Biodata Intojo:
  • Intojo (bernama lengkap Raden Intojo) lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Juli 1912
  • Intojo sering menggunakan nama samaran, di antaranya Heldas, Rhamedin, Ibnoe Sjihab, Hirahamra, Indera Bangsawan, dan Imam Soepardi.
  • Intojo juga dikenal sebagai "Bapak Soneta Sastra Jawa Modern".
  • Intojo meninggal dunia pada tahun 1965.
© Sepenuhnya. All rights reserved.